Senin, 28 Oktober 2013

Fidel Kastro Membantu Soekarno Saat Pembebesan Irian Barat

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.

Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak.

Amerika Menolak Dan Memihak Belanda

Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. [1] Amerika Serikat tidak mendukung penyerahan Papua bagian barat ke Indonesia karena Bureau of European Affairs di Washington, DC menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat".

Kekalahan Amerika pada Invasi Teluk Babi



The Invasi Teluk Babi, yang dikenal di Amerika sebagai Hispanik invasi de Bahia de Cochinos (atau invasi de Playa Giron atau Batalla de Giron), adalah invasi militer berhasil Kuba yang dilakukan oleh CIA yang disponsori kelompok paramiliter Brigade 2506 pada tanggal 17 April 1961. Sebuah militer kontra-revolusioner dilatih dan didanai oleh Central Intelligence Agency pemerintah Amerika Serikat (CIA), Brigade 2506 digawangi sayap bersenjata Front Demokratik Revolusioner (DRF) dan dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintah sayap kiri revolusioner Fidel Castro. Diluncurkan dari Guatemala, pasukan penyerang dikalahkan dalam waktu tiga hari oleh angkatan bersenjata Kuba, di bawah komando langsung dari Perdana Menteri Fidel Castro.


Amerika Menghadapi Krisis Misil di Kuba

AS telah menempatkan rudal nuklir di Turki, yang bertujuan untuk Moskow, dan gagal upaya AS untuk menggulingkan rezim Kuba, Mei 1962 Nikita Khrushchev mengusulkan gagasan menempatkan rudal nuklir Soviet di Kuba untuk mencegah setiap upaya invasi di masa depan. Selama pertemuan antara Khrushchev dan Fidel Castro bahwa bulan Juli, perjanjian rahasia dicapai dan pembangunan beberapa situs rudal dimulai pada akhir musim panas

Amerika tidak bisa mengawal PBB dalam proses pemindahan kekuasaan di Papua Barat

Karena terdesak oleh operasi Trikora mendesak sekutu amerika yaitu Belanda dan menghadap krisis misil di kuba, pada bulan April 1961, Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan papua barat kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang Dingin tepatnya adalah krisis misil kuba pada oktober 1961saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.




Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua bagian barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia melalui Otoritas sementara dari PBB untuk Papua Barat (United Nations Temporary Executive Authority) dalam jangka waktu 2 tahun.Wilayah Papua barat. Otoritas sementara dari PBB untuk Papua Barat (United Nations Temporary Executive Authority). Setelah Jajak pendapat Pemindahan kekuasaan berlangsung pada tanggal 1 Mei 1963 dan West New Guinea menjadi provinsi Indonesia dikenal sebagai Irian Barat, kemudian berganti nama menjadi Irian Jaya.

CIS 50MG: SMB Serbu Kopassus dan Kostrad TNI AD

Dalam pola serbuan cepat, personel pasukan khusus perlu mendapat dukungan tembakan yang memadai. Dalam kondisi tertentu, bahkan senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm seperti M-60 dan FN GPMG (general purpose machine gun) menjadi kurang memadai bila yang dihadapi lawan dengan kelengkapan senjata berat. Untuk itu unit serbu pasukan khusus dibekali pula dengan SMB (senapan mesin berat) untuk membungkam basis perkubuan lawan. Bahkan dengan kaliber yang besar serta jarak tembak cukup jauh, SMB mampu mengusir pesawat/helikopter yang terbang rendah.


TNI pun memiliki beragam tipe SMB kaliber 12,7 mm, dari SMB veteran DShk-38 buatan Rusia/Uni Soviet, Browning M2HB, dan CIS 50MG buatan Singapura. Setelah sebelumnya dibahas seputar DShk-38 dan Browning M2HB, kini giliran CIS 50MG yang rasanya menarik untuk diulas. CIS (Chartered Industries of Singapore) 50MG mulai dirancang pada pertengahan tahun 80-an berdasarkan pesanan Departemen Pertahanan Singapura. Militer Singapura merancang CIS 50MG untuk menggantikan M2HB yang usia pakainya sudah lumayan tua. Dan secara resmi CIS 50MG mulai diproduksi pada tahun 1988, namun sejak tahun 2000 produksinya ditangani ST (Singapore Technologies) Kinetics.

Dual sistem sabuk amunisi



Dual sistem sabuk amunisi CIS 50MG dengan tripod



CIS 50MG dengan tripod




Dibanding DShk-38 dan M2HB, CIS 50MG punya keunikan dari sisi desain, dimana SMB ini mengadopsi gas piston ganda dengan posisi dua tabung yang masing-masing berada disisi laras. Dengan teknologi gas piston ganda menjadikan CIS 50MG mampu mengadopsi dual sistem sabuk amunisi, masing-masing di kanan dan kiri. Dalam pengoperasiannya, senjata maut ini artinya bisa menenteng langsung dua box amunisi dan memuntahkan amunisi secara masif dan simultan.




Dengan dual sistem sabuk amunisi, daya gempur SMB ini menjadi begitu besar, umbaran proyektil ke sasaran bisa lebih banyak tanpa awak harus cepat-cepat untuk reload. Diumpamakan satu box berisi 100 amunisi, maka total ada 200 amunisi yang bisa ditembakan tanpa harus reload. Proses switching antar sabuk amunisi dapat berlangsung cepat dan mudah. Umumnya jenis amunisi yang diandalkan adalah jenis munisi pembakar, penembus lapis baja hingga tracer.




cakra_fav1

CIS 50MG nampak terpasang pada rollbar rantis GMC



CIS 50MG nampak terpasang pada rollbar rantis GMC

14239_1060167762463_1774003826_112349_7906212_n



Di rantis GMC umumnya SMB ini ditambahkan dudukan untuk lampu sorot



Batalyon-Raider-dalam-menangulandi-masalah-teror-300x225

CIS 50MG terpasang pada rolling bar jeep tempur Kopassus, Land Rover Defender MRCV (multi role cambat vehicle)



CIS 50MG terpasang pada rolling bar jeep tempur Kopassus, Land Rover Defender MRCV (multi role cambat vehicle)




Bagaimana dengan daya gempur CIS 50MG? Merujuk ke spesifikasinya, SMB dengan berat total 30 kg, serta berat laras 13 kg ini dapat memuntahkan 400 – 600 proyektil dalam satu menit. Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 890 meter per detik dengan pola kerja gas operated dan rotating bolt. Soal jarak tembak, maksimum dapat mencapai 6.765 meter, namun untuk jarak tembak efektifnya 2.000 meter.




Tidak diketahui persis kapan TNI mulai mengoperasikan CIS 50MG, kemungkinan di tahun 2002. Dan hebatnya penggunaan senjata ini cukup luas, khususnya di lingkungan TNI AD. Sebut saja Kopassus dan Kostrad plus Batalyon Raider Kodam mengadospi CIS 50MG untuk kelengkapan pada rantis (kendaraan taktis) mereka. Kopassus menempatkan CIS 50MG pada rantis Land Rover MRCV dan Kostrad/Raider mengadopsi senjata ini pada rantis GMC. Di kedua kendaraan ini CIS 50MG ditempatkan pada dudukan rollbar. Lain dari itu, panser Anoa buatan Pindad juga pernah terlihat menggunakan senjata ini. Selain dipasang pada rollbar di rantis dan ranpur, sepert halnya DShk-38 dan M2HB, CIS 50MG dapat dipasang pada dudukan tripod.

Tampak panser Anoa dengan senjata utama SMB CIS 50MG



Tampak panser Anoa dengan senjata utama SMB CIS 50MG

AB Singapura telah mengadopsi CIS 50MG dengan teknologi RCWS



AB Singapura telah mengadopsi CIS 50MG dengan teknologi RCWS




Menurut informasi dari Wikipedia, CIS 50MG juga telah diproduksi secara lisensi oleh PT Pindad. Ini menjadikan produksi kedua Pindad dari varian CIS, setelah sebelumnya ada CIS AGL 40 (pelontar granat otomatis). Bila di Indonesia terapan CIS 50MG masih serba manual, lain halnya AB Singapura yang telah mengadopsi CIS 50MG dengan teknologi RCWS (Remote Control Weapon System) pada beberapa ranpurnya, dengan RCWS arah bidik tembakan bisa lebih akurat dan keselamatan juru tembak lebih terjamin. RCWS juga tengah dikembangkan oleh Kavaleri TNI AD dengan SMB Browning M2HB. (Haryo Adjie Nogo Seno)




Spesifikasi CIS 50MG




Kaliber : 12,7 x 90 mm

Kecepatan proyektil : 890 meter/detik

Berat total : 30 kg
Berat laras : 13 kg
Jarak tembak efektif : 6.765 meter
Jarak tembak efektif : 2.000 meter
Panjang Total : 1,654 meter

Kehebatan Pilot F-16 TNI-AU



Dragon, begitu nama sebutan bagi para pilot F-16 Fighting Falcon di Skuadron Udara 3, Wing 3, Pangkalan TNI AU (Lanud) Iswahjudi ini. Konon, nama itu dipilih gara-gara naga dianggap bandel dan punya api. Dan begitulah kesan tentang mereka, militan bahkan bisa dibilang nekat.

Jangan tanya jumlah mereka, karena itu salah satu rahasia negara. Anggap saja jumlah mereka ada beberapa belas orang. Salah satu ruangan di Skuadron 3 ini juga tidak boleh dimasuki orang luar karena berisi tabel jadwal latihan mereka beserta manuver-manuver yang dilatih. ”Orang boleh tahu berapa jumlah pesawat kita. Akan tetapi, justru berapa jumlah pilot dan apa keahlian mereka masing-masing, nah itu sebenarnya kekuatan kita,” kata Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto, Komandan Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi.

Walaupun latihan mereka mengikuti silabus dengan program tertentu, setiap pilot memiliki kekhasan yang kemudian menjadi kekuatannya. Salah seorang pilot menggemari seni mahir dalam manuver-manuver rumit karena daya imajinasinya tinggi. Pilot yang tenang akan maju untuk penyerangan yang membutuhkan ketelitian tinggi seperti mengebom sasaran di darat.

Sekilas, ciri khas setiap pilot ini bisa dilihat dari call sign alias nama panggilan mereka. Nama itu biasanya diberikan komandan atau pelatih yang melihat karakteristik muridnya. Nama diambil dari nama hewan, seperti Letkol Ian ”Hyena” Fuadi, Mayor Ali ”Unicorn” Sudibyo, Mayor Setiawan ”Gryphon”, dan Mayor Firman ”Foxhound” Dwi Cahyono.

”Setiap hari rasanya seperti ujian,” kata Letda Ferry Rachman, siswa transisi angkatan terbaru. Walaupun menjadi salah satu lulusan terbaik Sekolah Penerbang, Ferry yang tahun ini genap berusia 25 tahun itu mengaku harus bekerja keras. Selain adaptasi, ada hal-hal yang baru seperti keterampilan basic fighter manuver atau air combat manuver dan kecepatan mengambil keputusan. ”Di sini harus lebih kerja keras, soalnya di sini semuanya sama hebatnya,” tuturnya di sela-sela makan malam di warung sop buntut kesukaannya di pasar di Madiun.

Selain sehat—termasuk tanpa gigi berlubang dan mata minus—prestasi akademik calon pilot F-16 harus unggul juga. Setelah lulus tentunya dengan nilai memuaskan dari Akademi Angkatan Udara, tahap berikutnya adalah Sekolah Penerbang. Hanya 5-10 lulusan terbaik Sekolah Penerbang yang boleh menjadi pilot pesawat tempur. Dari lulusan terbaik itu, biasanya tiap tahun peringkat pertama dan kedua masuk ke Skuadron 3 untuk dilatih menjadi pilot F-16. ”Di sini memang kawah candradimuka,” cerita Fajar.

Belajar dan bekerja keras
Hari-hari para dragon ini memang dipenuhi belajar dan bekerja keras. Pengetahuan awal yang harus dikuasai seorang pilot F-16 adalah karakteristik mesin pesawat yang akan ia gunakan. Setelah itu baru ilmu perang, manuver, dan hal-hal yang menyertainya, seperti penggunaan bahan bakar hingga faktor legal. ”Seperti waktu kita cegat pesawat tempur AS. Kita harus punya dasar legal dan tahu bahwa mereka tidak meratifikasi UNCLOS 1982,” kata Fajar.

Malam-malam, mereka harus mempersiapkan manuver yang akan dilaksanakan besok. Bagi siswa transisi seperti Ferry, keesokan harinya mereka mencoba pengetahuan barunya di simulator. Sering kali instruktur memberikan situasi darurat seperti mesin yang tiba-tiba mati. ”Yang penting adalah bagaimana bereaksi saat emergency,” kata Mayor Sondhi selaku kepala fasilitas latihan.

Setelah berbulan-bulan berlatih dengan simulator, saat yang paling ditunggu adalah ketika instruktur menyatakan pilot transisi sudah layak terbang dengan F-16. Tahap membanggakan selanjutnya adalah saat sudah boleh terbang solo dengan F-16. Tradisinya, telur akan dipecahkan di kepalanya setelah itu dia diguyur ramai-ramai. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menjadi wingman hingga element leader, flight leader, instruktur penerbang, dan pilot tes yang masing-masing memiliki kemampuan untuk memimpin sejumlah pesawat.

Untuk membawa pesawat tentu dibutuhkan keahlian dan keterampilan. Namun, memimpin beberapa pesawat membutuhkan kemampuan yang kompleks. Algoritma berpikir jika A maka B bisa berlapis-lapis. Sebagai pemimpin, seorang pilot harus bisa memetakan di mana posisi pesawat timnya serta di mana mereka berada detik berikutnya. Ia juga harus mengenal karakter anggota timnya.

Itu harus dipikirkan, sementara sang pilot tengah mengalami tekanan sebesar 9 G alias sembilan kali gaya gravitasi. Ini belum termasuk memikirkan strategi untuk memenuhi misi, misalnya menembak sasaran berukuran 10 meter x 10 meter dari jarak beberapa kilometer. ”Toleransi meleset yang diterima itu 5 meter,” kata Mayor Firman ”Foxhound” Dwi Cahyono, Wakil Komandan Skuadron Udara 3.

Setiap hari, para pilot F-16 ini berlatih terbang dari pukul sembilan pagi hingga sore hari. Mereka juga harus menguasai terbang di malam hari. Pasalnya, ancaman di udara bisa datang tanpa mengenal waktu. ”Biasanya malah pas lagi libur tuh ada black flight (pesawat penyusup), makanya kami harus standby selalu,” tutur Fajar.

Keputusan jitu yang diambil dalam sepersekian detik di udara membutuhkan persiapan berjam-jam dan latihan bertahun-tahun. Di samping kemampuan fisik yang dijaga setiap hari, ada ratusan orang di belakang sebuah pesawat yang menjaga kelaikan pesawat itu agar bisa terbang dengan aman dan maksimal.

Seperti hari itu, 30 Desember, hari terakhir latihan pada 2009. Misi hari itu disebut Redwolf Flight, sesuai dengan nama pemimpinnya, Fajar ”Redwolf” Adriyanto, yang didampingi Mayor Yulmaizir, adalah latihan air surface attack di kawasan Lumajang. Skenario latihan, ada target yang harus dihancurkan di jarak 1.000 kilometer dari pangkalan. Lettu Pandu Eka dan Kapten Bambang Apriyanto sudah mempersiapkan diri sejak malam sebelumnya.

Ada dua pesawat yang dikerahkan untuk misi hari itu. Awalnya, kedua pesawat itu akan terbang di ketinggian normal, yaitu 25.000 kaki. Mendekati sasaran, untuk menghindari radar, ketinggian diubah hanya 500 kaki di atas tanah. Radar memang dapat dihindari, tetapi ada bukit-bukit yang menjadi halangan. Sementara sasaran harus secepat mungkin dibereskan.

”Pagi-pagi kami brifing dengan tutor, secara rinci manuver-manuver seperti apa yang harus dilakukan,” cerita Kapten Bambang Apriyanto. Sebelum bertemu tutor, ada brifing pangkalan untuk mengetahui jadwal latihan hari itu serta kondisi cuaca dan arahan dari Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro.

Tes kesehatan
Sementara mereka berdiskusi, para teknisi sudah mempersiapkan pesawat. Ada sekitar 180 orang di Skuadron Udara 3 yang menjadi sistem pendukung dari para pilot itu. Diperlukan kira-kira satu setengah jam untuk before flight inspection dan preflight inspection.

Setelah brifing, saatnya cek kesehatan. Dokter jaga mengukur denyut nada dan tekanan darah serta mengajukan pertanyaan, mulai dari soal ”apakah sedang batuk atau pilek” hingga ”apakah sedang bermasalah dengan pasangan”. ”Kalau tidak memenuhi syarat kesehatan, ya tidak boleh terbang,” kata Kapten (Kes) dr Tri Supriyanto.

Tes kesehatan harian sama wajibnya dengan tes indoktrinasi latihan aerofisiologi (ILA) yang diadakan dua tahun sekali. Penerbang dimasukan ke ruang tertutup yang kondisinya sama seperti di ketinggian 25.000 kaki. Tes ini untuk melihat batas ketahanan akan hipoksia, yaitu keadaan di mana tubuh kekurangan oksigen akibat perubahan ketinggian. ”Kita disuruh menghitung dan simulasi gerakan pesawat, sampai di mana pikiran kita masih bisa mengambil keputusan,” cerita Letkol Fajar ”Redwolf” Adriyanto.

Seusai tes kesehatan, para pilot masuk ke ruang peralatan. Masing-masing memiliki helm yang memang dicetak khusus agar cocok dengan bentuk kepala pilot. Suhu di ruang peralatan ini sekitar 20 derajat celsius agar segala peralatan tetap kering. Di sinilah tersimpan G-suit serta tas berisi perlengkapan, seperti helm, sarung tangan, dan check list kondisi darurat. Dari sini, mereka telah siap berjalan ke hanggar tempat F-16 telah disiapkan.

Di hanggar, setelah menerima laporan dari penerbangan selanjutnya, lagi-lagi dilakukan cek terhadap pesawat. Selain cek instrumen, pesawat F-16 ini juga diraba dengan jari seluruh permukaan tubuhnya. Alasannya, agar bisa dengan mudah mendeteksi kebocoran.

Kalau semuanya beres, barulah mesin dinyalakan. Pada saat yang sama, di dispatch ada pilot lain yang memantau perkembangan. Pilot jaga ini minimal sudah mencapai posisi wingman agar bisa memberi masukan sesuai manual. Sebagai catatan, salah satu perbedaan penting antara Sukhoi dan F-16, pesawat asal AS ini memiliki buku manual yang lengkap, sementara Sukhoi semuanya ada di kepala perwakilannya sehingga ilmu itu baru keluar saat ditanyakan.

Penuh tekanan
Setelah semuanya siap, pesawat pun mengangkasa. Sekembalinya dari misi, para pilot beristirahat di Dragon Nest sambil makan siang. Sore hari, para dragon ini telah ada di ruang kebugaran dan bergantian mengangkat beban.

Tugas mereka memang penuh tekanan. Seperti yang diceritakan Mayor Setiawan ”Gryphon” yang mulai jadi pilot F-16 pada 1997. ”Kekhawatiran pasti ada, pernah saya mau terbang tiba-tiba ada masalah. Akan tetapi, yang penting semuanya kita harus siapkan dengan teliti,” katanya.

Salah satu keandalan F-16 adalah dalam pertempuran jarak dekat. Untuk itu, diperlukan keterampilan pesawat bermanuver. Secanggih apa pun pesawatnya, manusia tetap menjadi unsur terpenting. Dalam berbagai latihan dengan negara tetangga, Fajar memuji pilot-pilot dari Singapura yang disebutnya sangat profesional dalam segi keamanan dan brifing yang rinci. Ada cerita tentang pilot-pilot negara tetangga lain yang memiliki pesawat dengan kelas yang lebih tinggi dari F-16 Indonesia, sayangnya mereka minimalis dan tidak ingin mengeksplorasi kemampuan pesawatnya.

Sayangnya, kemampuan dan semangat juang di Indonesia sering tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Letkol Fajar, misalnya, setelah sekitar 15 tahun menjadi pilot pesawat tempur, sesuai dengan pangkatnya, kira-kira mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta per bulan. Ada pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000 per bulan karena ia memiliki brevet penerbang.

Coba bandingkan dengan nasib pilot tempur di Singapura yang menurut www.mindef.gov.sg mendapatkan gaji sekitar Rp 50 juta. Itu belum termasuk tabungan dan bonus dari negara. ”Ini pekerjaan berisiko tinggi. Memang terkadang kami merasa tidak terperhatikan oleh negara. Akan tetapi, sebagai prajurit kami tetap laksanakan tugas,” kata Fajar.

Menengok Patok Perbatasan di Kalimantan


Episode kedelapan tayangan 100 Hari Keliling Indonesia Kompas TV tiba di perbatasan negeri. Tepatnya di desa Aruk, menjadi desa perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan Barat.
Salah satu tim Kompas 100 Hari Keliling Indonesia, Titis Setianingtyas mengatakan, meski desa ini dikatakan beranda negeri, namun kondisinya benar-benar tak layak disebut beranda.
"Perjalanan menuju Aruk memakan waktu yang sangat lama, dengan kondisi jalanan sangat memprihatinkan. Berdebu, penuh lobang dan melewati beberapa jembatan kayu yang entah berapa umurnya. Bisa dipastikan akses penduduk Aruk pada daerah lain sangat susah," kata Titis di Jakarta, Rabu (23/10/2013).
Ia pun mengatakan, beranda negara bernama Aruk ini didominasi oleh rumah kayu sangat sederhana. "Penduduknya selalu  kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga memaksa mereka berbelanja kebutuhan sehari-hari ke Malaysia," tambah Titis.
Layaknya daerah perbatasan pada umumnya, Aruk menjadi markas pos penjagaan Tentara Nasional Indonesia. Di desa ini berdiri Pos Tim Rajawali. Mereka berkewajiban menjaga keamanan perbatasan dan melakukan patroli perbatasan untuk memastikan keberadaan dan posisi patok perbatasan.
"Mereka membelah hutan, naik dan turun gunung untuk memastikan patok perbatasan tidak berpindah posisi atau hilang," tambahnya.
Selain menjaga keamanan perbatasan, lanjut Titis, tim yang memiliki Rumah Rajawali ini juga membantu memenuhi kebutuhan masyarakat atas pendidikan, kesehatan dan hiburan. 
Tim Kompas TV "100 Hari Keliling Indonesia" melakukan perjalanan mengelilingi bumi nusantara dimulai dari Jakarta. Setelah itu tim pun menyeberang ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku.
Kelar menjelajah Maluku, tim bergerak ke Nusa Tenggara, Bali dan Pulau Jawa. Keindahan Pulau Jawa pun tak ketinggalan dijamah oleh tim hingga akhirnya kembali ke Jakarta pada Rabu (3/7/2013). 
Dalam melakukan misinya, tim menggunakan jalur darat, laut dan penerbangan perintis. Selain itu, tayangan tak hanya sekadar menyajikan panorama alam. Melainkan juga mengangkat sisi budaya, masalah sosial, lingkungan, sampai problematika transportasi yang dihadapi selama perjalanan.
Beberapa kisah perjalanan Ramon dan tim telah dimuat pada rubrik travel.kompas.com. Penayangan kisah perjalanan tim disiarkan di Kompas TV setiap Rabu jam 20.00. Sedangkan jika terlewatkan episode kedelapan, bisa disaksikan kembali pada penayangan ulang, Minggu (27/10/2013) jam 14.00.

Siapkah Kita Menghadapi Spionase Internasional?

28 October 2013 | 10:01 am | Dilihat : 44
Monitoring dengan Sarana Internet (foto : seputaraceh.com)
Jakarta, 28 Oktober 2013. Urusan sadap menyadap sudah menjadi trend dan kebutuhan para pemimpin, baik pemimpin negara, pemimpin parpol ataupun pemimpin badan keamanan pemerintah. Kita pernah melihat bagaimana KPK membongkar kasus korupsi berdasarkan hasil penyadapan. Penyadapan dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dalam rangkaian kegiatan intelijen disebut Pulbaket (pengumpulan bahan keterangan). Pulbaket dilaksanakan dengan cara terbuka dan tertutup. Penyadapan adalah pulbaket secara tertutup.
Besar dan pentingnya nilai informasi seperti yang dicanangkan oleh Sun Tzu, seorang ahli strategi perang jaman dahulu dari China. Strategi perang Sun Tzu ditulis dalam 13 langkah sederhana. Mulai dari perencanaan perang hingga intelijen. Namun, kalau di urut ke-13 langkahnya, maka inti sarinya cuma ada tiga langkah. Yaitu, mengenal diri Anda dengan baik, mengenal musuh Anda, dan mengenal tempat di mana kita bertarung. Sun Tzu dalam  langkah terakhirnya menganjurkan pemakaian intelijen untuk memastikan keberhasilannya. Disebutkannya, bahwa kemenangan tertinggi adalah menangkan perang tanpa satu pertempuran pun. Artinya, kalau kelemahan musuh sudah diketahui, kita akan selalu beberapa langkah lebih maju dari musuh, maka kemenangan sudah ditangan kita.
Nah, kini di dunia internasional kita mengetahui bahwa Amerika Serikat diberitakan media internasional melakukan penyadapan terhadap demikian banyak saluran komunikasi dunia. Badan yang dipercaya melakukan penyadapan adalah National Security Agency (Badan Keamanan Nasional). Hal tersebut diungkap oleh harian Le Monde dan majalah Der Spiegel. Disebutkan bahwa NSA telah menyadap demikian banyak telepon warga Perancis, termasuk hand phone Kanselir Jerman Angela Merkel. Juga temasuk email dari Presiden Perancis Francois Hollande.
Pengungkapan penyadapan yang dilakukan oleh NSA tersebut mencuat setelah Edward Snowden, mantan kontraktor NSA mengopy dan menyebarkan Ribuan dokumen yang mengandung bahan sensitif tentang program pengumpulan melawan musuh,  seperti operasi Iran , Rusia dan China.  Dalam beberapa kasus dokumen tidak terbuka yang melibatkan beberapa badan intelijen negara lain yang bersekutu dengan AS. Protes serta kritikan terhadap AS disampaikan oleh Negara Jerman, Austria, Perancis, Uni Eropa, Brazil, Meksiko. Menurut info intelijen dari Snowden, pada tahun 2006 diungkapkan adanya sebuah dokumen rahasia, dari seorang pejabat AS yang menyerahkan 200 nomor tilpon kepada NSA untuk disadap. Yang menarik, dimana 35 diantaranya adalah tilpon milik kepala negara. Dokumen Snowden tidak menyebutkan nama kepala negara bersangkutan.
Diberitakan, NSA kemudian melakukan monitoring terhadap tilpon kantor, HP, tilpon rumah dan tilpon langsung (tilpon merah). Majalah Le Monde mengungkap bahwa NSA telah menyadap 70 juta catatan tilpon warga Perancis dalam waktu 30 hari. Dalam bulan Mei 2013 dari ringkasan NSA,  mendefinisikan " prioritas intelijen"   dituangkan dalam skala mulai dari "1"  hingga "5" . Sasaran utamanya adalah China, Rusia , Iran , Pakistan dan Afghanistan . Sementara Jerman berada di peringkat tengah pada daftar prioritas bersama dengan Perancis dan Jepang , tetapi posisinya di atas Italia dan Spanyol .
Yang dibutuhkan oleh AS dari Jerman, diantaranya adalah  kebijakan luar negeri, stabilitas ekonomi serta ancaman terhadap sistem keuangan. Tugas pengawasan lainnya termasuk informasi tentang ekspor senjata, teknologi baru, senjata konvensional modern dan perdagangan internasional.
Untuk Uni Eropa, sasaran diberi tingkat prioritas "3" yaitu tujuan kebijakan luar negeri Uni Eropa,  perdagangan internasional  dan stabilitas ekonomi.  Prioritas skala rendah yang mencakup  teknologi baru , keamanan energi dan isu ketahanan pangan. Bagi negara-negara di Asia, seperti Kamboja , Laos dan Nepal dinilai kurang relevan dimonitor dari perspektif intelijen AS. Seperti juga beberapa negara Eropa lainnya, Finlandia, Denmark, Kroasia dan Republik Ceko. Dalam laporan tidak di dapat informasi posisi Indonesia serta skala prioritasnya.
Di satu sisi, NSA melakukan hubungan ambivalen dengan banyak negara, bekerja sama dan melakukan pertukaran informasi . Di sisi lain , Washington memata-matai banyak negara, setidaknya sampai batas tertentu . Hanya dengan Inggris , Australia , Kanada dan Selandia Baru  yang disebut oleh NSA sebagai "lima mata," bersama-sama dengan Amerika Serikat dikatakan sebagai sahabat sejati. Presiden Barack Obama , setelah kunjungannya ke Berlin , membantah berita penyadapan oleh NSA tersebut. Dia mengatakan bahwa jika ia ingin tahu apa rencana dan keputusan dari Kanselir Jerman Merkel, sebagai sahabat Obama akan meneleponnya, dia menyatakan tidak perlu NSA harus melakukan penyadapan. Menlu John Kerry juga telah membantah berita penyadapan tersebut.
Kegiatan monitoring NSA terhadap banyak negara jelas dimulai sejak terjadinya serangan teroris terhadap World Trade Center pada peristiwa 11 September 2001. Karena keterkejutan serta ketakutan yang sangat terhadap teroris yang membuktikan diri mampu menyerang garis belakangnya, menusuk jantung kebanggaan menara WTC. Badan intelijen AS nampaknya kemudian diluaskan monitoringnya untuk mencari informasi dari negara-negara lain. Dari sejarah masa lalu, Jerman, Jepang jelas menjadi target, walau kini menjadi sahabat. Prinsip tidak ada kawan dan musuh abadi, yang abadi adalah kepentingan nasional sebuah negara nampaknya tetap dianut ole AS.
Itulah informasi tentang upaya NSA dalam mendapatkan informasi intelijen dari negara lainnya. Lantas, apakah China dan Rusia tetap adem ayem? China diketahui terus melakukan serangan cyber terhadap AS, dan bahkan dikabarkan telah mampu menyusup ke pabrik pesawat stealth tanpa awak Lockheed, kemudian membuat sendiri pesawat tiruan berdasarkan teknologi curian itu. China menjadikan Amerika sebagai prominent target karena dimasa depan, AS mereka perkirakan akan menjadi calon musuh dan kini AS adalah sumber utama kemajuan teknologi yang patut disadap.
Dilain sisi, Rusia melakukan upaya spionase dengan gaya lama, membina agen yang berasal dari Amerika Serikat. FBI sedang menyelidiki apakah Kepala Pusat Kebudayaan  Rusia di AS, Yury Zaytsev, melakukan kegiatan mata-mata. Zatytsev memimpin pusat budaya Rusia berupa program pertukaran budaya Rusia yang dicurigai secara sembunyi-sembunyi telah merekrut warga Amerika sebagai aset intelijen mereka. Selama 12 tahun, program itu telah membiayai 130 warga AS untuk berkunjung ke Rusia.
Majalah Mother Jones menyampaikan bahwa FBI sedang menyelidiki apakah memang Zaytsev dan organisasinya, Rossotrudnichestvo, telah menggunakan perjalanan persahabatan ke Rusia untuk merekrut warga Amerika. Rossotrudnichestvo membiayai semua biaya untuk warga Amerika tersebut, termasuk makan , wisata, dan pengajuan biaya visa. Sebagian besar perjalanan terdiri dari 25 peserta , yang tinggal di hotel mewah dan bertemu dengan Pejabat Pemerintah Rusia. Langkah perekrutan agen mata-mata nampaknya masih dipergunakan oleh Rusia, yang mungkin menilai hasilnya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan sadap menyadap. Snowden seorang diri saja kini memiliki ribuan informasi tentang Badan Intelijen AS serta kebijakan dan apa yang telah diketahui pemerintah AS dari negara lain.
Nah, dari beberapa informasi diatas, terlihat bahwa negara-negara besar di dunia ternyata memang melakukan penyadapan terhadap demikian banyak negara lain, termasuk menyadap kepala negaranya. Bagaimana dengan Indonesia? Informasi pernyadapan terhadap Presiden SBY dan delegasi ke KTT G-20 tahun 2009 di Inggris pernah diungkap oleh koran Australia serta harian Inggris Guardian. Ini menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara penting bagi kelompok lima mata.
Sebelum mengakhiri artikel, penulis pada tahun 1987 saat bertugas di Kantor Athan RI Wellington, New Zealand pernah mendapat informasi intelijen tentang penyadapan terhadap pejabat Indonesia. Di Australia terdapat sebuah unit yang terdiri sekitar 300 ahli sandi dan bahasa yang bertugas menyadap, memonitor komunikasi di Indonesia yang saat itu melalui satelit Palapa. Para ahli itu menguasai bahasa daerah Indonesia yang populer (Jawa, Sunda, Batak misalnya) kemudian menerjemahkan ke bahasa Inggris. Pada saat itu komunikasi masih jadul, internet belum aktif seperti masa kini, HP belum masuk ke pasaran Indonesia. Karena itu mudah memonitor tilpon seluruh pejabat sipil dan militer melalui telkom.
Dalam beberapa tahun kemudian saat masih aktif bertugas di Departemen Pertahanan (kini Kemenhan), penulis diingatkan oleh salah satu mantan senior intelijen bahwa tilpon Dephan tidak aman, rawan penyadapan. Hampir 80 persen saluran tilpon disadap katanya. Langkah pengamanan, tilpon saluran telkom tidak dipergunakan untuk membahas masalah sensitif dan rahasia. Pengamanan HP diatur dengan cara mengganti pesawat HP dan nomornya setiap sebulan sekali.
Kesimpulannya, para pejabat sipil dan militer di Indonesia sebaiknya menyadari dengan benar bahwa upaya penyadapan terhadap pejabat hingga kepala negara telah terjadi. Memang Kamboja , Laos dan Nepal kurang relevan dimonitor dari perspektif intelijen AS. Tetapi menurut penulis, Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, dengan sumber daya alam berlimpah, dengan posisi geostrategis di posisi silang terbaik merupakan target relevan untuk dimonitor.
Australia adalah sahabat AS, bertetangga dengan Indonesia,  menilai Indonesia sangat penting. AS jelas mempunyai kepentingan besar di Indonesia seperti adanya proyek multikaya Freeport serta beberapa perusahaan minyaknya yang beroperasi disini. Karena itu, aparat keamanan serta Lembaga Sandi Negara harus lebih mengaktifkan sistem keamanan komunikasi, yang dimulai dari pengamanan komunikasi  Kepala Negara. Nampaknya kita belum siap, dan mengentengkan pengamanan itu, bayangkan SMS Presiden SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat saja bocor ke media. Sulit terbantahkan, kita memang belum siap.
Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
Ramalan.

Australia makin Gundah dengan Modernisasi Alutsista TNI AU

 
Pitch Black 2012 Sukhoi TNI AU dan F-18 RAAF (cazasyhelicopteros.com)

Dasar pemikiran strategis dari  Pimpinan TNI, khususnya TNI AU serta Kemenhan untuk memodernisasi daya pukul alutsista TNI AU membawa angin segar dalam bidang pertahanan Indonesia. Kebutuhan akan Angkatan Udara yang kuat  dan disegani tersebut disetujui  oleh Presiden SBY, dan kemudian mendapat  apresiasi dan persetujuan  DPR. Sebuah kesadaran dan kebersamaan yang cerdas dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara. Upaya untuk mencapai kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum Essential Force) pertahanan masih menjadi fokus kebijakan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI ke depan.
Setelah melalui jalan panjang, TNI AU mulai dibenahi oleh pimpinan nasional yang melihat betapa pentingnya peran angkatan udara disebuah negara. Sebagai contoh, Amerika Serikat memainkan USAF sebagai sarana pendikte dan mementahkan kekuatan militer Libya, dalam membantu pemberontakan di Libya terhadap Kolonel Khadafi. Demikian juga operasi clandestine CIA yang menggunakan pesawat tanpa awak untuk mengejar dan membunuh tokoh-tokoh  Al-Qaeda dinyatakan sukses dengan kertugian sangat minim.
TNI AU mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Itulah awal kebangkitan kekuatan udara Indonesia dalam mengimbangi kekuatan udara negara tetangga.
Disamping itu Indonesia sudah menandatangani kerjasama dengan Korea Selatan, berpartisipasi membangun pesawat tempur generasi 4,5 KFX/IFX (Korean-Indonesian Fighter Xperimental), Boramae, yang dalam rencana awalnya TNI AU akan memiliki sebanyak 50 buah pada tahun 2020. Masa depan KFX/IFX Boramae menjadi tidak jelas setelah Pemerintah Korea Selatan menyatakan memotong anggaran proyek tersebut.
Dari sejarah Indonesia menyangkut kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, konflik dan ancaman kedaulatan negara hanya terjadi karena  gesekan dengan negara tetangga. AU Indonesia mulai lebih disegani setelah acara MAKS 2007 di Moskow, dimana Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak untuk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS. Kini TNI AU sudah memiliki 10 Sukhoi dan akan lengkap menjadi  satu skadron pada 2014. Disamping pada 2014 mendatang, TNI AU akan memiliki 34 F-16 setara Block 52 ( 24 F-16 C/D asal dari hibah dan 10 upgrade  F-16 TNI AU sepaket dengan hibah F-16).

Kegundahan Australia

Dalam meninjau ancaman, intelijen udara mengukur dari sisi kekuatan, kemampuan dan kerawanan baik unsur penyerang maupun unsur pertahanan musuh ataupun calon musuh. Standar analisa intelijen udara di negara manapun menggunakan standar yang sama, 3K dan 1N(Niat). Sejak operasi Trikora pada 1961, Australia walaupun tidak secara langsung menempatkan Indonesia sebagai ancaman, mengatakan bahwa musuh akan datang dari Utara. Australia menggelar kekuatannya lebih fokus ke Utara, pengamatan wilayah dilakukan dengan over the horizon radar, yang mampu memonitor hingga pulau Jawa dan Kalimantan.
Sejak TNI AU mengikuti latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah Australia, khususnya RAAF merasakan kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata lebih unggul dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini. Dari hasil latihan tersebut,  Australia harus membuat pilihan, memilih rencana pengadaan  100 unit F-35 Lightning dari Amerika (joint strike fighter) atau tetap membeli dua skadron 24 F-18 Super Hornet.
The Business Spectator menyatakan, "Indonesia merencanakan akan membeli 180 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia/India yaitu PAK-FA T-50 atau Su-35S. Jadi pertanyaannya lebih baik dipilih F-35 daripada Hornet. Apabila Indonesia kemudian dimasa depan ikut memperkuat Angkatan Udaranya dengan Su-35S atau T-50, maka AU Australia akan menjumpai masalah besar, demikian kesimpulannya.
Siaran pers resmi yang ditulis harian Rossiiskaya Gazeta mengatakan bahwa T-50 akan menggabungkan fungsi dari peran sebagai pesawat serbu dan fungsi sebagai jet tempur. Pesawat ini dilengkapi dengan  avionik modern yang mengintegrasikan fungsi elektronik dan array radar. Perlengkapan baru tersebut akan  memberikan kesempatan kepada penerbang untuk lebih berkonsentrasi dalam melakukan tugas pertempuran.
Para pengamat militer di Australia menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF  (first look, first shoot, first kill’), para pejabat pertahanan harus berjuang keras  mencari jalan keluar dengan tidak mempertahankan Hornet yang dianggap sudah ketinggalan jaman. Sukhoi oleh Australia dinilai terlalu hebat.
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, "Sebagai contoh, JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif hanya untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 kaki (walau masih bisa beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi). Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum mereka memiliki kesempatan menerapkan slogannya." Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan. Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh sebelum dia menyadarinya.
Jalan keluar yang disarankan adalah apabila Australia (RAAF) memiliki F-22 Raptor atau teknologi Raptor yang diterapkan pada pesawat tempur pilihan yang dipilih. Yang menjadi masalah, Amerika tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara lain selain untuk kepentingan pertahanan dalam negerinya.
Yang menarik, New Australia merekomendasikan Australia justru memilih Sukhoi seperti yang dilakukan India, mendapatkan lisensi dengan ijin membangun Sukhoi Australia, baik Sukhoi Flanker Su-35S atau pesawat Su-32 Fullback. Preferensi saat ini adalah Su-35S. Saat ini Sukhoi memberikan lisensi pembuatan pesawat tempur di India dan China. Australia bisa membeli utuh pesawat Sukhoi dan membangun avioniknya, dan persenjataan lokal. Kini banyak perusahaan di Rusia, Asia, Israel dan Eropa terlibat dalam pembuatan komponen Sukhoi. Sukhoi adalah 'open source', demikian menurut New Asia.
Dalam pemikiran strategis, Australia selain memandang Indonesia sebagai ancaman, juga menempatkan India sebagai ancaman. Selain itu perkembangan situasi Hankam di kawasan Laut Pasifik Selatan, menjadi perhatian Australia dengan kerjasamanya bersama Amerika. Pada pemerintahan Kevin Ruud Australia berposisi anti India, pada posisi ini menempatkan Australia terpaksa membeli F-35. Dalam pemerintahan Julian Gillard, Australia akan mendekati India dan menjadi sekutunya, berpeluang bisa mendapatkan peluang memiliki T-50. Australia menurut RBTH lebih baik memiliki Super Flankers yang murah (USD 66 juta/buah) dibandingkan harga F-35 (USD 238 juta).
Sukhoi dinilai jauh lebih unggul dibandingkan JSF. Su-35 memiliki jangkauan efektif sekitar 4.000 km dibandingkan dengan hanya 2.200 km untuk F-35. . Ini berarti JSF membutuhkan dukungan pesawat tanker untuk menutup ruang (wilayah Australia) yang lebarnya 4.000km. Selain itu, kecepatan Su-35 adalah Mach 2,4 (hampir dua setengah kali kecepatan suara), sedangkan F-35 terbatas pada Mach 1.6. Menurut Victor M. Chepkin, pertama wakil direktur umum NPO Saturn, mesin AL-41f baru akan memungkinkan jet Rusia untuk supercruise (terbang pada kecepatan supersonik untuk jarak jauh.) Dengan tidak harus beralih ke afterburner. Dengan demikian, pesawat dapat mengirit  bahan bakarnya. Kesimpulannya baik F-35 maupun F-18 performance-nya berada dibawah Su-35.
Kini Australia menghadapi dilema kegundahan. RAAF terus mengikuti perkembangan modernisasi  TNI AU. Dengan memiliki keluarga Flankers, maka Indonesia pada masa mendatang bukan tidak mungkin akan bisa memiliki pesawat tempur Su-35, dan bahkan pesawat tempur T-50 generasi kelima. T-50 PAK FA jet tempur (Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation) kini sedang mengalami uji engine di Zhukovsky Airfield, Moscow. Menurut Viktor Bondarev, Commander in Chief Russian Air Force, tes T-50 akan memakan waktu sekitar 2-2,5 tahun, sehingga pada tahun 2015-2016, T-50 akan sudah dapat di kirim ke AU Rusia.
Berdasarkan beberapa fakta tersebut, nampaknya Australia kini berada dalam kondisi mengalami kegundahan seperti tahun 1961, dimana Tu-16 AURI mampu mencapai daratannya tanpa terdeteksi dan tidak dapat diantisipasi. Dengan memiliki gabungan alutsista tempur udara Timur dan Barat, Indonesia kini menjadi negara yang disegani negara-negara  tetangganya.
Australia menjadi lebih gundah setelah mengetahui Indonesia tertarik untuk mendirikan sebuah pusat perawatan bersama untuk pesawat fixed dan rotary wing Rusia. Victor Komardin, wakil kepala  Rosoboronexport, eksportir peralatan perang Rusia, telah  mengumumkan hal tersebut di Air show LIMA 2013  di Malaysia.
Disimpulkan, dengan sudah  mengawali kepemilikan keluarga Flankers (Su 27/30), Indonesia (TNI AU) menjadi negara yang sangat diperhitungkan oleh Australia dan pasti juga oleh tetangga lainnya. Alih teknologi ke pesawat yang lebih canggih hanyalah soal waktu yang tidak terlalu rumit dilakukan TNI AU apabila ada pengembangan kekuatan.  Australia sangat khawatir Indonesia berpeluang memiliki Su-35 dan bukan tidak mungkin dengan ekonominya yang semakin baik, suatu saat Indonesia akan memiliki pesawat tempur T-50.
Memang sebaiknya intelijen udara berfikir jauh dan strategis, memperkirakan perkembangan situasi global dan regional dan memberikan masukan kepada pimpinan yang up to date. Yang terutama harus kita fahami adalah betapa pentingnya kemampuan TNI AU dengan daya "kepruknya." Itulah prinsip dasarnya agar kita diperhitungkan. Semoga bermanfaat.
Oleh : Prayitno Ramelan, Air Vice Marshal (Ret), www.ramalanintelijen.net

Minggu, 27 Oktober 2013

Riwayat Senjata Buatan Israel di Indonesia

Uzi tercipta dari situasi mendesak di Israel. Lantas bagaimana rekam jejaknya hingga ia sampai digunakan di Indonesia?

uzi,israel,senjataIlustrasi uzi, senjata buatan Israel yang penggunaannya mendunia. (Thinkstockphoto)

Ide brilian sering muncul pada saat terdesak. Kredo macam ini ada benarnya. Pada saat manusia terancam, sudah pasti instingnya untuk bertahan, membuatnya mengeluarkan segala daya upaya untuk keluar dari situasi terdesak.
Uzi, senjata yang diciptakan Uziel Gal dari Israel pada 1954, menggambarkan situasi itu. Israel mampu menaikkan situasi keterdesakan itu naik satu tingkat --Uzi lahir menjadi senjata "matang". Tidak hanya memenuhi kebutuhan pertahanan, namun memenuhi kebutuhan finansial Israel yang waktu itu baru saja berdiri.
Uzi hadir sebagai submachinegun (SMG) generasi ketiga di era di mana senjata sekelasnya sudah dipinggirkan. Bentuknya ringkas, ergonomik tanpa mengurangi performa, hingga menjadi kunci kesuksesannya di lini depan.
Bagaimana rekam jejaknya hingga Uzi masuk ke Indonesia? Jawabannya diungkap dalam buku Intel karya Ken Conboy. Dalam buku itu disebutkan bahwa pendirian Satsus Intel (cikal bakal Satuan Pelaksana BAKIN) tidak lepas dari dukungan Mossad (Dinas Rahasia Israel) yang mengirim instrukturnya ke Indonesia pada 1968.
Hubungan ini terus berlanjut, tidak hanya dengan Mossad, namun dengan Badan Intelejen Amerika Serikat (CIA). Pada 1980, CIA mengadakan pelatihan kontra-terorisme dan perlindungan VIP sebanyak lima sesi di Indonesia.
uzi,israel,senjataIlustrasi uzi, senjata buatan Israel yang penggunaannya mendunia. (Thinkstockphoto)

Pada masa itu, AS sudah gandrung pada Uzi, sehingga badan seperti CIA dan US Secret Service menggunakannya. Tentu saja kelas yang dilatih Indonesia diperkenalkan pada SMG Israel tersebut.
Sama seperti para pelatihnya di AS, kelas pelatihan yang anggotanya berasal dari BAKIN dan TNI AD, dengan segera jatuh cinta pada si kecil yang mematikan ini.
Niat untuk membeli pun diutarakan, namun tentu saja harus dilakukan secara rahasia. Mengingat di atas kertas Indonesia mengutuk aksi-aksi kekerasan Israel.
Demi mendukung Indonesia, CIA menghubungkan TNI AD dan BAKIN dengan sebuah pabrik senjata AS yang berlokasi di Philadelphia. Uzi untuk Indonesia diperoleh dari sini, dari pabrik yang memperoleh lisensi dari IMI untuk menjual Uzi di Amerika Serikat.
Seberapa besar info Conboy dapat dipercaya? Dalam bukunya yang banyak bersumber dari info BIN, kisah Uzi dijelaskan dalam satu dorsir tersendiri yang menjelaskan asal-usul peralatan yang digunakan BAKIN.
(Aryo Nugroho/Commando, Sumber: angkasa.co.id)