Rabu, 02 Oktober 2013

Intelijen Harus Berani Radikal

Seluruh insan intelijen, khususnya kepada perwira intelijen Bais TNI, agar meninggalkan paradigma lama intelijen, yang masih melekat didalam benak dan pikiran para perwira. Buang cara berpikir flat, yang hanya berpikir rutinitas dalam pelaksanaan tugas. Hal itu disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, saat memimpin serah terima jabatan (Sertijab) Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI dari Laksda TNI Soleman B Ponto, kepada Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri, di Mako Bais TNI Jalan Kalibata Raya 24 Jakarta, Senin, 30 September.
Panglima berpesan kepada pejabat baru, agar membangun kerjasama komunitas intelijen nasional, termasuk kerjasama dengan media massa, karena kerjasama intelijen dan media massa merupakan cara terbaik dalam rangka membangun dialog dan komunikasi, untuk menerapkan fungsi penggalangan terhadap rakyat dan objek lainnya dengan menggunakan pendekatan secara cerdas.
Para insan intelijen harus merubah cara berpikir, bahkan harus berani berpikir radikal, sebagaimana radikalnya ancaman yang berkembang saat ini. Gunakan dan kembangkan pendekatan smart power dengan mengedepankan soft power dan dalam tugas-tugas intelijen, melalui optimalisasi dialog dan komunukasi dua arah, karena sejatinya pada saat ini intelijen bukanlah sosok yang menyeramkan dan misterius.
Sesuai dengan makna dasar intelligent adalah kecerdasan, yang pada dasarnya dituntut bekerja sesuai dengan norma-norma ilmiah dan etika, sehingga diperoleh data yang reliable, dengan demikian seseorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya.
Intelijen tidak bisa menahan keterbukaan informasi, dan tidak bisa mengendalikan komunikasi. Dalam kaitan tersebut, Bais TNI harus mengembangkan pendekatan dialog dan komunikasi pada setiap pelaksanaan tugas. Komunikasi memainkan peran signifikan dalam mencapai resolusi konflik, ketidakpercayaan, kecurigaan, serta permusuhan yang terjadi di masyarakat.
Keberhasilan menyelesaikan perselisihan diklaim sebagai keberhasilan komunikasi. Kemampuan menyatukan beragam pemikiran kedalam keterikatan pemahaman yang sama, juga dikatakan sebagai keberhasilan komunikasi dari sebuah operasi intelijen penggalangan.
Cara kerja yang cermat dan mendalam, kualitas berpikir yang cerdas, tajam dan akurat dalam menganalisa, serta kinerja yang semakin meningkat, harus menjadi ciri utama Badan Intelijen Strategis TNI, yang bekerja berlandaskan tugas pokok TNI dan dua tugas Operasi Militer Perang (OMP), serta empat belas tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang diamanatkan undang-undang.

Kado Untuk Puspenerbal

3 hari menjelang HUT TNI, TNI Angkatan Laut mendapatkan kado istimewa. Yaitu resmi operasionalnya CN-235-220 Patmar pesanan Puspenerbal buatan PT. Dirgantara Indonesia. Rabu pagi, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro secara resmi menyerahkan pesawat patroli itu ke TNI-AL. Selanjutnya, CN-235 Patmar akan bergabung dengan Skadron Udara 800.
Seperti diketahui, TNI-AL memesan sebanyak 3 unit CN-235 Patmar ke PT.DI. Beberapa bulan ke depan, juga akan dilakukan serah terima pesawat yang kedua. Dengan penambahan pesawat ini, diharapkan tugas TNI-AL, Puspenerbal khususnya, semakin efektif dan efisien. Apalagi, pesawat ini telah dilengkapi mission system yang cukup lengkap. Namun demikian, CN-235 Patmar ini juga bisa dikembangkan lebih lanjut jika pengguna menginginkan. Misalnya penambahan pemasangan senjata atau alat deteksi kapal selam (MAD).

Di sela-sela acara serah terima, terlihat juga CN-295 dan heli Nbell-412 pesanan TNI-AU dan TNI-AD yang tampaknya juga siap diserahterimakan.





Delapan pesawat JAT akan meriahkan HUT TNI



 ilustrasi Satu F-16 Fighting Falcon Skuadron Udara 3 mengudara sesaat setelah lepas landas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Jawa Timur, beberapa hari lalu. (ANTARA News/Penerangan dan Kepustakaan Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi)

Yogyakarta  - Delapan pesawat KT-01 Wong Bee dari Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta yang tergabung dalam Jupiter Aerobatic Team akan memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-68 Tentara Nasional Indonesia di Jakarta, 5 Oktober 2013.

"Dari delapan pesawat KT-01 Wong Bee yang tergabung dalam Jupiter Aerobatic Team (JAT) itu, yang akan tampil berakrobat dalam peringatan HUT TNI di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Jakarta hanya enam pesawat," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Lanud) Adisutjipto Mayor Sus Hamdi Londng Allo di Yogyakarta, Senin.

Pada pelepasaan keberangkatan JAT, menurut dia, puncak peringatan HUT Ke-68 TNI akan dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dengan Inspektur Upacara (Irup) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Penampilan JAT itu memasuki masa transisi menuju generasi ketiga keberadaan tim tersebut. Rencananya Komandan Skadik 102 Mayor Pnb Ferry Yunaldi akan bertindak sebagai `flight leader` dan akan unjuk kebolehan di Ibu Kota Jakarta," katanya.

Mayor Pnb Ferry Yunaldi mengatakan, saat tampil pada peringatan HUT ke-68 TNI di Jakarta pada 5 Oktober 2013, pilot JAT sudah dengan personel yang baru hasil regenesasi dari JAT yang tampil terakhir pada Langkawi Aerospace di Malaysia. Pada HUT TNI tersebut JAT akan menampilkan tarian udara sebanyak 10-15 tarian.

"Sejak beberapa waktu lalu untuk mempersiapkan diri dalam memeriahkan `event` hari jadi TNI tersebut JAT telah melaksanakan latihan rutin di Lanud Adisutjipto. Kami berharap semuanya berjalan aman dan lancar," katanya.

Menurut dia, keberangkatan JAT ke Lanud Halim Perdanakusuma terasa spesial karena dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Adisutjipto Marsekal Pertama (Marsma) TNI Agus Munandar dan Komandan Wing Dik Terbang Kolonel Pnb Bob Panggabean.

Komandan Lanud Adisutjipto tandem bersama dengan Kapten Pnb Apri Arfianto yang menggunakan pesawat "number 0109", sedangkan Komandan Wing Dik Terbang bertandem dengan Mayor Pnb Marcell.

Ia mengatakan, generasi ketiga JAT adalah Mayor Pnb Ferry Yunaldi, Kapten Pnb Ripdho, Kapten Pnb Apri Arfianto, Mayor Pnb Ari Susiono, Mayor Pnb Sri Raharjo, dan Mayor Pnb Marcell.

"JAT berdiri pada 2001, kemudian pada 21 Mei 2008 menggunakan pesawat generasi baru dan sukses tampil pada Wingday Sekolah Penerbang pada 4 Juli 2008," katanya.

Selasa, 01 Oktober 2013

Melihat Jeroan Kapal Selam Indonesia

Ada yang aneh dengan perilaku para awak kapal selam KRI Cakra dan Nanggala, akhir-akhir ini. Kapal selam itu seakan diumbar/dipertontonkan kepada rakyat Indonesia. Tidak itu saja, para pejabat daerah pun, tidak tanggung-tanggung diajak masuk ke dalam kapal selam, untuk melihat isi dari alutsista “strategis itu”. Dan sebagai bukti bahwa sosialisasi telah dilakukan, kunjungan itu disertai photo-photo untuk dokumentasi dan disebarkan ke publik.
Jika anda hanya punya dua kapal selam yang dikategorikan alutsista strategis, apakah anda mengumbar dan mempertontonkan senjata anda itu kepada publik ?.
Dalam perjalanannya, perwira kapal selam pun berbicara cukup detil tentang rute perjalanan kapal, waktu tempuh hingga jumlah kru yang diangkut. Hal ini terjadi antara wartawan di Timika dengan Komandan Kapal selam. Apakah Komandan kapal selam berani membeberkan isi kapal selamnya kepada publik, jika itu alat perang utama untuk pertempuran? Rasanya agak mustahil juga. Sudah tidak ada lagi kerahasiaan dan faktor senyap, jika hal itu dilakukan.
“Sosialisasi Kapal selam U-209″ milik TNI, akhirnya mendatangkan reaksi dari negeri Jiran.

Kunjungan Wakil Gubernur Banten ke KRI Nanggala 402 (photo: humasprotokol.bantenprov.go.id)


Wakil Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Abdul Rahim Bakri mengatakan: “Baru-baru ini, Vietnam juga bercadang membeli enam buah kapal selam dan Indonesia telah memiliki dua buah kapal selam yang dibekalkan Rusia“.
Lho kok, ketika Indonesia menyosialisasikan kepal selam Cakra dan Nanggala U-209 buatan Jerman Barat, tiba-tiba Wakil Perdana Menteri Malaysia menyebutkan Indonesia punya dua kapal selam dari Rusia ?.
Tentu, kita harus menghargai pernyataan itu, apalagi ucapan tersebut bukan dari semabrang orang, melainkan Wakil Menteri Pertahanan Malaysia. Tugasnya adalah memperhitungkan geopolitik dalam dan luar negeri/ negara tetangga, sehingga bisa membangun kekuatan militer yang tepat, untuk mengamankan negara.  Informasi yang masuk ke Departemen Pertahanan, tentu memiliki tingkat akurasi yang tinggi, karena taruhannya terkait dengan proyeksi kekuatan militer sebuah negara. Kalaulah yang berbicara tentang kapal selam itu Menteri Perdagangan atau Menteri Pariwisata, mungkin bisa kita abaikan ucapannya.
Maksud dan tujuan dari ucapan Wakil Menteri Pertahanan Malaysia, bisa ditebak arah dan tujuannya. Tidak lain, meminta tambahan dana, untuk membeli alutsista yang lebih banyak.
Kebijakan Malaysia yang hanya membeli 2 kapal selam Scorpene, memang sudah membingungkan sejak awal. Mau diapakan kapal selam itu ?.
Singapura memiliki 6 kapal selam (1/2 lusin), Australia 11 kapal selam (1 lusin -), Vietnam membeli 6 kapal selam (1/2 lusin). Di jaman Presiden Soekarno Indonesia memiliki 12 kapal selam (1 lusin). Proyeksi Indonesia tahun 2024, ada 12 – 18 kapal selam (1  hingga 1 1/2 lusin).
Kita dengarkan ucapan lebih lanjut dari Wakil Menteri Pertahanan Malaysia:
Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) memerlukan sekurang-kurangnya enam buah kapal selam bagi membentuk angkatan yang berupaya mengawal sempadan maritim negara secara berkesan.
Timbalan Menteri Pertahanan, Datuk Abdul Rahim Bakri berkata, aset pertahanan itu penting kerana kedudukan Malaysia di kawasan tengah Asia Tenggara terdedah dengan konflik bilateral dengan negara-negara jiran termasuk isu Kepulauan Spratly.
Ada apa dengan Malaysia ?. Mengapa tiba-tiba panik dan ingin menambah kapal selam sedikitnya 6 unit. Sementara Korps Hiu Kencana TNI AL dengan 2 KRI tua Cakra dan Nanggala, santai-santai berkeliling pulau di nusantara, sambil memamerkan isi kapal selamn ke rakyat Indonesia ditambah photo-photo segala.  Ah…memang aneh.

Kapal Selam Lada: Dirancang untuk Bertahan dan Menang

Kapal selam Lada next generation "Amur-1650" (Foto:one half 3544/wiki)
 
Kapal selam diesel-listrik kelas Lada dirancang oleh Rusia untuk menghadapi kapal selam dan kapal permukaan, mempertahankan jalur dan pangkalan angkatan laut, serta untuk misi pengintaian.
 
Yury Dolgoruky, kapal selam pertama dari kelas Borey saat ini sudah dioperasikan Angkatan Laut Rusia, dan kapal-kapal selam dari kelas yang sama yaitu Alexander Nevsky dan Vladimir Monomakh dijadwalkan akan dikirimkan pada akhir tahun depan. Ketiga kapal selam tersebut bertenaga nuklir, mengapa Rusia masih membutuhkan kapal selam non-nuklir seperti kapal selam kelas Lada?

Dalam kerangka program persenjataan Rusia, ada rencana untuk membangun dua puluh kapal selam diesel-listrik pada tahun 2020. Empat belas diantaranya adalah modifikasi dari kapal selam kelas Lada sebelumnya dan sisanya merupakan proyek kapal selam diesel-listrik baru.

Lada terbaru adalah Lada generasi keempat yang dikembangkan oleh Biro Desain Rubin Rusia. Ini menjadi wujud pengalaman panjang yang diperoleh selama pengembangan dan perbaikan kapal selam Lada generasi kedua dan ketiga, yang notabene sudah menjadi kapal selam best-seller di pasar persenjataan laut global.

Desain dan kemampuan kapal selam non nuklir (diesel-listrik) menjadikannya baik untuk dioperasikan di perairan pantai dan lepas pantai Rusia, termasuk kawasan Baltik dan Laut Hitam. Kapal selam Lada tidak hanya mampu untuk mempertahankan pangkalan-pangkalan dan pantai, namun juga untuk mencari dan menghancurkan kapal selam dan kapal permukaan musuh.
Proyek kapal selam Lada pertama diluncurkan pada 1980-an. Proyek teknis pertama disetujui pada 1993, dan upgrade signifikan terjadi pada tahun 1997
Negara-negara asing sudah menunjukkan minat tingginya pada kapal selam hasil rancangan Rubin ini. Terutama saat pemeran LIMA 2013 di Malaysia, dimana disini banyak perwakilan negara-negara dari kawasan Asia Pasifik. Pada tahun 2030, wilayah ini (Asia pasifik) diperkirakan akan menjadi pasar lebih dari setengah kapal-kapal selam non-nuklir di dunia. Ini utamanya disebabkan oleh fakta bahwa kapal selam kelas Lada atau disebut juga Amur (versi ekspor) memiliki keunggulan signifikan atas kapal-kapal selam dari Eropa - mampu menyerang dengan rudal secara voli. Rudal dan torpedo otomatis dengan kekuatan mencolok telah diaplikasikan pada Lada, ini belum pernah ada untuk kapal selam yang berbobot sejenis.

Kapal selam lada adalah kapal selam single-hulled, dengan bobot minim menjadikan tingkat kebisingan terminimalisir sekaligus meningkatkan kekuatan propulsinya. Kelas ini menjadi penggunaan yang pertama kali Rusia sejak tahun 1940 untuk desain mono-hull.

Menurut kepala desainer Lada, Igor Molchanov, desain Lada ini telah mengurangi bobotnya, lebih sedikit membutuhkan bahan baku logam, biaya konstruksi rendah, namun kinerja akustiknya ditingkatkan dan membuatnya menjadi silent.

Molchanov mengatakan kapal selam Lada generasi keempat ini memiliki sejumlah perbedaan mendasar dari kapal selam Lada generasi ketiga. Lada yang baru atau Amur (versi ekspor) dilengkapi dengan rudal dan torpedo yang kuat. Sementara rudal jelajah untuk versi Lada sebelumnya hanya dapat ditembakkan dari dua tabung, maka rudal jelajah pada Lada generasi keempat dapat ditembakkan dari semua tabung (6 tabung). Selain itu Lada terbaru memiliki tingkat kebisingan intrinsik yang rendah. Akhirnya, dibandingkan dengan kelas Lada sebelumnya, Lada terbaru memiliki daya jelajah yang lebih jauh dan setidaknya memiliki umur pakai minimal 25 tahun.

Lada juga dilengkapi dengan Lira, sebuah perangkat sonar canggih dengan sistem antena, yang mana di area permukaan bisa disamakan dengan sonar yang digunakan kapal selam nuklir. Fungsi vital kapal selam ini dijalankan oleh sistem otomatis yang komperehensif guna mengendalikan peralatan teknis serta semua fungsi yang terkait dengan persenjataan.

Kapal selam kelas Lada juga berpotensi besar untuk bisa terus dikembangkan, khususnya untuk perangkat elektroniknya. Proyek ini sendiri berpeluang besar untuk mengupgrade sistem elektroniknya. Selain itu Biro Desain Rubin memenuhi keinginan pelanggan untuk membuat kapal selam atau fitur kapal selam yang mereka inginkan.

Kapal Selam Amur 1650 (Lada next generation)
ProdusenBiro Desain Rubin
HargaUS$ 100 juta ? (Wikipedia)
Panjang
66,8 m
Lebar
7,1 m
Bobot1.765 ton?
Kecepatan20 knot
Daya selam
300 m
Jangkauan
7.000 km (pada kecepatan 10 knot)
Daya tahan di laut
45 hari
Kru35
Persenjataan
  • 6 tabung 533 mm
  • 18 torp
  • 10 silo vertikal untuk rudal BrahMos
 

Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam, Bungkus Nggak?

Sebelumnya Indonesia menerima tawaran 10 kapal selam dari Rusia. Belum jelas kapal selam dari kelas apa dan buatan tahun berapa yang ditawarkan Rusia itu. Untuk menindaklanjuti, pihak Kemenhan sudah mengirimkan tim ke Rusia guna menjajaki tawaran Rusia ini, sekaligus melihat langsung kondisi kapal selam di tempatnya bersandar.

Menurut Tempo, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis mengatakan bahwa kedua negara belum mencapai kesepakatan soal tawaran (disebut-sebut sebagai hibah) ini dan masih mengkaji langkah-langkah selanjutnya. Soal spesifikasi kapal-kapal selam tersebut, Rachmad juga belum mengungkapkannya.
Belum ada kesepakatan dengan tawaran Rusia ini. Dua hal penyebabnya, yaitu mungkin Indonesia belum bisa memenuhi apa yang diinginkan Rusia atau pihak Kemenhan sendiri-lah yang masih menimbang kemampuan kapal selam tersebut, biaya perawatan, perbaikan, dan kesiapan infrastruktur.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio menegaskan bahwa kapal selam yang akan dibeli harus sesuai dengan kondisi perairan Indonesia, seperti kondisi geografis dan apakah kapal selam tersebut cocok di samudera atau di archipelago. "Idealnya kapal selam kita memiliki kekhususan dan kekhasan dengan melihat kedalaman dan kontur laut," ujar Marsetio beberapa waktu lalu.

Kelas Kilo


Kalau melihat list kapal selam Rusia yang masih aktif saat ini, kapal selam konvensial (non nuklir) tertua mereka adalah kapal selam kelas Kilo dari Project 877. Kapal-kapal selam dari kelas ini masuk ke layanan pada tahun 1980 -kapal selam pertama tidak aktif lagi, dan kapal selam kedua (1981) masih aktif- dan yang terakhir masuk ke layanan pada 1994.

Ada juga proyek pengembangan selanjutnya dari kelas Kilo yaitu Project 877 EKM, Project 877LPMB dan project 877V, semua kapal selam kelas tersebut juga masuk layanan antara tahun 1980-1990an, namun jumlah yang dibangun tidak sebanyak kapal selam Kilo dari Project 877 (khusus Rusia, dibangun sekitar 20 lebih dan masih aktif sekitar 14 unit). Total, seluruh kapal selam kelas Kilo dari semua Project adalah 57 unit dan masih aktif 47 unit dengan pengguna yaitu Rusia sendiri dan beberapa negara lain yaitu China, India, Iran, Polandia, Rumania, Aljazair dan terakhir tetangga kita Vietnam.

Jika melihat dari kuantitas kapal selam yang ditawarkan Rusia, tampaknya memang dari kelas Kilo atau bakal didominasi dari kelas Kilo Project 877 karena beberapa kapal selam dari Project 877 tok juga sudah ada yang tidak aktif lagi. Atau tidak menutup kemungkinan bahwa yang ditawarkan adalah kapal-kapal selam yang masih aktif, karena Rusia sendiri sudah berencana membangun 20 kapal selam konvensional (kelas Lada) hingga 2020.

Artileri.

Manuver AS di Suriah dan Papua

Militer Suriah merayakan keberhasilan mereka merebut desa Haydariyah, 7 km di luar kota Qusayr yang dikuasai oposisi pada 13 Mei 2013. Militer Suriah merebut 3 desa strategis di Qusayr, Provinsi Homs membuat mereka bisa memotong jalur logistik bagi pasukan oposisi yang berada di tengah Kota Qusayr, ujar seorang perwira militer kepada AFP (Joseph Eid/AFP/Getty Images)
 
 
Presiden SBY dalam pidato kenegaraannya tanggal 16 Agustus 2013 di Gedung DPR RI mengingatkan negara lain untuk tidak coba-coba merebut Papua dan Aceh dari NKRI. “Tidak sejengkal tanah pun lepas dari NKRI”, ujar Presiden dengan sedikit geram.
Pidato Presiden itu bersamaan dengan berlayarnya Kapal Freedom Flotilla dari Australia yang hendak menerobos wilayah Papua secara ilegal. Tak lama kemudian muncul kasus lain, yakni tewasnya satu prajurit TNI akibat kontak senjata dengan gerakan separatis di Papua. Peristiwa ini menambah panjang daftar prajurit yang tewas di Papua dalam beberapa bulan terakhir. Suhu Politik di Papua terus meningkat
Ada apa dengan Papua ?
Kita kilas balik sebentar dengan pernyataan pengamat militer Connie Bakrie saat muncul di TvOne 26/03/2011 lalu.  Menurut Connie Bakrie skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah telah dirancang sejak lama, demi mengukuhkan cengkeramannya AS di negara-negara kaya sumber minyak tersebut. Setelah berurusan dengan Timur Tengah, sasaran AS berikutnya bisa jadi Papua.
Analisa Conie Bakrie dua tahun lalu itu, mulai menemukan bentuknya. Kini, Senat AS telah menyetujui rencana serangan militer ke Suriah yang diajukan Presiden Barrack Obama. Dengan demikian, tidak ada lagi yang menghalangi niat Pemerintahan Barrack Obama untuk menyerang Suriah.
Dulu orang memperkirakan, setelah AS “mengurus” Irak, mereka akan mengintervensi Suriah lalu Iran. Kini ramalan itu sudah setengah jalan.
Ada kesamaan modus yang dilakukan AS dalam menyerang Irak maupun rencana menyerang Suriah. Kedua negara ini dianggap memiliki senjata pemusnah massal, tapi AS sendiri tidak pernah bisa membuktikannya. Sikap AS ini disindir oleh Presiden Rusia Vladimir Putin yang mendesak Barat untuk menyampaikan bukti meyakinkan mengenai serangan kimia di Suriah kepada Dewan Keamanan PBB.
“Jika ada bukti jelas tentang senjata apa yang digunakan dan siapa yang menggunakannya, Rusia akan siap bertindak dengan cara yang paling tegas dan serius,” tegas Putin yang dikutip AFP, Rabu (4/9/2013).
Kembali ke ramalan Connie Bakrie. Setalah AS mengukuhkan cengkeramannya di Timur Tengah, akankah Papua menjadi sasaran AS berikutnya ?. Papua memang sangat mengggiurkan sebagai cadangan sumber daya mineral bagi keberlangsungan hidup sebuah bangsa di tengah krisis energi yang terjadi saat ini. Apalagi China sedang agresif-agresifnya melindungi potensi sumber energi mereka yang berakibat semakin terdesaknya posisi AS di tingkat global.
Tanggal 23 Mei 2013 digelarlah Hearing antara Negosiator Papua Oktovianus Mote dengan Kongres AS Komisi Hak Asasi Manusia, tentang kondisi HAM Indonesia di Room 2261 of the Rayburn House Office Building.
Sidang ini meninjau situasi hak asasi manusia di Indonesia dan kebijakan luar negeri AS dengan pandangan menuju pemilihan presiden dan parlemen di Indonesia pada tahun 2014, dengan mengundang Octovianus Mote, Negosiator Perdamaian Papua untuk menberi materi soal kondisi HAM di tanah Papua.
Octovianus Mote diberi kesempatan untuk menyampaikan pernyataan lisan kepada Tom Lantos Human Rights Commission (TLHRC). Lima rekomendasi yang diajukan ke Kongres AS:
Pertama, untuk mengeluarkan resolusi Kongres AS yang mendesak pemerintah AS untuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk melindungi (responsibility to protect) untuk mengakhiri kejahatan melawan kemanusiaan terhadap rakyat Papua Barat.
Kedua, resolusi yang sama seharusnya mendesak pemerintah Indonesia untuk mulai negosiasi dengan maksud baik dengan tim damai Papua dengan mediasi pihak internasional.
Ketiga, untuk mendukung tim damai Papua dengan dukungan logistik dan riset melalui riset-riset di Amerika dan lembaga think tank dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuannya untuk mewakili Papua dalam perundingan damai.
Keempat, untuk meminta pemerintah Amerika Serikat memberikan dukungan moral, politik, dan logistik yang diperlukan bagi pemerintahan Yudhoyono untuk memulai perundingan damai dengan tim damai Papua.
Kelima, untuk memberi syarat dalam bantuan keamanan Amerika Serikat kepada pemerintah Indonesia tentang mengakhiri pelanggaran HAM di Papua Barat dan tentang apakah pemerintah Indonesia akan berunding dengan niat baik dengan masyarakat Papua Barat.
Pada Konferensi Papua Damai yang diadakan pada tahun 2011 di Jayapura, Octovianus Mote dipilih sebagai satu dari antara lima orang Negosiator Papua Damai. Empat lainnya adalah: Rex Rumakiek (di Australia), DR. John Otto Ondawame (di Australia), Benny Wenda (di Inggris), dan LeoniTanggahma (di Belanda).
Setelah hearing tersebut, dua bulan kemudian sempat beredar kabar rencana Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe bersama 16 Bupati di wilayah Pegunungan Papua, untuk bertolak ke Amerika Serikat, guna bertemu dengan Presiden AS Barack Obama bulan Juli 2013.
Pendulum politik di Bumi Papua terus mengayun. Angin positif sempat didapatkan Indonesia setelah anggota Kongres AS dari Partai Demokrat yang juga Ketua Sub Komisi Asia Pasifik, Eni Faleomavaega, berubah pikiran. Jika sebelumnya ia lantang menyerukan kemerdekaan bagi Papua, kini justru mendukung Papua sebagai bagian dari NKRI dalam kerangka otonomi khusus di Papua. Namun dukungannya itu tentu bisa berubah, tergantung tingkat pencapaian Otonomi Khusus di Papua.
Cara paling efektif untuk menjaga Bumi Papua berada di dalam pelukan NKRI, tentunya membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Inisiatif itu antara lain dilakukan prajurit SatgasPamtas RI–PNG Yonif 412/Raider/Kostrad yang mengubah lahan tidur menjadi kebun semangka, di Distrik Muara Tami Kota Jayapura.
Pola bercocok tanam sebagian besar masyarakat setempat masih tradisional yang mengandalkan kesuburan tanah dari lahan bercocok tanam, tanpa menggunakan pupuk, perawatan minim dan tanpa pengolahan tanah garapan sebelum tanam. Dansatgas Yonif 412/Raider Kostrad Letkol Inf M.Taufiq Zega mendorong pasukannya bekerjasama dengan instansi Dinas Pertanian dan Kepala Distrik setempat, untuk menghidupkan 2 hektar lahan tidur, yang ditanami semangka sejak Mei 2013.
Komoditi yang ditanam adalah buah semangka dan melon dengan berbagai varietas. Selain menyiapkan sistem irigasi, perawatan tanaman dilaksanakan menggunakan obat-obatan tanaman, serta pupuk bersubsidi yang tersedia di toko-toko pertanian setempat. Akhir Agustus hingga September ini panen digelar. Penduduk bisa merasakan buah-buahan hasil jerih payah mereka.

Yonif 412/Raider/Kostrad dan Masyarakat mengubah lahan tidur menjadi kebun semangka, di Distrik Muara Tami Kota Jayapura. (photo:Kostrad)

Selain pemberdayaan masyarakat, Kementerian Pertahanan juga mengajukan anggaran Rp 425 miliar untuk pembangunan jalan di Papua. Sasaran jalan yang hendak dibangun adalah menghubungkan Provinsi Papua dengan Papua barat, untuk membuka keterisoliran wilayah dan mendorong ekonomi di Papua. Ada 14 ruas jalan yang akan dibangun dan pembangunan itu akan dilakukan oleh TNI.
Penetapan itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2013 yang ditandatangani oleh Presiden SBY pada 17 Mei 2013. Ada 40 jalan Strategis Nasional di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat yang dilampirkan dalam Perpres ini, di antaranya Sentani – Depapre – Bongkrang; Lingkar Supriori; dan Tanjung Demon – Baum – Dasri. Melalui Perpres ini, pemerintah memberikan penugasan kepada TNI untuk melaksanakan pembangunan jalan pada ruas-ruas jalan yang telah ditetapkan.
Sudah saatnya membangun bumi Papua lebih serius, untuk mencegah terwujudnya ramalan dari Connie Bakrie.
JKGR.