Berita tentang rencana pembelian drone helikopter oleh Bakamla (Badan
Keamanan Laut) RI telah terendus sejak awal tahun lalu, dan di ajang
Singapore Air Show 2016, angin segar tentang datangnya drone helikopter
tersebut kian berembus kencang, pasalnya Bakamla dikabarkan bakal
membeli tiga unit drone Rajawali 350 besutan PT Bhineka Dwi Persada
(BDP), perusahaan swasta nasional yang juga memasok drone Rajawali 330
untuk TNI AD.
Drone helikopter pesanan Bakamla ini jelas beda dengan drone heli
yang kerap ditampilkan dalam wujud quad copter. Rajawali 350 bentuknya
lumayan besar untuk ukuran drone dan desainnya mengusung rancangan
helikopter konvensional, ini wajar mengingat Rajawali 350 nantinya akan
dioperasikan di wilayah lautan yang harus menghadapi terpaan angin
kencang.
Dirunut dari silsilahnya, Rajawali 350 dibangun dari platform drone
R-350 buatan UMS Skeldar, manufaktur drone asal Swiss yang sahamnya
mayoritas dikuasai Saab, Swedia. Ditangan PT BDP, drone ini ‘dijahit dan
dikemas’ sesuai kustomisasi dari pemesan. Dalam penjelasannya ke
Indomiliter.com
di Singapore Air Show 2016, (17/2/2016), Christeven Bong, Executine
Engineer PT BDP menyebutkan, “Rajawali 350 sangat pas untuk mendukung
tugas intai maritim dan dapat mendukung peran SAR.” Bicara tentang SAR,
Rajawali bisa dilengkapi air droppable SAR pods.
Sementara untuk misi yang terkait intai mengintai, drone helikopter dengan bobot 150 kg ini bisa dipasangi radar GMTI (
ground moving target indicator), teknologi yang juga dipasang pada radar intai Saab terbaru GlobalEye. Dengan GMTI, Rajawali 350 sanggup men-
track pergerakan kapal-kapal kecil yang bermanuver tinggi di permukaan.
Dengan kapasitas payload 25 – 30 kg, pilihan perangkat canggih yang
bisa dipasang ada Lidar (Light Detection and Ranging), multi/hyper
spectral camera, dan SIGINT/ELENT system dan communication relay system.
Sementara bermacam sensor gimbal yang bisa dicangkok termasuk EO
(electro optic)/IR (infra red) sensor dan mapping camera.
Karena bakalan di setting untuk lepas landas dan mendarat dari deck
kapal Bakamla, urusan dapur pacu menjadi perhatian serius, yang jelas
tenaganya harus mumpuni untuk ‘melawan’ kencangnya angin laut. Rajawali
350 mengadopsi mesin turbin 25 Kw. Radius operasinya mencapai 120 Km
dengan ketinggian terbang maksimum 4.500 meter. Soal kecepeatan,
Rajawali laut ini mampu ngebut hingga 145 Km per jam dengan durasi (
endurance) di udara selama 4 jam.
Drone yang sudah menyandang standar militer ini dapat mendarat secara
otomatis, bahkan dalam kondisi darurat, Rajawali 350 dapat landing
dengan bantuan parasut. Terkait operasional di lautan, mungkin yang
harus diwaspadai adalah suhu (temperature) yang kadang bila terlalu
panas dapat mengganggu sistem elektronik. Dalam spesifikanya, Rajawali
350 sanggup terbang aman di suhu -30 sampai 40 derajat celcius.
Sebelum tampil di Singapore Air Show 2016, Rajawali 350 sudah pernah
ditampilkan secara statis di pameran Indo Defence 2014 lalu.
(Haryo Adjie – Singapura)Spesifikasi Rajawali 350
– Rotor diameter: 3,5 meter
– Airframe lenght: 3,10 meter
– Height: 1,3 meter
– Width: 1,1 meter
– Empty weight: 75kg
– MTOW: 150 kg / Expandable to 175 kg
– Rotary system: 3 blades
– Endurance: 4+ hours
– Payload capacity: 25-30 kg
– Mission radius: 120 km
– Service ceiling: 4.500 meter
– Cruise speed: 70 km/h
– Max airspeed: 145 km/h
– Fuel: F34, F44, F54, Jet A1, JP6, Jp8
– Turbine: 25 kW
– Temperature Range: -30° C- +40° C