Untuk pertama kalinya, helikopter Puspenerbal TNI AL NBO-105 dengan
nomer NV-409, sukses melakukan pendaratan di helipad USS Fort Worth
LCS-3. Hal ini menjadi agenda dalam latihan militer CARAT (Cooperation
Afloat Readiness and Training) Indonesia 2015 yang berlangsung di
perairan Bali. Operasi pendaratan helikopter secara langsung menyiratkan
peningkatan interoperabilitas antara kekuatan TNI AL dan AL AS.
Seperti diketahui, CARAT adalah serangkaian latihan di level AL yang
melibatkan hubungan kerjasama bilateral antara AS dengan militer dari
sembilan negara mitra di Asia Selatan dan Asia Tenggara. CARAT Indonesia
2015 berlangsung dalam periode 3-10 Agustus 2015, dalam latihan ini
termasuk dilakukan operasi pendaratan amfibi, peperangan permukaan,
latihan perang anti-kapal selam, pelatihan penyelamatan, patroli dan
intai maritim.
Yang menarik dari momen ini adalah kehadiran USS Fort Worth, selain
sarat teknologi canggih, kapal berdesain futuristik ini di awal
kehadirannya di Asia Tenggara sempat mengundang polemik, pasalnya kapal
LCS ini pernah digadang AS untuk ditempatkan dalam meronda di Selat
Malaka yang rawan perompakan. Terlebih AS akan menjadikan Singapura
sebagai basis pangkalan armada kapal-kapal perangnya. Secara langsung,
beberapa LCS menjadi bukti kesiapan armada AL AS untuk melakukan operasi
laut di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk menyikapi
eskalasi di Laut Cina Selatan.
Sekilas USS Fort Worth LCS-3
Program Litoral Combat Ship (LCS) merupakan pengembangan dan pengadaan kapal perang AL AS yang tujuan utamanya menggantikan kapal perang yang kelasnya di bawah perusak (destroyer). Label LCS kalau diterjemahkan secara bebas berarti “kapal perang untuk wilayah pesisir.” Di lingkungan AL AS, LCS diartikan sebagai “kapal perang permukaan berukuran relatif kecil, berkecepatan tinggi, lincah dalam manuver, harga relatif murah (dibandingkan perusak), mampu berinteraksi dengan alutsista lain dalam lingkungan network centric serta bersifat modular, dimana setiap modul tersedia modul misi yang dikonfigurasi sesuai tuntutan misi yang spesifik, seperti misi peperangan atas air, anti kapal selam, pengawasan dan pengintaian, patroli alur laut, pertahanan pantai, netralisasi ranjau, hingga dukungan operasi pasukan khusus.
Program Litoral Combat Ship (LCS) merupakan pengembangan dan pengadaan kapal perang AL AS yang tujuan utamanya menggantikan kapal perang yang kelasnya di bawah perusak (destroyer). Label LCS kalau diterjemahkan secara bebas berarti “kapal perang untuk wilayah pesisir.” Di lingkungan AL AS, LCS diartikan sebagai “kapal perang permukaan berukuran relatif kecil, berkecepatan tinggi, lincah dalam manuver, harga relatif murah (dibandingkan perusak), mampu berinteraksi dengan alutsista lain dalam lingkungan network centric serta bersifat modular, dimana setiap modul tersedia modul misi yang dikonfigurasi sesuai tuntutan misi yang spesifik, seperti misi peperangan atas air, anti kapal selam, pengawasan dan pengintaian, patroli alur laut, pertahanan pantai, netralisasi ranjau, hingga dukungan operasi pasukan khusus.
Dirunut dari segi bobot, LCS berada di antara korvet (600 – 2.000
ton) dan frigat (2.000 – 4.000 ton). Namun kapabilitas misi yang diemban
LCS terkesan ‘tanggung.’ Dengan bekal modul misi yang bisa
dikonfigurasi, kapabilitas misi LCS bahkan melampaui frigat.
USS Fort Worth LCS-3 masuk dalam keluarga Freedom Class, karena unit
perdana yang diluncurkan adalah USS Freedom LCS-1. Kapal perang canggih
ini dibuat oleh Lockheed Martin, AS, dengan tahun order pembuatan pada
2009. USS Foth Worth ditenagai dua mesin Rolls-Royce MT30 36 MW gas
turbines, 2 Colt-Pielstick diesel engines, dan 4 Rolls-Royce waterjets.
Dengan racikan kekuatan elemen-elemen mesin tersebut, kapal ini dapat
melaju hingga kecepatan 45 knots (setara 83 km per jam) pada sea state
3. Jauh lebih cepat dari laju maksimum KCR (Kapal Cepat Rudal)-40/60 TNI
AL yang hanya mampu digeber sampai 30 knots.
Sebagai kapal pesisir dengan daya gempur setara frigat, USS Fort
Worth mampu berlayar terus menerus selama 21 hari. Jarak jelajah kapal
ini bisa mencapai 6.500 km pada kecepatan jelajah 18 knots. Untuk bekal
persenjataan, ada racikan kanon BAE Systems Mk 110 57 gun (kanon ini
merupakan varian terbaru dari kanon Bofors 57 mm MK.2 yang terpasang
pada FPB-57 TNI AL), kemudian ada bekal RIM-116 Rolling Airframe
Missiles, torpedo MK50, 2x kanon Bushmaster kaliber 30 mm, dan empat
pucuk SMB M2HB 12,7 mm.
Rasanya tak sulit bagi pilot helikopter ringan NBO-105 Puspenerbal
TNI AL untuk mendarat di helipad USS Fort Worth, pasalnya deck helipad
dirancang cukup lapang, helipad mampu menampung 2 unit helikopter sedang
MH-60R/S Seahawks atau 2 unit drone helikopter MQ-8 Fire Scout. (Gilang
Perdana)
Spesifikasi USS Fort Worth LCS-3
Kontraktor utama: Lockheed Martin
Dimensi: panjang 118,6 meter; beam 17,7 meter; draft 4,1 meter
Bobot tempur maks: 3.200 ton
Kecepatan maks: 45 knots
Kecepatan jelajah : 18 knots
Jarak jelajah: 6.500 km pada kecepatan jelajah 18 knots
Awak: 35-50 core crew, 75 mission crew (Rotating crews)
Kontraktor utama: Lockheed Martin
Dimensi: panjang 118,6 meter; beam 17,7 meter; draft 4,1 meter
Bobot tempur maks: 3.200 ton
Kecepatan maks: 45 knots
Kecepatan jelajah : 18 knots
Jarak jelajah: 6.500 km pada kecepatan jelajah 18 knots
Awak: 35-50 core crew, 75 mission crew (Rotating crews)