Minggu, 23 Agustus 2015

Tes Penembakan di KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376

Video Player

Pemasangan CIWS 730 dan Sewaco
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin (STS-376) salah satu KRI jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkor Koarmabar) secara resmi mulai melaksanakan pengerjaan pemasangan (Retrofit) meriam 30 mm 7 barrels berikut peralatan Sensor Weapon Command (Sewaco) baru dari Cina, bertempat di PT PAL, Surabaya, Selasa (22/7/2014).
Guna kelancaran pengerjaan pemasangan Meriam 30 MM 7 barrels, Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376, Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., melaksanakan acara berbuka puasa bersama sekaligus pengajian dan pemotongan tumpeng, di Lounge Room Bintara KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376. Sementara itu, saat acara potong tumpeng, Komandan KRI STS-376 secara simbolis menyerahkan potongan tumpeng kepada Tamtama termuda. Turut hadir dalam acara tersebut, Pjs Komandan KRI STS, Mayor Laut (P) Toni Soemarno, S.E., KKM Mayor Laut (T) M. Irwan Ridhwan, Palaksa Kapten Laut (P) Denny Firdian, beserta seluruh Perwira, Bintara dan Tamtama KRI STS-376.
KRI-Sultan-Thaha-Saifuddin-376
Dalam kesempatan tersebut, Komandan KRI STS-376 yang merupakan alumnus Armed Forces of Philippines Command and General Staff College ini memberikan penekanan, di antaranya yaitu untuk selalu memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT di dalam setiap langkah dan tindakan, serta tetap meningkatkan kewaspadaan dan purba jaga di dalam pelaksanaan pemasangan meriam baru ini, memahami dan melaksanakan tugas secara profesional, proporsional dan penuh tanggung jawab, jangan sampai lengah serta senantiasa melaksanakan pengecekan ulang terhadap seluruh ruangan-ruangan guna mengantisipasi bahaya kebakaran maupun kebocoran.
Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan seluruh rangkaian kegiatan pemasangan meriam baru ini dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, seluruh ilmu pengetahuan yang telah diperoleh personel KRI STS-376 selama menjalani training di China baru-baru ini dapat diaplikasikan di dalam mengoperasikan maupun merawat semua alutsista yang dipasang meriam dan peralatan sensor jenis tersebut.
Selanjutnya, Komandan KRI STS-376 menambahkan bahwa dengan adanya pemasangan meriam dan peralatan sensor yang baru ini, akan meningkatkan kemampuan tempur KRI STS-376 sebagai salah satu unsur KRI di jajaran Satkor Koarmabar.
KRI STS
Perjalanan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376
Komando Armada RI Kawasan Barat saat ini diperkuat sejumlah kapal perang jenis perusak kawal tipe parchim lebih dari 7 KRI termasuk diantaranya KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 yang sehari-hari dibawah pembinaan satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkor Koarmabar) dengan Komandan Satuan Kolonel Laut (P) Nur Singgih Prihartono.
Kapal perang dengan pangkalan di dermaga TNI AL Pondok Dayung Jakarta tersebut, merupakan salah satu dari sejumlah kapal perang yang memperkuat Koarmabar dalam rangka menegakkan kedaulatan dan hukum di perairan kawasan barat mulai dari Sabang sampai dengan Selat Malaka, Selat Singapura, perairan Natuna, Pantai Barat Sumatra, Selat sunda sampai dengan perairan Laut Jawa dengan batas wilayah peraian di perbatasan Jawa barat dengan Jawa tengah.
Kapal perang KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 tersebut dibuat di galangan kapal Veb Penne Werft Gmb Wolgast jerman Timur pada tahun 1982 dengan nama aslinya Bad Doberan-222, setelah dibeli pemerintah Indonesia, tahun 1993 kapal perang tersebut diresmikan dengan Nama KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 dan selanjutnya dioperasikan oleh Komando Armada Kawasan Barat.
Nama Kapal perang yang diambilkan dari nama seorang raja yang pernah dinobatkan menjadi raja Jambi pada tahun 1885 – 1905 tersebut, telah terlibat dalam berbagai penugasan operasi dan latihan yang digelar TNI AL dan TNI serta pernah dilibatkan sebagai duta bangsa ke beberapa negara tetangga dalam rangka latihan bersama dan patroli terkoordinasi keamanan laut.
Latihan bersama dengan negara tetangga yang pernah diikuti diantaranya pada tahun 95-an, KRI ini pernah dilibatkan dalam latihan bersama TNI AL dengan kapal perang Malaysia dengan nama Latma Malindo. Kapal perang tersebut bersama dengan unsur-unsur kapal perang TNI AL lainnya tergabung dalam Satuan Tugas melaksanakan muhibah dan merapat di dermaga Angkatan Laut Penang Malaysia.
Demikian pula terlibat dalam kegiatan operasi bersama dengan negara tetangga diantaranya operasi keamanan laut yang digelar setelah tahun 2006 sampai saat ini meliputi Operasi diperbatasan Indonesia dengan Malaysia dengan nama Operasi Malsindo 2006, Operasi keamanan laut di perairan Sabang dan sekitarnya bersama kapal perang India di wilayah perbatasan masing-masing negara dengan nama Operasi Indindo pada akhir tahun 2012 dan operasi MSSP di perairan Selat Malaka bersama dengan kapal perang Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM). Sedangkan dalam kegiatan latihan bersama pernah terlibat dalam latihan bersama dengan nama Sea Eagle dengan kapal perang Republik Singapura Navy ( RSN ).
Sedangkan untuk kegiatan operasi kemanan laut yang digelar Komando Armada RI kawasan Barat bersama sama dengan unsur –unsur KRI sejenis maupun bersama jenis lainnya, KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 pernah dilibatkan dalam operasi yang saat itu dikenal dengan Operasi pengamanan Alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) 1, Operasi Wilayah Barat, Operasi Trisila, Operasi Gurita dan berbagai operasi lainnya yang digelar Komando pelaksana Operasi Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat dan Gugus Keamanan laut Komando Armada RI Kawasan Barat.
Operasi tersebut saat ini antara lain dikenal dengan nama Operasi Arung Pari/13, Operasi Taring Pari/13 dan Operasi Alur Pari/13 . Sedangkan Operasi Rakata Jaya dalam rangka pengamanan di Selat Sunda dan peraian Teluk Jakarta dengan komando pengendali langsung oleh Koarmabar
Kapal perang dengan spesifikasi panjang 75,04 m dan lebar 8.95 m mampu berlayar dengan kecepatan masimum 24 knot dan kecepatan ekonomis sampai dengan 10,4 knot. Kapal tersebut dilengkapi dengan pusat informasi temput, peralatan navigasi dan radar yang modern guna mendukung kegiatan operasi dan latihan di laut.
Kapal perang dengan kemampuan operasi di laut 4 sampai dengan 5 hari tersebut dipersenjatai dengan Meriam Kaliber 57 mm, 30 mm dan 20 mm . selain itu RBU 6000 strela AL -1 , Bom laut dan torpedo. Kapal perang jenis ini memliki kemampuan untuk peperangan anti Udara, permukaan laut dan bawah permukaan dalam peperangan laut menghadapi lawan kapal perang musuh.
Dalam beberapa kegiatan latihan tingkat tiga maupun latihan terpadu dengan melaksnakan manuver lapangan yang digelar Komando Armada RI kawasan Barat , berapa jenis senjata di KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 telah di uji cobakan dalam rangka meningkatkan kemampuan secara profesionalisme para pengawak KRI dalam melaksnakan perintah Komando secara Taktis dalam pelaksanakan penembakan beberapa senjata yang dimiliki.
Untuk mempertahankan kesiapan dan lamanya daur operasi kapal perang, secara periodik KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376, telah dilaksanakan perbaikan secara menyeluruh dan docking pada kurun waktu yang telah terjadwal di galangan Kapal Industri dalam negeri. Hal tersebut dilaksanakan untuk mempertahankan kecepatan maksimum dalam berlayar dan kemampuan secara tehnis senjata kapal dalam rangka mendukung tugas pokok Koarmabar dalam penegakkan kedaulatan dan hukum di peraian Yuridiksi kawasan Barat Indonesia.
Dalam pengabdian KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 dalam memperkuat TNI AL, beberapa komandan KRI saat ini mencapai pada puncak kariernya menjadi Perwira Tinggi TNI AL yang menjabat pada jabatan-jabatan strategis di TNI dan TNI AL. Koarmabar.tnial.mil.id

Fey Lazuardi / JKGR.

Patung Jenderal Soedirman di Tokyo

image
Tokyo – Masyarakat Jepang ternyata sangat menghormati Jenderal Soedirman. Sampai ada patung sang jenderal dibangun di depan Kementerian Pertahanan Tokyo.
Patung Jenderal Sudirman yang terbuat dari perunggu setinggi sekitar empat meter di halaman Kementerian Pertahanan Jepang merupakan satu-satunya patung pahlawan asing yang ada dan dipajang di Jepang. Ini merupakan fenomena yang unik dan sekaligus pula merupakan keistimewaan bagi Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus kemarin ada upacara kecil di sana. Kelompok Masyarakat Jepang Pencinta Indonesia melakukan upacara peletakkan karangan bunga di depan Patung Jenderal Sudirman.
Fujii Gemki, Ketua Panitia Pelaksana upacara ini, menyebutkan bahwa Jenderal Sudirman merupakan figur penting dalam sejarah Indonesia dan sekaligus juga dalam sejarah Indonesia-Jepang.
Melalui Tentara PETA yang dibentuk Jepang pada Masa Pendudukan, kontak antara bala tentara Jepang dengan Jenderal Sudirman terjadi. Jenderal Sudirman menjadi salah satu simbol penting dalam hubungan kedua negara, ujar Fujii.
“Oleh karena itu, melalui upacara peletakan karangan bunga di depan Patung Jenderal Sudirman yang pertama kalinya dilakukan hari ini (sejak patung dipajang dua atau tiga tahun yang lalu), saya berharap ritual ini akan terus berlanjut dan semakin meriah pada masa-masa mendatang, lanjut Fujii seperti dikutip dari KBRI Tokyo.
Sementara itu, Yusron Ihza Mahendra, Duta Besar Indonesia untuk Jepang yang hadir sebagai undangan dalam upacara di atas, dalam sambutannya menyatakan bahwa sejarah merupakan faktor yang amat penting bagi sebuah bangsa.
“Karena itu, mari kita belajar sejarah untuk kearifan yang lebih lagi di masa mendatang,” ujar Yusron.
Kita memiliki Patung Jenderal Sudirman di Jantung Kota Tokyo, yang merupakan simbol sejarah yang kita hormati secara bersama-sama. Saya percaya bahwa melalui ikatan sejarah, kedua bangsa pun sekaligus pula mempunyai ikatan batin yang amat dekat. Hal ini tentu dapat menjadi landasan untuk hubungan yang lebih baik lagi bagi kedua bangsa di masa depan, imbuh Yusron yang memimpin Upacara Peringatan Kemerdekaan Indonesia di KBRI Tokyo.
Patung Jenderal Sudirman yang terbuat dari perunggu setinggi sekitar empat meter di halaman Kementerian Pertahanan Jepang merupakan satu-satunya patung pahlawan asing yang ada dan dipajang di Jepang. Ini merupakan fenomena yang unik dan sekaligus pula merupakan keistimewaan bagi Indonesia.

Merdeka.com

Salute Gun: Meriam Spesialis Penghormatan Andalan Yon Armed 7 TNI AD

9532096770_2278fa48d5_b
Untuk kategori meriam, awalnya saya mengira bila meriam milik Armed (Artileri Medan) TNI AD yang paling kecil kalibernya adalah 76 mm, tepatnya diwakili tipe M-48, atau kondang disebut meriam gunung. Tapi anggapan itu keliru, faktanya masih ada meriam kaliber 75 mm. Lebih tepatnya meriam ini terlihat digunakan pada saat tembakan penghormatan pada momen upacara HUT RI Ke-70 di Istana Negara, Jakarta.
Satu baterai meriam kaliber 75 mm steling pada posisi silang Monumen Nasional (Monas). Total sebanyak 17x tembakan dilepaskan saat mengawali prosesi upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Meski berada dalam jarak ratusan meter dari lokasi upacara, di tangan prajurit Baret Coklat, satuan Armed dari Yon Armed 7/105 GS Kodam Jaya, berhasil melaksanakan tembakan salvo dengan peluru hampa sebagai rangkaian penghormatan. Tak hanya beraksi di momen upacara 17 Agustusan, debut meriam 75 mm ini juga acap kali digunakan sebagai elemen penyambutan tamu-tamu Negara yang bertandang ke Istana.
9528174123_03bf2d0815_z105527_12403515082010_foto-
210163_meriam-di-lapangan-m
Yang menarik, tentu saja sosok meriam 75 mm atau kondang disebut salute gun. Berbeda dengan meriam pada elemen satuan Armed, salute gun asasinya tidak dirancang untuk berperang. Sesuai namanya, meriam ini lebih dikedepankan untuk melepaskan tembakan penghormatan dan atraksi. Dalam beberapa hal, peran meriam ini tak ubahnya meriam karbit yang kondang di Pontianak, Kalimantan Barat. Tapi bedanya, saluting gun punya desain mirip meriam armed pada umumnya, ditempatkan dalam platform towed carrier, lengkap dengan dua roda yang memudahkan mobilitas.
5600-armed-7-persiapan-latiSalute-Gun_Kaskus

20131001meriam-penembakan-k
Tidak diketahui persis tipe saluting gun yang dipakai Yon Armed 7. Bila dilihat sekilas, harus diakui sosok meriam ini lebih mirip replika meriam asli. Bentuknya begitu mungil untuk ukuran meriam Armed, tak jarang orang yang pertama melihatnya merasa sanksi bila meriam ini bisa menyalak.
Ada cerita yang menarik dari saluting (salute) gun TNI AD ini, bila biasanya Indonesia kerap menerima senjata hibah dari negara sahabat, lewat salute gun, justru Indonesia yang giliran memberikan hibah. Berdasarkan catatan, pada Mei 2012, Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan menyetujui rencana pemerintah untuk menghibahkan enam pucuk meriam Salute Gun TNI AD kepada Republik Demokratis Timor Leste (RDTL).
hqdefault
Menhan Purnomo Yusgiantoro pada saat itu menyampaikan bahwa hibah enam salute gun dalam rangka mendukung hari kemerdekaan RDTL yang ke-10, dimana akan dihadiri banyak tamu negara asing. Selain itu kegiatan hibah ini juga memiliki arti penting dalam menjaga hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Timor Leste.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah melakukan hibah meriam salut gun kepada pemerintah Papua Nugini (PNG) sejumlah 6 pucuk. Awalnya TNI AD mempunya 18 pucuk salute gun, setelah hibah ke Timor Leste dan PNG, kini unit yang tersedia di Yon Armed 7 tinggal tersisa enam pucuk. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah memiliki rencana untuk mengadakan kembali 12 pucuk meriam untuk jenis sama, yang mana rencananya ini telah dimasukan dalam anggaran penghematan APBN-P dan optimalisasi tahun 2012 lalu.
Meski peran salutin gun dipegang oleh meriam mungil ini, namun dalam beberapa kali kesempatan, salutin gun juga kerap menggunakan meriam gunung M-48 dan Howitzer M2A2 kaliber 105 mm. (Ryan)

Selasa, 18 Agustus 2015

Kontingen Garuda XXXVII dapat penghargaan

Kontingen Garuda XXXVII dapat penghargaan
Ilustrasi--Personel Kontingen Garuda saat upacara untuk menerima kedatangan Kontingen Garuda Lebanon di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu (18/12).(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
 
Sebanyak 200 prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XXXVII-A yang bertugas dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afrika Tengah mendapat penghargaan Penghargaan Satya Lencana Santi Dharma dari Presiden.

Kepala Staf Umum TNI Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi mewakili Panglima TNI memimpin upacara penyerahan penghargaan kepada anggota Kontingen Garuda XXXVII-A yang bertugas di Multi-Dimensional Integrated Stabilization Mission in Central African Republic (Minusca) di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam amanatnya mengatakan bertugas dalam misi PBB Minusca merupakan pengalaman berharga bagi para anggota Kontingen Garuda.

"Ini juga membanggakan bagi seluruh bangsa yang kita cintai. Kebanggaan itu akan semakin sempurna ketika para prajurit kembali kesatuan masing-masing dan mengaplikasikan pengalaman tersebut bagi kemajuan satuan dalam pelaksanaan tugas ke depan," kata Panglima TNI dalam amanat yang dibacakan oleh Dede Rusamsi.

Panglima TNI juga berpesan kepada mereka agar tidak menyia-nyiakan setiap pengalaman yang diperoleh selama bertugas karena setiap pengalaman bisa menjadi pelajaran untuk meningkatkan kualitas diri supaya bisa menjalankan tugas berikutnya dengan baik.

Dia juga meminta para prajurit selalu selanjutnya lebih berdisiplin, kreatif, dan dedikatif dalam menjalankan tugas di kesatuan masing-masing serta menghindari tindakan primitif, perilaku hedonis, narkoba dan perilaku negatif lain yang dapat merusak reputasi diri dan satuan.

"Terus berlatih dan berlatih untuk mencapai profesionalisme keprajuritan karena perjuangan TNI kekinian adalah menjalankan tugas dengan baik, berani, tulus dan ikhlas," katanya.

Kompi Zeni TNI yang dikomandani oleh Letkol Czi Alfius Navirinda dari satuan Yon Zipur 6/Satya Digdaya Kodam XII/Tanjungpura bertugas dalam misi PBB di Republik Afrika Tengah selama empat bulan sebelum Misi Minusca dijalankan 15 September 2015. Sebelumnya mereka bertugas di Haiti selama delapan bulan.

Kompi itu telah melakukan banyak kerja konstruksi guna mendukung Misi Minusca, seperti menyiapkan lahan, memperbaiki jalan pelabuhan Gonaives, serta membangun markas Minusca.

Mereka juga terlibat dalam pembangunan rumah sakit PBB, kamp transit, pergudangan dan pelataran kontainer serta membantu kontingen negara lain menyiapkan kamp.
 

Kebangkitan Indonesia di Usia 70 Tahun Merdeka

Kebangkitan Indonesia di Usia 70 Tahun Merdeka
Upacara Bendera 70 Tahun Indonesia Merdeka (ANTARA / Yudhi Mahatma)

Pada 17 Agustus 2015, Ibu Pertiwi genap berusia 70 tahun. Di usia yang baru ini, seharusnya republik kita tercinta sudah mencapai kemapanan di usia matang. Tak boleh disebut usia senja, karena tentu kita masih ingin merayakan hari jadi Indonesia di usia ratusan, bahkan ribuan.

Makna kemerdekaan Indonesia di usia 70 tahun mungkin berbeda-beda bagi setiap elemen anak bangsa, namun satu kata yang bisa kita satukan, bahwa kita ingin Indonesia bangkit, naik lebih tinggi dari posisinya yang sekarang, agar Merah Putih dapat berkibar kian lebar, tidak hanya harum di negara jiran, namun juga hingga ke seluruh dunia.

Bagi Mendagri, Tjahjo Kumolo, momen ulang tahun Indonesia sebaiknya dijadikan langkah pelecut, bagi pembangunan ekonomi dan sosial budaya yang dilakukan terintegrasi. Termasuk upaya membangun karakter bangsa melalui revolusi mental, dalam kehidupan berbangsa.

"Pada peringatan 70 tahun Indonesia merdeka, dengan semangat Ayo Kerja, mari kita wujudkan Indonesia berdaulat, berdikari, berkepribadian nasional yang berlandaskan azaz gotong-royong. Panji-panji Indonesia harus diperjuangkan, meski itu di kawasan perbatasan,” ujar Tjahjo, ditemui di Desa Long Nawang, Malinau, Kalimantan Utara, pada Senin, 17 Agustus 2015.

Sementara itu, dalam momen berbeda, di hari yang sama, Menteri Perindustrian, Saleh Husin menilai, 70 tahun Indonesia merdeka harusnya dijadikan tonggak awal untuk makin memperkuat komitmen, mendorong pertumbuhan industri Tanah Air. Hal itu penting, mengingat era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata.

"Untuk menghadapi era itu, tidak hanya pelaku industri yang dituntut siap berkompetisi, namun juga aparatur negara harus menunjukkan kinerja baik," demikian ujar Saleh, saat berpidato di depan jajarannya,  sekaligus mengingatkan mereka, bahwa tugas ke depan yang diemban kementerian itu sangat berat.

Antara lain harus melaksanakan Undang-undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang diimplementasikan dalam bentuk Peraturan Pemerintah. "Semuanya harus terukur dalam bentuk program konkrit dan bermakna bagi dunia usaha. Kita harus terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, mengingat masih ada kewenangan di institusi lain," tambahnya.

Momentum bersejarah

Sementara itu, dalam sebuah acara bincang-bincang dengan TV One, bagi anggota DPR, Nasir Djamil, datangnya momen hari jadi Indonesia, harus dibaca sebagai waktu yang tepat, untuk melihat pemerintahan dari kacamata orang daerah, jangan melulu sudut pandang orang pusat (Senayan).

“Karena selama ini, orang pusat selalu membaca orang daerah dari sudut pandang mereka sendiri, namun jika pola pikir ini dibalik, maka daerah dan pusat bisa berjalan seiringan,” ujar politikus PKS itu. 

Ia sendiri melihat, makna kemerdekaan berarti negara memiliki kemandirian. Bawa kita tidak tergantung dan bisa dipermainkan negara lain. Kita mampu berdaulat, menentukan keinginan sendiri, bisa mengatur urusan dalam negeri, tanpa didikte saat membuat keputusan.

Ia berharap, di usia 70 tahun Indonesia, negara ini menjadi bangsa yang lebih berkarakter, sehingga cita-cita pendiri bangsa untuk mewujudkan keadilan bagi masyarakat dapat terwujud.

Sedangkan bagi pengamat politik, Arqam Aziqin, momen 70 tahun Indonesia merdeka, harus disikapi secara serius oleh para politisi, terutama yang datang dari partai politik. Karena ia melihat, kejadian kemarin, dalam rapat Paripurna Pidato Presiden, ada banyak anggota DPRD tidak datang, ini adalah contoh cara berpolitik yang buruk.

“Pilkada serentak seharusnya menjadi momen untuk mencari calon bupati, walikota, dan gubernur yang mau serius memimpin, karena ini bukan jabatan main-main,” ujar Arqam, dengan intonasi berapi-api.

Ia melihat, idealnya eksekutif daerah sampai legislatif, baik level lokal sampai Senayan, semua harus serius mengemban jabatan yang dipercayakan masyarakat.

Momen 17 Agustus 2015, harus dikembalikan ke roh perjuangan yang sesungguhnya, bahwa ini adalah momentum bersejarah dalam dunia perpolitikan kita. Ke depan, para pejabat harus jadi sosok yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih beradab dalam etika berpolitik.

Pemerataan ekonomi


Masih menurut Arqam, jika ke depan negara kita tidak mengalami perubahan, harusnya kita malu pada proklamator bangsa, Soekarno-Hatta. “Juga pada para pahlawan yang sudah berkorban air mata, jiwa, dan raga, demi kemerdekaan bangsa. Ingat lho, kemerdekaan bangsa ini direbut, bukan diberikan gratis oleh penjajah. Jadi para politisi saat ini harus evaluasi diri. Jadilah pemimpin yang serius,” kritiknya tegas.

Demikian pula dengan pelaksana UU di bidang penegakan hukum, harus tegas dalam menegakkan wibawa. Mereka harus bisa menjadi contoh bagi generasi muda. Jika tidak sanggup lebih baik keluar dari proses kebangsaan.

Pengamat politik asal Makassar itu melihat, detik-detik proklamasi bukan permainan sejarah, ini momentum luar biasa yang diberikan pahlawan untuk kita dan generasi anak cucu kelak.

Dalam acara yang sama, politikus Hanura, Dadang Rusdiana coba menjabarkan, makna kemerdekaan versi dirinya. “Kalau buat saya, benar seperti yang dikatakan Soekarno, kemerdekaan sesungguhnya adalah Trisakti. Kita harus mampu berdaulat dalam politik, mandiri di isi ekonomi, dan berkepribadian dalam hal budaya. Nah, saat ini kita belum ada di tahap itu, namun semoga dengan momentum ultah RI ke 70, kita berproses menuju ke arah sana,” ujarnya.

Saat ditanya, mengapa hingga saat ini pemerataan ekonomi di Indonesia belum tercapai, padahal Indonesia adalah negara kaya, Dadang menjelaskan, pemerintah saat ini sudah mulai mengarah pada efektivitas anggaran. “Kalau dulu ada banyak dana anggaran tersedot untuk sektor konsumsif, untuk subsidi, kini dialihkan ke sektor produktif,” katanya.

Tak hanya itu, menurutnya kita perlu membangun konektivitas antar pulau untuk membagi pemerataan ekonomi. Kita juga harus membangun kawasan Indonesia Timur, seperti Papua, agar mereka makin terpencil, dan menyebabkan semua harga serba mahal di sana.

“Untuk anggaran 2016, kita sudah arahkan sekitar Rp313 triliun untuk membuat infrastruktur dalam rangka percepatan dan pemerataan,” kata anggota DPR Komisi X itu.

Viva. 

Savinna: Prototipe Drone Laut Karya Mahasiswa UGM

P_20150804_094428
Dunia drone alias wahana nirawak di Indonesia kian ramai dan kini mendapat pengakuan cukup tinggi, sebut saja TNI AU yang belum lama meresmikan Skadron Udara 51 yang berisikan drone Wulung (UAV/ Unmmaned Aerial Vehicle) di lanud Supadio, Pontianak. Meski debut UAV di Indonesia masih jauh dari harapan, nyatanya turunan teknologi yang serupa juga mulai di implementasi ke platform lain, yakni drone dalam wujud kapal yang melaju di perairan. Dalam istilah kondangnya disebut USV (Unmanned Surface Vessel).
Meski tak ada kaitan langsung dengan terapan alutsista, Malik Khidir, 23 tahun, mahasiswa dari Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada jurusan Elektronika dan Instumentasi, berhasil membuat terobosan dengan menciptakan prototipe USV yang diberi label Savinna. Sekilas desain Savinna terlihat biasa-biasa saja, namum untuk sistem kendali dan fungsi, Savinna dapat berbuat lebih jauh.
Seperti halnya drone UAV, Savinna dapat digunakan tanpa adanya kendali langsung dari manusia. USV ini bekerja dalam dua mode, yaitu secara autonomous, dengan memanfaatkan koordinat GPS (Global Positioning System) sebagai titik acuan dari koordinat yang dituju, atau mode kedua dengan remote control, di mana kapal bisa beroperasi sesuai masukan yang diberikan operator dari ground control.
IMG_6119
IMG_6078

Malik Khidir menyebut fungsi yang dapat dikerjakan olehSavinna mencakup pengamatan, baik untuk pengamatan kondisi permukaan air, ataupun untuk mengetahui kondisi permukaan di bawah air. Hal ini dimungkinkan dengan memanfaatkan sensor echosounder, yang merupakan salah satu jenis sonar dengan cara memantulkan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke dasar permukaan laut. Dari situ dapat dihasilkan data bentuk permukaan dasar laut, yang kemudian dapat berguna untuk menentukan jalur kapal besar agar tidak mengalami benturan dengan permukaan bawah laut, terutama pada perairan dangkal. Selain itu, bisa juga untuk melakukan survei untuk mengetahui keberadaan kumpulan ikan.Sehingga dapat dilakukan pemetaan wilayah, di mana terdapat banyak ikan.

Bisa Digunakan Untuk Misi Militer
Dalam proyeksi kedepan, Savinna bisa juga bergerak di ranah pertahanan wilayah. Savinna dapat berfungsi sebagai pengintai pada titik-titik tertentu di laut. Dalam melakukan fungsinya sebagai pengintai, Savinna akan ditempatkan dalam kondisi statis di tengah laut. Karena memiliki kemampuan untuk mengoreksi posisi, maka walaupun terkena sapuan gelombang, Savinna tetap bisa mempertahankan posisinya di titik tersebut.
Dalam fungsi ini, Savinna ibarat pos pemantau untuk mengawasi hal-hal yang terjadi di wilayah tersebut. Data dari Savinna dikirim ke Ground Control Station menggunakan sinyal radio atau memanfaatkan satelit komunikasi. Data yang dikirim sudah di enkripsi terlebih dahulu, sehingga walaupun data tersebut disadap oleh pihak tertentu, maka data dari Savinna tetap tidak bisa terbaca oleh si penyadap. Bila dikembangkan lebih lanjut, dimensi diperbesar dan kapasitas serta spesikasi disempurkan, bukan tak mungkin bila nantinya Savinna dapat menggantikan peran penggunaan kapal-kapal patroli.
Siapakah sosok Savinna? USV berbahan fiberglass dengan cat warna putih ini digerakkan oleh dua propeller. Kapal mengusung desain katamaran, punya kecepatan rata-rata 6 knots dan jarak jelajah hingga 20 kilometer. Dari sisi endurance, Savinna mampu bertahan hingga 6 jam dengan sumber tenaga hanya berupa baterai 12V 80Ah. Untuk sumber tenaga masih bisa diupgrade lebih besar lagi, sehingga waktu jelajahnya dapat bertahan lebih lama lagi. Savinna punya dimensi panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 0,5 meter. Pada tahap ini, Savinna masih dalam tahap prototipe. Kedepannya dimensi akan diperbesar dan dayajelajah kappal dapat ditambah.
11223755_10206106407132093_7908822112776858372_n
Malik Khidir dan Presiden Jokowi di ajang pembukaan ICE.
Belum lama berselang, pada ajang pembukaan ICE (Indonesia Convention Exhibition) di kawasang Bumi Serpong Damai, Tangerang, 4 Agustus 2015, Presiden Jokowi berkesempatan meninjau booth UGM, salah satunya secara khusus Presiden sempat meninjau langsung prototipe Savinna. Dalam kancah USV di Tanah Air, sebelumnya PT. Lundin Industry Invest (North Sea Boats) yang kondang sebagai galangan spesialis kapal trimaran, memperkenalkan prototipe Bonefish, yang tak lain USV berkonsep trimaran (kapal berlunas tiga) dengan kapabilitas stealth. Bonefish yang material lambungnya dibalut material serat karbon (carbon fiber) bisa disetarakan kemampuannya dengan KCR (Kapal Cepat Rudal). Bonefish ini nantinya disiapkan untuk bisa menggotong rudal anti kapal RBS15 Mk3 yang berkecepatan subsonik. (Haryo Adjie)

Minggu, 16 Agustus 2015

Kepala BIN : Perlu Pemahanan Baru dalam Pengamanan Negara


Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman bersalaman dengan Kepala BIN Sutiyoso (kiri) usai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (8/7/2015). Presiden Joko Widodo melantik Sutiyoso menggantikan Marciano Norman sedangkan Gatot Nurmantyo dilantik sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Moeldoko.

Intelijen harus merespon dinamika politik, hukum, ekonomi dan sosial budaya masyarakat dan sistem pertahanan keamanan. Sebagai petugas intelijen tidak boleh terdadak dan harus siap dengan berbagai dinamika. Oleh karena itu, perlu disusun pemahaman baru untuk menjadikan pemikiran bagi diri insan intelijen mensiasati perubahan dan dinamika masyarakat agar tidak terhambat dalam mengamankan negara. Demikian sambutan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen TNI (Purn) Sutiyoso ketika membuka acara bedah buku Intelijen Negara: Mengawal Transformasi Indonesia Menuju Demokrasi yang Terkonsolidasi karya Mantan Kepala BIN Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, di Balai Kartini, Jakarta, Kamis, 30 Juli 2015.

Kepala BIN mengatakan perkembangan teknologi dan informasi dalam era reformasi, membawa perubahan signifikan di dalam masyarakat. Sebagian besar merupakan perubahan kearah positif, tetapi tidak bisa dipungkiri penyalahgunaan teknologi dan informasi membawa dampak negatif di tengah masyarakat.

“Efek nyata yang menjadi fenomena di dunia intelijen sendiri adalah besarnya potensi ancaman akibat perkembangan teknologi dan informasi. Tingginya arus informasi berbanding lurus dengna semakin sulitnya kontrol informasi yang diterima masyarakat. Besarnya ancaman harus dapat ditanggulangi dengan peningkatan sumber daya manusia insan intelijen sebagai fungsi cegah dini dan deteksi dini, “ jelas Sutiyoso.

Terbentuknya UU Intelijen sebagai payung hukum, lanjut Sutiyoso, berimplikasi terhadap tuntutan profesionalisme seorang aparat intelijen. Tantangan yang akan dihadapi yaitu bagaimana insan intelijen dapat mengoptimalisasikan kemampuannya dalam ruang gerak yang semakin sempit. Peningkatan kualitas sumber daya insan intelijen adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk mengawal transformasi Indonesia agar dapat mengimbangi perkembangan teknologi informasi.

Menurut Kepala BIN, intelijen negara core bisnisnya adalah keamanan negara, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Meskipun rezim dapat berganti, tetapi kepentingan nasional Indonesia harus tetap berjalan dengan baik.

Diakhir sambutannya, Sutiyoso mengharapkan melalui buku intelijen negara: Mengawal Transformasi Indonesia Menuju Demokrasi yang Terkonsolidasi karya Letjen TNI (Purn) Marciano Norman dapat mendewasakan dan meningkatkan pemahaman serta sentimenal masyarakat yang selama ini bias terkait dengan dunia intelijen. (*)