Nama besar rudal anti kapal Exocet beberapa waktu lalu kembali
melambung, pasalnya untuk pertama kali, korvet Bung Tomo Class yang
diwakili KRI Bung Tomo 357 berhasil melalukan uji tembak rudal Exocet
MM40 Block 2 dengan sasaran eks KRI Kupang 58 di perairan antara Pulau
Raas, Sumenep dan Bawean, Gresik, pada hari Kamis lalu (28/5/2015).
Exocet MM40 Block 2 memang sudah tak asing di jagad alutsista TNI AL,
sejak kedatangan empat unit korvet SIGMA Class dari Belanda pada tahun
2007 – 2008, praktis TNI AL mengenal rudal anti kapal buatan MBDA ini.
Dan pada bulan Juni 2014, KRI Sultan Hasanuddin-366 dan KRI Sultan
Iskandar Muda-367 pun telah melaksanakan uji penembakan Exocet MM40
Block 2 ke eks KRI Karang Banteng perairan Samudera Hindia.
Exocet MM40 Block 3 meluncur dari KRI Bung Tomo 357.
KRI Nala (Fatahillah Class) saat melakukan penembakan MM 38 Exocet
Meski TNI AL cukup update dalam urusan rudal anti kapal, terbukti
dari adopsi rudal C-705, C-802 dan rudal Yakhont, tapi rupanya TNI AL
tak ingin meninggalkan tradisi sebagai pemilik varian Exocet. Boleh
jadi, TNI AL ingin menguasi update beragam platform rudal anti kapal,
jika C-705 dan C-802 mewakili cita rasa Cina, Yakhont mewakili
kedigdayaan generasi rudal jelajah dari Rusia, maka Exocet menjadi wakil
dari eksistensi sistem perudalan Eropa Barat/NATO yang kebetulan sudah
battle proven. Sejarah juga mencatat, Exocet MM38 menjadi rudal anti
kapal pertama bagi TNI AL sejak bangkitnya era Orde Baru, ditandai lewat
penggunaan Exocet MM38 pada frigat Fatahillah Class dan KCR (Kapal
Cepat Rudal) Mandau Class.
Rudal Exocet MM40 Block 2 milik TNI AL.
Peluncur rudal MM40 Block 2 di Bung Tomo Class.
Peluncur rudal Exocet MM40 Block 2 di korvet SIGMA Class TNI AL.
Meski Exocet MM40 Block 2 belum terlalu usang, tapi TNI AL telah
mencanangkan untuk mengadaptasi varian terbaru Exocet MM40 Block 3.
Hingga kini belum ada informasi yang jelas, apakah Exocet MM40 Block 3
sudah terpasang di kapal perang TNI AL. Kalau pun sudah terpasang, bisa
dipastikan pilihannya adalah pada empat unit korvet SIGMA Class dan tiga
unit korvet Bung Tomo Class. Mengapa pilihannya jatuh pada kedua korvet
diatas?
Jawabannya sederhana, sebab Exocet MM40 Block 3 dapat diluncurkan
dari peluncur (launcher) ITL-70A yang digunakan untuk Exocet MM40 Block 2
tanpa dilakukan modifikasi. Hal ini dikarekanakan, antara Exocet MM40
Block 2 dan Block 3 punya ukuran panjang yang sama (5,8 meter) dan berat
pun identik (870 Kg).
Mengutip dari situs ARC.web.id (10/6/2014), disebutkan bahwa TNI AL
telah membeli Exocet MM40 Block 3. Bahkan menurut agen penjualnya, Rudal
itu telah tiba pada akhir 2013 lalu. Menurut sang agen, Indonesia sudah
2 kali membeli Exocet MM40, yang pertama pada tahun 2008 senilai 60
juta euro, termasuk rudal mistral dan test bench mistral. Lalu yang
kedua, pada tahun 2011 pembelian Exocet MM40 Blok 2 senilai 70 juta
Euro, termasuk rudal mistral dan test bench MM40. Namun pada kontrak
kedua ini terjadi amandemen. Saat itu MBDA menawarkan pesanan Exocet
MM40 Block 2 diupgrade ke Block 3 secara gratis, namun tentunya jumlah
pembeliannya berkurang. Selain karena harganya lebih mahal, juga
lantaran adanya modifikasi dan adaptasi pada 4 KRI pengusung rudal dari
Exocet MM40 Block 2 ke Block 3. Informasi dari nationcreation.wikia.com,
harga anyar rudal Exocet MM40 Block 3 per unit-nya ditawar antara
US$3,5 – 4 juta.
Namun demikian, memang Exocet MM40 Block 3 yang dimiliki TNI AL
sampai ini belum pernah diuji coba. Meski punya dimensi dan berat yang
sama dengan Block 2, Exocet MM40 Block 3 punya kinerja yang lebih baik.
Sebut saja dari jangkauan, bila Block 2 hanya bisa menyasar target OTH (over the horizon)
sejauh 120 km, maka di Block 3 jangkauan ditingkatkan hingga 180 – 200
km. Peningkatkan performa tak lain berkat adopsi pendorong dari jenis
Turbomeca TR-40/263 turbojet buatan NAMMO dengan booster roket,
sedangkan MM40 Block 2 masih memakai solid propellant dengan booster
roket. Meski begitu, dalam hal kecepatan MM40 Block 3 masih sama dengan
Block 2, yakni ada di level high subsonic dengan Mach 0,93 ber-high G
manuver tingggi (10g).
Daru sistem penuntun terminal pada fase akhir, rudal Exocet Blok 3
juga dilengkapi GPS guidance hingga lebih dari 10 waypoint, sehingga
bisa menyerang kapal atau sasaran permukaan, dengan sudut serang yang
rumit, agar pergerakan rudal ini susah diantisipasi penangkis rudal dari
kapal perang lawan. Selain itu, Exocet MM40 Block 3 juga dibekali laser
gyro, GPS (global positioning system), INS (inertial navigation system), radar aktif J band, dan image recognition.
Exocet MM40 Block 3 punya RCS (radar cross section) yang kecil, dipadukan dengan mesin beremisi panas rendah (low IR signature)
membuat MM40 Block 3 diklaim sebagai stealth anti ship missile. Untuk
memudahkan dalam hal pemasaran, pihak MBDA menawarkan fleksibilitas,
dimana operator Exocet MM40 Block 2 tak perlu beli rudal baru jika ingin
MM40 Block 3. Persisnya MBDA telah melansir kit modifikasi untuk
upgrade MM40 Block 2 menjadi Block 3. Selain pendorong baru, bagian hulu
ledak seberat 165 kg dan sistem penuntun ikutan dirombak. Kit upgrade
ini sudah tersedia bersamaan dengan dilansirnya varian Block 3 yang
masih kompatibel dengan peluncur MM40 Block 2.
Rudal Exocet MM-40 Block 3 pertama kali ditembakkan oleh Frigat
Perancis, Chevalier Paul pada 18 Maret 2010 dan sukses menghantam
sasaran. Selain Perancis, negara yang telah menggunakan Exocet Block 3
adalah Angkatan Laut Yunani, UAE, Peru, Brunei, Malaysia, Maroko, Oman
dan Qatar. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi Exocet MM40 Block 3
– Manufaktur : Aerospatiale (sekarang MBDA) – Perancis
– Operasional : 2010
– Platform peluncur : surface launched
– Sistem penuntun : GPS-INS
– Sistem penuntun terminal (fase akhir) : radar aktif J band dan image recognition
– Panjang : 5,8 meter
– Diameter : 35 cm
– Bobot luncur : 870 kg
– Berat hulu ledak : 165 kg HE (high explosive)
– Pendorong : Turbomeca turbojet dengan booster roket
– Jangkauan : 180 – 200 km
– Kecepatan : Mach 0,93