Jumat, 05 Juni 2015

TNI Juara Tembak AASAM, 5 Negara Kepincut Senjata Buatan PT Pindad

Senjata Buatan Pindad
Senjata Buatan Pindad

TNI AD menorehkan prestasi dunia dalam ajang Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015. Prajurit TNI yang memenangi lomba menggunakan salah satunya menggunakan senjata milik PT Pindad. Dirut PT Pindad Silmy Karim mengaku, kebanjiran pesanan dari beberapa negara di belahan dunia.
Setidaknya ada 5 negara yang tersebar di beberapa benua seperti Asia, Timur Tengah dan Afrika. Tapi dia emoh menyebut detil negara mana saja yang memesan senjata buatan asli dalam negeri tersebut.
“Sampai sekarang ada 5 negara, tapi yang kelihatannya serius ada 3 negara (mau pesan),” kata Silmy usai menerima kunjungan staf presiden Luhut Binsar Pandjaitan di PT Pindad Bandung, Kamis (4/6).
Lebih lanjut dia katakan, beberapa negara tersebut sudah melakukan nota kesepakatan dengan PT Pindad. “Sudah ada MoU tapi saya tidak bisa diberitahu karena belum kontrak jadi jangan dulu. Nanti ada yang menjegal. Baru menang saja, senjata mau dibongkar. Nanti kita sebutkan malah dikilik-kilik. Nanti saja kalau sudah jadi,” ungkapnya.
Dia menyambut baik adanya tanggapan positif dari negara-negara lain yang langsung kepincut dengan senjata PT Pindad. “Karena lisence juga meningkatkan penjualan maupun kebanggaan,” katanya. Termasuk senjata SS2 yang kini namanya melambung berkat lomba yang digelar 20-23 Mei lalu tersebut.(Merdeka)

Jenderal Ini Berani Larang Presiden Pakai Seragam TNI

TB Simatupang. ©sinar harapan
TB Simatupang. ©sinar harapan
Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said mengkritik keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerapkali menggunakan pakaian tentara saat acara TNI.
“Saya juga ingatkan presiden agar presiden jangan biasakan menggunakan pakaian militer, sebab beliau itu sipil. Meski beliau sipil, beliau pemegang kekuasaan tertinggi tentara,” kata Salim saat berdiskusi dengan Jokowi di Istana, Jakarta, Kamis (4/6).
Salim mengingatkan, latar belakang Jokowi sebagai presiden bukan berangkat dari kalangan militer. Jokowi adalah warga sipil yang saat ini menjadi presiden. Walaupun sipil, seorang presiden adalah Panglima Tertinggi TNI.
“Jadi dengan pakaian sipil pun tentara menghormati beliau (Jokowi). Beliau sangat senang dengan saran saya itu karena saya katakan janganlah kita yang sudah berhasil reformasi TNI, kita kembali ke masa lalu tanpa kita sadari,” jelasnya.
Dulu, di zaman Soekarno, Kepala Staf Angkatan Perang, Mayor Jenderal TB Simatupang juga pernah meminta Presiden Soekarno tak mengenakan seragam TNI atau uniform berbau militer. Saat itu Soekarno selalu mengenakan seragam seperti jas militer dengan aneka tanda jasa.
Alasannya hampir sama dengan yang disampaikan Said Salim. Jenderal Simatupang menganggap jika presiden menggunakan uniform atau seragam militer itu menunjukkan suatu mentalitas hanya orang yang berseragam yang patut dihormati.
Bung Karno pun sempat marah. Dia bercerita pada orang-orang Simatupang melarangnya memakai uniform. Simatupang pun berusaha menjernihkan masalah itu.
“Yang benar saya katakan adalah: Bung Karno saya sebagai Kepala Staf Angkatan Perang yang mengenakan uniform, memberi hormat pada Bung Karno yang tidak memakai uniform. Sehingga dengan demikian masyarakat melihat bukan yang memakai uniform itu yang tinggi, tetapi yang tidak memakai uniform,” kata Simatupang menjelaskan masalah itu dalam buku Percakapan Dengan DR TB Simatupang terbitan BPK Gunung Mulia.
Menurut Simatupang, tentara profesional adalah tentara yang tunduk pada pemerintahan sipil. Tanpa perlu presiden mengenakan atribut militer apa pun, TNI selalu siap menuruti perintah presiden. (Merdeka)

M3A3 Stuart: Light Tank Legendaris Yang Masih Punya “Gigi”

164102_tankstuart
Babak awal kavaleri Indonesia ditandai dengan tampilnya dua ranpur lapis baja, yakni M4A3 Sherman dan M3A3 Stuart. Keduanya punya kesamaan dari segi sejarah, yakni aslinya milik militer Belanda selama masa penjajahan. M4A3 Sherman yang masuk kategori tank sedang (medium tank) dikenal sebagai tank pertama milik Korps Marinir TNI AL, sementara M3A3 Stuart cukup dikenal luas dengan bentuknya yang khas dan ringkas. Tank ringan (light tank) ini pun kerap wara wiri di beberapa film.
Saat ini dari dua tank M3A3 Stuart yang masih tersisa di Pusdikav (Pusat Pendidikan Kavaleri), hanya satu yang masih laik jalan dengan nomer 40-32. Indonesia mendapatkan tank ini bukan sebagai pampasan perang, melainkan merebut langsung dari tangan Belanda. Pada saat mendapatkannya, tank ini kondisinya tersebar di beberapa daerah. Seiring semakin teraturnya komunikasi antara pusat dan daerah, tank yang tercerai berai ini digabungkan menjadi tujuh eskadron. Sementara untuk pengoperasiannya, dipercayakan pada komando militer setempat, karena pada saat itu struktur kemiliteran di Indonesia masih sangat sederhana.
7500300_orig

tank2kDSC_0835

wisataloka-museum-tni-ad-dh
Desain roda rantai M3A3 Stuart mengingatkan pada model ranpur Wiesel buatan Rheinmetall yang pernah ditawarkan ke Indonesia.

Nama tank ini diambil dari salah seorang jenderal yang memimpin tentara konfederasi ketika Perang Saudara AS, yaitu Jenderal JEB Stuart. Ranpur ini dirancang sebagai tank ringan (light tank) dengan empat awak. Stuart dikembangkan AS menjelang berakhirnya Perang Dunia Kedua di tahun 1941, dan tank ini digunakan oleh sebagian besar negara sekutu. Terlibat aktif dalam palagan mulai dari Eropa Barat, Afrika Utara, Eropa Timur, sampai front Pasifik. Di luar AS yang memproduksi tank ini adalah Inggris dengan nama Honey.
Selama berlaga di PD II, Stuart telah terlibat di Semenanjung Bataan, Filipina pada 2 Desember 1941. Tentara AS dari 192nd Platoon Tank Battalions dipimpin Letnan Ben R Morin, menghadapi tentara Jepang yang menggunakan tank tipe 95 Ha-Go. Ini adalah pertempuran tank vs tank yang dialami AS.
Image1231m3a3-light-tank-stuart-drawM3-Light-TankST03
Hingga saat ini, Stuart milik Pusdikav yang kerap dipamerkan masih menggunakan suku cadang orisinil. Bukti orisinalitasnya terlihat pada roda jalannya yang tertera tahun pembuatannya Januari 1944. Hanya dua bagian yang ditanam ke Stuart di luar bagian aslinya, yakni tabung pemadam kebakaran dan antena radio komunikasi yang dipasang hanya sebagai hiasan.
Dari sisi penugasan di Indonesia, setelah diterima TNI pada tahun 1949, debut Stuart cukup masif dalam beberapa operasi militer di dalam negeri, sebut saja dalam penumpasan ppemberontakan RMS (1950), menumpas pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah (1950), menumpas PRRI di Sumatera dan permesta Sulawesi Utara (1958), dan menumpas G30S/PKI (1965). Lepas dari reputasi tempurnya, Stuart juga laris manis sebagai bintang dalam film Janur Kuning, Ketulusan Kartika, Emerald dan Darah Garuda.
stuart-stripes
Nah, bagi Anda yang ingin melihat dari dekat sosok tank Stuart, tak sulit untuk melihatnya, tank Stuart bisa ditemui sebagai monumen di beberapa kota, seperti Ambarawa, Bandung, Jakarta (museum Satria Mandala). Bahkan tank ini tak sedikit dijadikan monumen pada halaman depan beberapa kesatuan di lingkungan TNI AD. (Gon)

Spesifikasi M3A1 Stuart
Negara asal : Amerika Serikat
Mesin : Continental, 7 silinder, 250 tenaga kuda
Berat : 13 ton (dengan perlengkapan)
Dimensi : 4,52 x 2,24 x 2,64 meter
Kecepatan maks : 50 km/jam
Awak : 4 orang
Persenjataan : 1 pucuk meriam caliber 37mm
1 pucuk mitraliur 7,62mm coaxial
1 pucuk mitraliur 7,62mm haluan
1 pucuk mitraliur 7,62mm penangkis serangan udara
1 pucuk pistol mitraliur, dipasang di belakang pengemudi sebelah kiri
Ketebalan baja

Kubah Badan Dasar
Depan 10 mm 8 mm 10 mm


10 mm
Belakang
10 mm 2 mm
Atas
10 mm
Sisi
10 mm
Kutub
10 mm
Depan


Lainnya
10 mm


Chappy Hakim: Tak dihargai, lebih baik TNI AU dibubarkan saja!

TNI AU
TNI AU
Mantan Kepala Staf TNI AU Chappy Hakim marah. Dia merasa selama ini negara tak pernah menghargai peran TNI AU. Masalah yang disorot Chappy Hakim adalah penggantian penjagaan di Bandara Soekarno Hatta, dari Paskhas TNI AU menjadi Marinir TNI AL. Padahal secara fungsi Paskhas TNI AU adalah satuan berkualifikasi lebih tepat untuk menjaga bandara.
Kedua, alih funsi Bandara Halim Perdanakusuma menjadi bandara komersial. Padahal bandara Halim adalah pangkalan udara strategis TNI AU. Di sana ada skadron angkut VIP dan kerap dijadikan markas jet tempur bagi pesawat yang melaksanakan pengawalan ibu kota. Saat ini dengan perubahan menjadi bandara komersial, tentu tugas TNI AU tergangu.
Masalah ketiga adalah soal jatah Panglima TNI. Sepanjang sejarah, baru sekali Marsekal TNI AU menjadi Panglima TNI. Dia adalah Marsekal Djoko Suyanto. Selebihnya selalu TNI AD. TNI AL pun baru dua kali kebagian Panglima TNI.
“Paskhasau di Airport CGK diganti Marinir. Halim untuk penerbangan komersial. Panglima TNI belum tentu AU. Negeri ini memang tidak butuh Angkatan Udara. Bubar saja,” tulis Chappy Hakim lewat akun twitternya, Kamis (5/6) malam.
“Puluhan tahun keberadaan AU tidak dihargai sama sekali di negeri ini. Mungkin memang lebih baik dibubarkan saja daripada terjadi degradasi moral anggotanya,” kicau sang Marsekal.
Postingan Chappy Hakim menjadi pembicaraan hangat di sosial media dan forum militer.
Politikus Gerindra Bondan Winarno ikut berkicau menanggapi kekesalan Chappy. “I can relate with you, Marshall. I feel your anger. Swa Bhuwana Pakca.” tulis Bondan Winarno. (Merdeka)

Exocet MM40 Block 3: Rudal Anti Kapal High Subsonic Andalan Korvet TNI AL

KRI-BUNG-TOMO-357-Luncurkan
Nama besar rudal anti kapal Exocet beberapa waktu lalu kembali melambung, pasalnya untuk pertama kali, korvet Bung Tomo Class yang diwakili KRI Bung Tomo 357 berhasil melalukan uji tembak rudal Exocet MM40 Block 2 dengan sasaran eks KRI Kupang 58 di perairan antara Pulau Raas, Sumenep dan Bawean, Gresik, pada hari Kamis lalu (28/5/2015).
Exocet MM40 Block 2 memang sudah tak asing di jagad alutsista TNI AL, sejak kedatangan empat unit korvet SIGMA Class dari Belanda pada tahun 2007 – 2008, praktis TNI AL mengenal rudal anti kapal buatan MBDA ini. Dan pada bulan Juni 2014, KRI Sultan Hasanuddin-366 dan KRI Sultan Iskandar Muda-367 pun telah melaksanakan uji penembakan Exocet MM40 Block 2 ke eks KRI Karang Banteng perairan Samudera Hindia.
Exocet MM40 Block 3 meluncur dari KRI Bung Tomo 357.
Exocet MM40 Block 3 meluncur dari KRI Bung Tomo 357.
KRI Nala saat melakukan penembakan MM 38 Exocet
KRI Nala (Fatahillah Class) saat melakukan penembakan MM 38 Exocet

Meski TNI AL cukup update dalam urusan rudal anti kapal, terbukti dari adopsi rudal C-705, C-802 dan rudal Yakhont, tapi rupanya TNI AL tak ingin meninggalkan tradisi sebagai pemilik varian Exocet. Boleh jadi, TNI AL ingin menguasi update beragam platform rudal anti kapal, jika C-705 dan C-802 mewakili cita rasa Cina, Yakhont mewakili kedigdayaan generasi rudal jelajah dari Rusia, maka Exocet menjadi wakil dari eksistensi sistem perudalan Eropa Barat/NATO yang kebetulan sudah battle proven. Sejarah juga mencatat, Exocet MM38 menjadi rudal anti kapal pertama bagi TNI AL sejak bangkitnya era Orde Baru, ditandai lewat penggunaan Exocet MM38 pada frigat Fatahillah Class dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class.
Rudal Exocet MM40 Block 2 milik TNI AL.
Rudal Exocet MM40 Block 2 milik TNI AL.
Peluncur rudal MM40 Block 2 di Bung Tomo Class.
Peluncur rudal MM40 Block 2 di Bung Tomo Class.
Peluncur rudal Exocet MM40 Block 2 di korvet SIGMA Class TNI AL.
Peluncur rudal Exocet MM40 Block 2 di korvet SIGMA Class TNI AL.
Meski Exocet MM40 Block 2 belum terlalu usang, tapi TNI AL telah mencanangkan untuk mengadaptasi varian terbaru Exocet MM40 Block 3. Hingga kini belum ada informasi yang jelas, apakah Exocet MM40 Block 3 sudah terpasang di kapal perang TNI AL. Kalau pun sudah terpasang, bisa dipastikan pilihannya adalah pada empat unit korvet SIGMA Class dan tiga unit korvet Bung Tomo Class. Mengapa pilihannya jatuh pada kedua korvet diatas?
Jawabannya sederhana, sebab Exocet MM40 Block 3 dapat diluncurkan dari peluncur (launcher) ITL-70A yang digunakan untuk Exocet MM40 Block 2 tanpa dilakukan modifikasi. Hal ini dikarekanakan, antara Exocet MM40 Block 2 dan Block 3 punya ukuran panjang yang sama (5,8 meter) dan berat pun identik (870 Kg).
39d95a3210e0191f978245e7e75
Mengutip dari situs ARC.web.id (10/6/2014), disebutkan bahwa TNI AL telah membeli Exocet MM40 Block 3. Bahkan menurut agen penjualnya, Rudal itu telah tiba pada akhir 2013 lalu. Menurut sang agen, Indonesia sudah 2 kali membeli Exocet MM40, yang pertama pada tahun 2008 senilai 60 juta euro, termasuk rudal mistral dan test bench mistral. Lalu yang kedua, pada tahun 2011 pembelian Exocet MM40 Blok 2 senilai 70 juta Euro, termasuk rudal mistral dan test bench MM40. Namun pada kontrak kedua ini terjadi amandemen. Saat itu MBDA menawarkan pesanan Exocet MM40 Block 2 diupgrade ke Block 3 secara gratis, namun tentunya jumlah pembeliannya berkurang. Selain karena harganya lebih mahal, juga lantaran adanya modifikasi dan adaptasi pada 4 KRI pengusung rudal dari Exocet MM40 Block 2 ke Block 3. Informasi dari nationcreation.wikia.com, harga anyar rudal Exocet MM40 Block 3 per unit-nya ditawar antara US$3,5 – 4 juta.
Namun demikian, memang Exocet MM40 Block 3 yang dimiliki TNI AL sampai ini belum pernah diuji coba. Meski punya dimensi dan berat yang sama dengan Block 2, Exocet MM40 Block 3 punya kinerja yang lebih baik. Sebut saja dari jangkauan, bila Block 2 hanya bisa menyasar target OTH (over the horizon) sejauh 120 km, maka di Block 3 jangkauan ditingkatkan hingga 180 – 200 km. Peningkatkan performa tak lain berkat adopsi pendorong dari jenis Turbomeca TR-40/263 turbojet buatan NAMMO dengan booster roket, sedangkan MM40 Block 2 masih memakai solid propellant dengan booster roket. Meski begitu, dalam hal kecepatan MM40 Block 3 masih sama dengan Block 2, yakni ada di level high subsonic dengan Mach 0,93 ber-high G manuver tingggi (10g).
Daru sistem penuntun terminal pada fase akhir, rudal Exocet Blok 3 juga dilengkapi GPS guidance hingga lebih dari 10 waypoint, sehingga bisa menyerang kapal atau sasaran permukaan, dengan sudut serang yang rumit, agar pergerakan rudal ini susah diantisipasi penangkis rudal dari kapal perang lawan. Selain itu, Exocet MM40 Block 3 juga dibekali laser gyro, GPS (global positioning system), INS (inertial navigation system), radar aktif J band, dan image recognition.
Exocet MM40 Block 3 punya RCS (radar cross section) yang kecil, dipadukan dengan mesin beremisi panas rendah (low IR signature) membuat MM40 Block 3 diklaim sebagai stealth anti ship missile. Untuk memudahkan dalam hal pemasaran, pihak MBDA menawarkan fleksibilitas, dimana operator Exocet MM40 Block 2 tak perlu beli rudal baru jika ingin MM40 Block 3. Persisnya MBDA telah melansir kit modifikasi untuk upgrade MM40 Block 2 menjadi Block 3. Selain pendorong baru, bagian hulu ledak seberat 165 kg dan sistem penuntun ikutan dirombak. Kit upgrade ini sudah tersedia bersamaan dengan dilansirnya varian Block 3 yang masih kompatibel dengan peluncur MM40 Block 2.
Rudal Exocet MM-40 Block 3 pertama kali ditembakkan oleh Frigat Perancis, Chevalier Paul pada 18 Maret 2010 dan sukses menghantam sasaran. Selain Perancis, negara yang telah menggunakan Exocet Block 3 adalah Angkatan Laut Yunani, UAE, Peru, Brunei, Malaysia, Maroko, Oman dan Qatar. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Exocet MM40 Block 3
– Manufaktur : Aerospatiale (sekarang MBDA) – Perancis
– Operasional : 2010
– Platform peluncur : surface launched
– Sistem penuntun : GPS-INS
– Sistem penuntun terminal (fase akhir) : radar aktif J band dan image recognition
– Panjang : 5,8 meter
– Diameter : 35 cm
– Bobot luncur : 870 kg
– Berat hulu ledak : 165 kg HE (high explosive)
– Pendorong : Turbomeca turbojet dengan booster roket
– Jangkauan : 180 – 200 km
– Kecepatan : Mach 0,93

Kamis, 04 Juni 2015

Rudal TNI AU Sergap Drone di Belitung

 
tni-au-luncurkan-rudal-pengendali-ledakkan-pesawat-drone
Latihan Jalak Sakti TNI Angkatan Udara 2015 memamerkan senjata rudal pengendali QW-III dengan sasaran pesawat drone S-70 Wings 09-14 yang mempunyai kecepatan 300 kilometer per jam. Pesawat drone S-70 W09-14 diterbangkan dengan remote kontrol.
Namun, sebelum rudal mencapai sasaran target, pesawat drone yang memiliki mesin 350 cc harus tertangkap oleh radar untuk mengkoneksikan agar bidikan rudal tepat sasaran.
Pantauan merdeka.com, Kamis (6/4) di Lapangan AWR Budding, Belitung, pesawat drone melaju cepat di atas ketinggian sekitar 5000 kaki. Kemudian rudal QW-III menghancurkan pesawat drone dengan sekali tembakan.
Keberhasilan penembak rudal disambut gemuruh tepuk tangan pengunjung yang menghadiri latihan Jalak Sakti di Lapangan AWR Budding, Belitung. Ahmad salah satu warga yang mengunjungi latihan Jalak Sakti merasa senang bisa melihat langsung aksi-aksi TNI AU dengan alutsistanya.
“Ternyata senjata TNI tak kalah saing dengan negara yang sekali tembak langsung hancur pesawatnya,” cetusnya di lokasi.
Seperti diketahui, rudal QW-III dan pesawat drone S-70 Wings 09-14 merupakan buatan Cina. Rudal merupakan senjata yang dimiliki oleh Kopaskhas.
Sebelumnya, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I (Pangkoopsau I) Marsekal Muda TNI A Dwi Putranto membuka Latihan Antar Satuan Jalak Sakti 2015 pada Senin (25/5) kemarin. Menurut A Dwi Putranto, latihan ini dilaksanakan di Makoopsau I Jakarta dan Lanud H. AS. Hananjoeddin Tanjung Pandan.
Tak hanya itu, latihan ini diikuti satuan jajaran Koopsau I seperti Lanud Halim Perdanakusuma, Lanud Atang Sendjaja, Lanud Roesmin Nurjadin, Lanud Supadio dan Wing I Paskhas Jakarta. Latihan ini Satuan Jalak Sakti 2015 meliputi Gladi Posko dan Tactical Air Manuvering Game (TAMG), serta Manuver Lapangan di Tanjung Pandan dari tanggal 1 hingga 4 Juni 2015.

Merdeka.

Changbogo, “Siluman” Penjaga Nusantara

 

4
Di dalam rencana pemenuhan alutsista yang mengacu kepada MEF, di tahun 2013 dalam sidang KKIP Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yang  dinamai DSME209/1400.
Dalam kontrak pembelian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, di mana 1 unit terakhir rencananya akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya. DSME209/1400 yang dipesan oleh TNI AL  melalui Kementrian Pertahanan tersebut dari segi fisik  bangunan kapalnya, adalah merupakan pengembangan serta perkawinan desain antara jenis 209/1200 Changbogo milik Korea Selatan dengan jenis 209/1300 Cakra milik Indonesia.
Nama Changbogo  sendiri yang diambil sebagai nama kapal selam Korea Selatan adalah nama seorang tokoh Jenderal Laut yang terkenal pada saat pemerintahan Silla  Bersatu pada tahun 787-846 dan dikenal juga sebagai Gunbok  yang diartikan sebagai tokoh bahari yang berkuasa selama beberapa dekade secara efektif mengontrol laut barat (laut kuning) dan pantai Korea antara barat daya Korea dan semenanjung Shandong (China).
1
Sedangkan nama Cakra yang dipilih oleh Indonesia adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaan. Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.
Dengan pengembangan dan perkawinan dua desain 209 ini menghasilkan varian 209 dengan bobot 1400 ton dengan berbagai kelebihan dan kecanggihan komponen-komponen pendukung yang terintegrasi di dalamnya. Selain mengembangkan jenis 209 mulai 1200 s.d. 1500 ton, galangan kapal DSME juga diketahui sedang memulai mengembangkan turunan dari desain 209 dengan bobot 3000 ton.
Kapal selam ini merupakan pesanan khusus dari Korean Navy untuk memperkuat skuadron kapal selam negara Korea yang mana sekarang ini baru terdiri dari beberapa kelas Midget, U209/1200 dan U214/1800. Proyek desain kapal selam berbobot 3000 ton ini sudah dimulai awal tahun 2015 dan rencana pembangunannya akan dimulai pada tahun 2016.
Kapal selam pesanan pemerintah Indonesia, meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, memiliki teknologi yang canggih serta memiliki kecepatan yang mampu dipacu hingga 21 knot ketika menyelam.
Disebutkan juga bahwa kapal selam DSME209 harus mampu beroperasi terus menerus selama lebih kurang 50 hari. Desain Kapal Selam Baru DSME 3000 ton Pesanan ROK-Navy selama proses pembangunan kapal selam di Korea, TNI AL telah mengirimkan 7 (tujuh) orang personel yang masing-masing memiliki kemampuan dan pengetahuan khusus tentang kapal selam jenis 209 secara profesional.
Dalam satuan tugas kapal selam tersebut Komandan Satgas bertanggungjawab kepada keseluruhan proses pembangunan dengan dibantu oleh personel lainnya. Pembagian tugas secara khusus dalam satuan tugas ini terdiri dari:
  1. Pengawas Platformyang mencakup bidang permesinan, badan kapal, outfitting, painting, baterai dan pendorongan serta kelistrikan kapal selam.
  2. Pengawas Sewaco yang mencakup bidang sensor, navigasi, komunikasi, senjata dan sistem kendali senjata kapal selam.
  3. Perwira Diklat yang bertugas mengatur serta mengendalikan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi awak kapal selam.
  4. Perwira Administrasi dan Logistik yang bertugas mengatur dan mengendalikan proses administrasi kontrak serta sistem logistik komponen-komponen kapal selam.
  5. Kesekretariatan yang bertugas mengendalikan kegiatan ketatausahaan dan administrasi personel dalam satuan tugas kapal selam.
Secara umum kapal selam DSME209/1400 memilki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya. State of the art technology yang dimiliki oleh kapal selam ini meliputi Latest combat system, Enhanced operating system, Non-hull penetrating mast and Comfortable accommodation. Dan sebagai elemen terpenting dalam kapal selam, baterai buatan Korea digunakan sebagai sumber tenaga utamanya.
Jenis baterai kapal selam buatan Korea ini digunakan pada semua kapal selam Korea. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai Persenjataan dan Sistem kendali senjatanya. Selain dipersenjatai 8 buah tabung peluncur Torpedo untuk torpedo berukuran 533 mm Blackshark juga mampu untuk men-deploy ranjau laut, Ia juga memiliki desain yang mampu untuk meluncurkan rudal.
ASM/SSM-700K Hae Sung

Sistem kendali senjata MSI Mk2 buatan Kongsberg dipilih oleh TNI AL sebagai komponen yang mengendalikan dan mengatur sistem peperangan serta penembakan torpedo, ditambah lagi beberapa sensor dan peralatan elektronika yang canggih dan terkini juga ikut di dalam. Bila di kapal selam Cakra kita belum memiliki Flank Array Sonar, maka di kapal selam baru nantinya sistem ini akan dipasang dan digunakan.
Banyak sekali keunggulan serta kelebihan sistem dan peralatan yang digunakan dalam kapal selam baru ini dibanding kapal selam Indonesia yang ada sekarang. Radar serta ESM dari Indra-Spanyol, Integrated Navigation System dari SAGEM-Prancis, Optronic dan Periskop dari Cassidian-Jerman, sistem Sonar dari L3 Elac Nautic-Jerman menjadi pilihan TNI AL di dalam desain kapal selam barunya.
Prosedur keamanan dan keselamatan kapal selam dan personel juga menjadi prioritas dalam desain DSME209/1400. Dua unit Life rafts dengan kapasitas 25 personel dengan bekal darurat selama 6 hari akan terpasang di kapal selam ini. Untuk pakaian keselamatan dan pelindungan dari dekompresi selama proses evakuasi dipilih jenis MK-X buatan Inggris sebanyak 48 buah.
2
Yang paling berbeda dibanding dengan kapal selam Cakra adalah bentuk pintu baterai dibuat sesuai dengan aturan NAVSEA 0994-LP-013-9010 pada mulut pintunya. Dengan begitu bisa lakukan proses evakuasi menggunakan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan, di dalam kontrak pembelian ini juga termaktub tentang skenario Transfer of Tecnology (ToT) dan juga On the Job Training(OJT) di galangan kapal DSME korea. Dua kegiatan ini diperuntukkan bagi personel PT PAL untuk lebih dapat mendalami serta menyerap semua ilmu baik desain maupun proses produksi kapal selam.
Dari sisi sumber daya manusia, pada periode desain, PT PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk desain kapal sebanyak 20 personel profesionalnya. Selanjutnya mengirimkan pula personel yang tergabung dalam team OJT sebanyak 186 personel yang dikirimkan secara bertahap dimulai sejak bulan November 2013 hingga bulan Februari 2017.
3
Menilik proses pembangunan kapal selam DSME209/1400 sampai dengan Januari 2015 ini, telah sampai dalam tahap pemotongan plat untuk kapal selam ketiga. Diharapkan pada tahun 2017, dua unit kapal selam baru DSME209/1400 sudah dapat beroperasi diperairan indonesia. Sedangkan untuk kapal selam ketiga jika dilihat dari skenario kontrak pembelian, maka akan dapat dioperasikan sekitar awal tahun 2019.
Kita harapkan kehadiran kapal selam DSME209/1400 dapat memperkuat kemampuan tempur angkatan laut kita.

Majalah Cakrawala Edisi 425 TNI AL