Selasa, 21 Oktober 2014

Danrem 071/Wijayakusuma Buka Pelatihan Bela Negara Bagi Mahasiswa

Danrem 071/Wijayakusuma Buka Pelatihan Bela Negara Bagi Mahasiswa
Sebagai bagian dari elemen bangsa, mahasiswa harus berperan aktif memperkokoh persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat, papar Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bayu Purwiyono dalam amanatnya yang disampaikan Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Edison, S.E., M.M., pada Pelatihan Bela Negara bagi Mahasiswa PTN/PTS se-Jateng dan DIY, yang berlangsung di Mako Yonif 407/Pkl Slawi Tegal, Selasa (21/10).
Lebih lanjut Pangdam IV/Diponegoro menyampaikan, bahwa dengan menyadari posisinya yang strategis, keberadaan mahasiswa menjadi sangat penting untuk diberikan tambahan bekal pengetahuan diluar disiplin ilmu akademisnya. Berupa pemahaman mendalam mengenai pentingnya wawasan kebangsaan seperti Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Kesadaran Bela Negara.
"Mahasiswa perlu memahami konsepsi Wawasan Nusantara dan sistem Pertahanan Negara secara utuh dan benar agar tumbuh menjadi pribadi yang cinta dan bangga terhadap tanah air sendiri", terang Pangdam IV/Diponegoro.
"Pemahaman konsepsi pertahanan negara dalam implementasinya bukan hanya dimiliki TNI tetapi juga harus dimiliki segenap komponen bangsa dan seluruh rakyat Indonesia termasuk mahasiswa", lanjutnya.
Pembukaan Pelatihan Bela Negara bagi para mahasiswa dibuka oleh Danrem 071/Wijayakusuma Kolonel Inf Edison, S.E., M.M. memawikili Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bayu Purwiyono. Pelatihan Bela Negara Kodam IV/Diponegoro diikuti 2.000 Mahasiswa PTN/PTS se Jawa Tengah dan DIY, dan dilakukan secara serentak selama tiga hari di seluruh wilayah Kodam IV/Diponegoro, bertempat di seluruh Satpur dan Satbanpur jajaran Kodam IV/Diponegoro. 
Materi yang disampaikan antara lain Materi Pengetahuan yakni Proxy War, Materi Kampus, Pengetahuan TNI AD dan Binter, Bela Negara dan Wasbang serta Kepemimpinan. Materi Keterampilan yakni PBB, Menembak, Out Bound, Alarm Stelling, Caraka Malam, Jalan Peta, Karya Bakti, Renungan Malam dan Pendadakan.  
"Pelatihan bela negara yang dilaksanakan di Satpur dan Satbanpur dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata kepada para mahasiswa tentang bagaimana kehidupan prajurit di satuan-satuan yang sesungguhnya", jelas Pangdam IV/Diponegoro.
 Bangun komitmen yang kuat untuk merealisasikan tugas mulia ini secara proporsional dalam membentuk pribadi yang militan, tangguh dan kerelaan berkorban demi bangsa dan negara. Manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dalam upaya menumbuhkan semangat bela negara di kalangan peserta tanpa menimbulkan kesan indoktrinasi berlebihan, lanjut Pangdam IV/Diponegoro mengakhiri sambutannya.

TNI. 

LABINSEN LAKSANAKAN UJI LITBANG PENEMBAKAN RUDAL AL-1M DI PUSLATPUR KARANG TEKOK SITUBONDO

http://www.tnial.mil.id/Portals/0/News/OPSLAT/2014OKTOBER/020labinsen.png
Bertempat di Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo, tanggal 15-17 Oktober 2014, Laboratorium Induk Senjata (Labinsen) mengadakan uji penembakan Rudal AL-1M (Strella) dalam rangka uji litbang Modifikasi Rudal AL-1M. Uji litbang ini merupakan realisasi dari program kerja Labinsen tahun 2014 yang merupakan karya nyata dari Tim Litbang dari Labinsen. Sedangkan tujuannya untuk mengetahui sampai sejauh mana sistem penembakan lama dengan hasil modifikasi yang telah dihasilkan.
Modifikasi yang dilakukan oleh Labinsen meliputi Inovasi pembuatan mounting yang tadinya harus ditembakan dengan cara dipanggul oleh penembak (man pad), sekarang dimodifikasi menggunakan mounting dengan 2 (dua) launcher. Mounting ini dapat bekerja sesuai dengan baringan dan elevasi yang diinginkan oleh penembak. Sedangkan cara penembakannya dilakukan dengan System Penembakan Remote Firing.
Pada Rudal itu sendiri telah dimodifikasi dengan menambahkan Proximity Fuse sehingga pada jarak tertentu, Rudal dapat meledak sendiri tanpa harus mengenai sasaran. Kelebihan system ini adalah untuk penghancuran sasaran udara yang sangat sulit apabila harus tepat mengenai sasaran (impact).
Setelah melalui uji laboratorium yang cukup panjang, akhirnya uji penembakan bisa dilaksanakan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan dalam pengujian. Penembakan dilakukan terhadap beberapa rudal AL1-M yg belum di modifikasi dan yang sudah dimodifikasi, kemudian dilakukan analisa terhadap hasil penembakan.
Uji litbang tersebut dipimpin langsung oleh Kalabinsen Kolonel Laut (E) Endarto Pantja I., S.T., M.T., turut hadir Kepala Arsenal Kolonel Laut (E) Kawahab, S.T. dan Komandan Puslatpur Letkol Marinir Hadi Santoso. (www.tnial.mil.id)

Minggu, 19 Oktober 2014

TNI AU Siagakan Pesawat Tempur F-5 Jaga Langit Jakarta

TNI AU Siagakan Pesawat Tempur F-5 Jaga  Langit Jakarta
pesawat tempur F-5E
TNI AU menugaskan flight pesawat tempur sergap F-5E Tiger II dari Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi di Lanud Halim Perdana Kusuma untuk melaksanakan operasi menjaga keamanan udara Ibu Kota Jakarta sejak, Sabtu (18/10/2014)
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, selain melaksanakan operasi Pertahanan Udara kegiatan ini juga dalam rangka pengamanan acara pelantikan Presiden RI terpilih Joko Widodo pada hari Senin, 20 Oktober 201 .
“Momentum penting demi kesinambungan pemerintahan Republik Indonesia,” kata Hadi dalam keterangan pers yang diterima, Minggu (19/10/2014).
TNI Angkatan Udara tidak boleh lengah dalam mengawasi dan menjaga keamanan dirgantara serta kedaulatan wilayah udara nasional RI dalam situasi dan kondisi apapun, apalagi dalam acara penting lima tahunan seperti pelantikan Presiden RI yang keamanannya harus dijaga.
“Sebab ini bukti pada dunia bahwa Negara Republik Indonesia hingga periode pemilihan Presiden yang ketujuh memang negara demokrasi sejati,” lanjutnya.
Flight tempur “Si Macan” tersebut akan dikendalikan oleh Pusat Operasi Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional I di Halim dimana dalam operasi pengamanan Ibu Kota akan melaksanakan patroli udara secara teratur dan siap melaksanakan penyergapan udara bila dibutuhkan sesuai perkembangan situasi keamanan.
Selain menggelar pesawat tempur F-5E dalam pengamanan Ibu Kota, TNI Angkatan Udara juga menyiapkan berbagai skadron udara dari jenis tempur, transport dan helikopter serta Pasukan Khas.
Kondisi ini dilakukan untuk mengamankan seluruh wilayah Indonesia dengan tujuan mengantisipasi segala kemungkinan demi memberikan rasa aman bagi rakyat serta mendukung upaya menjaga keberlangsungan sistem demokrasi negara kita yang tercinta. (www.tribunnews.com)

Code Name: Tim Osman, Wow! Osama bin Laden Adalah Agen CIA!

Presiden Amerika Serikat

Code Name : Tim Osman

Wow, Osama bin Laden Adalah Agen CIA!

Mantan Presiden Kuba Fidel Castro mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Castro mengatakan pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden adalah agen badan intelijen Amerika Serikat (CIA).
osama bin laden_cia3Bin Laden selalu dipanggil dan dibayar tiap kali mantan Presiden AS George W Bush membutuhkannya.
Menurut Castro, Bush membutuhkan Bin Laden untuk menakut-nakuti dunia. Castro mengaku mengetahui hal ini setelah membaca dokumen yang diposting di ‘Wikileaks’.
Dia juga menuduh Bin Laden bekerja untuk gedung putih.
“Bush selalu didukung oleh Bin Laden, dia adalah bawahan Bush,” kata Fidel Castro.
Menurut Castro, setiap saat Bush ingin menebar rasa takut dan membuat pidato soal itu, Bin Laden akan muncul dan mengancam orang dengan sebuah cerita tentang apa yang dia lakukan.
osama bin laden-agen-cia
Foto Osama bin Laden pada tahun 2004 (kiri) dan pada tahun 2007 (kanan)
Keterangan gambar bawah: Surat rahasia atau dokumen Osama Bin Laden Agen CIA (kiri) dan surat rahasia atau dokumen bahwa Tim Osman adalah Osama bin Laden (kanan)
osama bin laden agen cia THE TIM OSMAN ALIAS DOCUMENT
Castro membuat pernyataan ini setelah bertemu dengan Daniel Estulin, penulis tiga buku tentang rahasia Bilderberg Club, sebuah klub rahasia yang memanipulasi sistim ekonomi dan sistem politik sejagad.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e3/Henry_Kissinger.jpg/316px-Henry_Kissinger.jpg
Henry Alfred Kissinger (wikimedia)

Salah satu anggota klub ini bekas Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger, pejabat eropa terkemukan dan para eksekutif bisnis.
Henry Alfred Kissinger (lahir Heinz Alfred Kissinger di Fürth, Bavaria, Jerman, 27 Mei 1923; umur 90 tahun) adalah mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan pemenang Nobel Perdamaian.
Setelah naiknya Nazi ke puncak kekuasaan dan menjalankan kebijakan anti-Semitisme, ia beserta keluarganya lari ke Amerika Serikat pada 1938.
Henry Kissinger belajar ilmu politik dan pada 1954 mendapat gelar doktor dari Harvard University dan pada 1962 guru besar tata negara.
Dari 1969 ia adalah Penasihat Keamanan Nasional USA. Menerima Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1973 bersama dengan Le Duc Tho, seorang pejuang, jenderal, diplomat, dan politikus Vietnam, namun Le Duc Tho menolak.
Dari Agustus 1973 sampai 1977 ia adalah MenLu AS di bawah presiden Richard Nixon dan diteruskan pada masa Gerald Ford.
osama-agen-cia2
Disarankan juga kepada anda untuk mencari di google, search dengan “operation false flag”, kemudian cari tahu juga mengenai “tim osman”.
Tim Osman adalah kode nama salah satu agen CIA yang telah bekerja setia pada CIA selama bertahun – tahun. Tidak lain itu adalah Osama bin Laden, yaitu orang yang mengaku dan dianggap bertanggung jawab atas peristiwa 9/11.
Semuanya itu tercatat dengan jelas di dalam dokumen CIA, yang menyatakan tentang kedatangan Osman = Usama/Osama Bin Ladin (OBL).
Kata pepatah buah tidak akan jauh dari pohonnya, coba kita cari di google anak osama bin laden, anda akan menemukan nama anak osama adalah omar, trus anda akan mendapatkan foto-fotonya seperti ini (jejakbrowsing@wordpress / berbagai sumber / whatreallyhappened)
osama-agen-cia3



Yonif 413/Bremoro Jadi Batalyon Mekanis

 13 IFV  Marder  mulai memperkuat Kompi A Batalyon Infanteri (Yonif) 413/Bremoro, yang resmi menjadi Batalyon Mekanis,  (17/10/2014). (Ahmad Antoni/Koran SINDO)

13 IFV Marder mulai memperkuat Kompi A Batalyon Infanteri (Yonif) 413/Bremoro, yang resmi menjadi Batalyon Mekanis, (17/10/2014). (Ahmad Antoni/Koran SINDO)

Sebanyak 13 Tank Marder buatan Jerman mulai memperkuat Kompi A Batalyon Infanteri (Yonif) 413/Bremoro, yang resmi menjadi Batalyon Mekanis (17/10/2014). Ke-13 Tank tersebut tiba di Markas Komando Yonif 413 Mekanis/Bremoro, Kostrad di Jalan Solo-Tawangmangu, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Tank-tank seberat 33 ton itu diangkut dengan trailer khusus. Pertama, tank yang baru datang dari Surabaya, tiba pukul 09.30 WIB.
Puluhan personel TNI pun ikut mengamankan penurunan Tank Marder yang masuk ke Markas Kompi A. Tak ayal kedatangan tank-tank marder itu menjadi tontonan ratusan warga.
“Penasaran dengan tank. Saya nunggu sejak jam 08.00 WIB,” ujar salah seorang warga bernama Sutarto (50 th).
Komandan Brigif 6/2 Kostrad, Kolonel Inf Agung Pambudi melalui Kepala Staf Brigif 6/2 Kostrad, Letkol Inf Aminton mengungkapkan bahwa, 13 tank tersebut baru saja digunakan untuk acara puncak peringatan HUT TNI ke-69 di Surabaya, Jawa Timur.
Ke-13 tank itu direncanakan akan digunakan untuk prajurit Yonif Mekanis 413/Bremoro. “Sesuai arahan Mabes TNI, dijadikan Batalyon Mekanis. Semua sudah dipersiapkan, mulai dari sumber daya manusia (SDM) dan perlengkapan,” kata Aminton.
Dia menjelaskan, kedatangan 13 tank dikawal oleh dua mekanik ahli dari Jerman. Tank tersebut dalam kondisi prima, sehingga dalam waktu dekat sudah bisa dioperasikan. Dengan belasan tank itu, akan menambah alusista.
“Menambah kekuatan keamanan di Soloraya. Ada rencana untuk dikenalkan kepada warga Soloraya. Kami masih konsolidasikan soal itu. Yang penting tank yang ditunggu beberapa bulan ini, akhirnya tiba,” jelasnya.
marder-bremoro
IFV Marder untuk Batalyon Mekanis 413 Bremoro

Brigif 6/2 Kostrad membawahi tiga batalyon. Yakni 411 di Salatiga, 412 di Purworejo dan 413 di Palur, Sukoharjo.
Khusus untuk 413, memang diproyeksikan menjadi batalyon khusus mekanis. Disamping kemampuan Raider, juga kemampuan dalam Tank Marders. (sindonews.com).

Sabtu, 18 Oktober 2014

Operasi Woyla 1981: Pembebasan Sandera Pembajakan Pesawat Garuda di Thailand

Garuda Indonesia operation Woyla header

Operasi Woyla 1981: Pembebasan Korban Pembajakan Pesawat Garuda di Thailand

Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini terjadi selama empat hari dan menjadi peristiwa terorisme bermotif “jihad” pertama yang menimpa Indonesia dan semoga hanya menjadi satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.
Peristiwa Woyla adalah sebuah peristiwa dalam penerbangan maskapai Garuda Indonesia bernama “Woyla” dengan nomer penerbangan 206, berkode ekor PK-GNJ, rute jurusan Jakarta – Medan, namun harus transit dahulu dipelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang dan berencana akan ke Bandara Polonia Medan, tapi kemudian pesawat itu mengalami insiden pembajakan saat lepas landas dari Palembang.
Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu, tanggal 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis “Komando Jihad” adalah kelompok ekstrimis Islam Indonesia yang ada dari tahun 1968 sampai dibubarkan melalui aksi pembersihan oleh anggota intelijen pada pertengahan tahun 1980-an.
Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55.
Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang, lalu pembajak menyuruh pilot untuk terbang ke Penang Malaysia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 3
Co-pilot DC-9 Woyla, Hedhy Djuantoro.

Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muangthai tanggal 31 Maret 1981.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin ‘sel’ kelompok Komando Jihad yang melakukan peristiwa teror ini menuntut agar para rekannya yang ditahan pasca Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat, supaya dibebaskan.
Dalam Peristiwa Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando Jihad ditahan dan terancam hukuman mati.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif “jihad” pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

Kronologi Peristiwa
Sabtu pagi 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tujuan Medan tinggal landas dari Bandara Talangbetutu, Palembang. Pembajakan bermula saat pesawat yang dikemudikan Kapten Herman Rante mendarat sejak penerbangannya dari Jakarta, lalu transit di Palembang.
Pesawat di piloti oleh Kapten Pilot Herman Rante dan co-pilot Hedhy Djuantoro, dan tiga pramugari, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 2
Inilah ketiga pramugari pesawat GA Woyla yang dibajak, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.

Pesawat di piloti oleh Kapten Pilot Herman Rante dan co-pilot Hedhy Djuantoro, dan tiga pramugari, Retna Wiyanna Barnas, Dewi Yanti dan Lydia.
Awalnya, penumpang pesawat berisi 33 penumpang dari Jakarta dan 15 penumpang tambahan dari Palembang saat transit, jadi total 48 orang didalamnya ditambah 5 krew pesawat tersebut (2 krew kokpit dan 3 crew kabin).
Baru saja setelah Kapten Pilot Herman Rante yang menerbangkan DC-9 Woyla lepas landas dari Pelud Sipil Talang Betutu, Palembang seusai transit untuk menuju Bandara Polonia, Medan.
Tiba-tiba dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Sedangkan satunya lagi berdiri di gang antara tempat-duduk pesawat.
Dari dalam kokpit, tiba-tiba co-pilot Hedhy Juwantoro mendengar suara ribut di arah belakang. Baru saja akan berpaling, seorang menyerbu ke dalam kokpit sambil berteriak, “Jangan bergerak, pesawat kami bajak…”
Sabtu pagi 28 Maret 1981, pukul 10.10, pesawat tersebut dikuasai oleh lima pembajak, semuanya bersenjata api. Pembajak meminta pesawat terbang ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut tidak mungkin dipenuhi, sebab bahan bakar terbatas. Pembajak lantas mengatakan:
“Pokoknya terbang sejauh-jauhnya dari Indonesia” teriak Mahrizal, seorang pembajak.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 4
Nenek Hulda Panjaitan yang berumur 76 tahun diperbolehkan turun di Malaysia oleh para teroris di pesawat GA Woyla karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam pesawat yang dibajak.

Kemudian pesawat dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk pengisian bahan bakar. Lalu, DC-9 Woyla meninggalkan Malaysia setelah mengisi bahan bakar, menuju ke Bandara Don Mueang, Thailand.
Ketika masih di bandara Penang Malaysia untuk mengisi bahan bakar, seorang penumpang wanita lanjut usia bernama Hulda Panjaitan.
Nenek yang berumur 76 tahun itu diperbolehkan turun oleh para teroris karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam pesawat.
Kemudian pesawat itu terbang lagi ke Thailand atas paksaan teroris dan adanya penerimaaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya.
Para teroris kemudian membacakan tuntutan mereka, yaitu:
1. Anggota Komando Jihad di Indonesia yang berjumlah 80 orang sebagai tahanan politik segera dibebaskan.
2. Meminta uang sejumlah US$ 1,5 juta.
3. Orang Israel dikeluarkan dari Indonesia.
3. Adam Malik dicopot sebagai Wakil Presiden.
Mereka juga meminta pesawat itu untuk pembebasan tahanan dan untuk terbang ke tujuan yang dirahasiakan.
Mereka mengancam telah memasang bom di pesawat Woyla dan tidak segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.

Operasi Pembebasan
Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 10
Tuntutan para pembajak yang meminta uang tebusan sejumlah US$ 1,5 juta, juga masuk dalam berita di koran.

Berita pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan pesawat Fokker-28 Garuda Indonesia nomer penerbangan 145, jurusan Pekanbaru – Jakarta, yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi:
“..being hijacked, being hijacked”.
Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta, berita yang mengejutkan petugas keamanan karena pada saat bersamaan juga diadakan latihan gabungan yang melibatkan semua unsur pasukan tempur di Timor-Timur hingga Halmahera.
Berita tersebut juga diterima oleh Wakil Panglima ABRI pada kala itu, yaitu Laksamana Sudomo yang masih berada di Jakarta.
Kelompok khusus militer Indonesia yang baru dibentuk saat itu adalah Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha – nama satuan Kopassus saat itu), meminjam sebuah pesawat DC-9 untuk mempelajari situasi.
Sudomo langsung meneruskan berita tersebut kepada Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani yang langsung menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha LetKol. Sintong Panjaitan.
Benny memberitahu tentang dibajaknya pesawat Garuda, berapa jumlah pembajak, apa motivasinya, kemana tujuan dan apa tuntutannya masih belum diketahui.
“..yang pasti, saya langsung diperintahkan menyiapkan pasukan”, kenang Sintong, yang pada saat itu kakinya masih dibalut gips sehingga ia tidak bisa berangkat untuk latihan gabungan.
Dari Thailand dikabarkan pula bahwa pesawat mendarat di bandara Don Muang, Thailand.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 5
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda GA Woyla, seketika langsung tersebar ke banyak media.

Latihan dan Persiapan Pasukan Anti Teror
Sabtu malam 28 Maret 1981, pukul 19.25, di Jakarta, Kepala Bakin (sekarang BIN) Jenderal Yoga Sugomo berangkat ke Bangkok. Menurut berita yang dia peroleh, para pembajak lima lelaki berbicara bahasa Indonesia. bersenjatakan pistol, granat dan kemungkinan dinamit.
Para pembajak menuntut Indonesia membebaskan tahanan Peristiwa Cicendo, komplotan Warman serta Komando Jihad. Para tahanan diminta diterbangkan disuatu tempat diluar Indonesia dan meminta uang sebesar 1.5 juta dollar AS. Jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan Woyla beserta penumpangnya.
Sabtu malam 28 Maret 1981, pukul sepuluh lebih, Kol Teddy Rusdi, Benny Moerdani dan Sudomo diterima Presiden Suharto di Cendana. Hasil akhir pembicaraan menyimpulkan bahwa opsi militer akan dilakukan untuk membebaskan pesawat tersebut. Pada saat terjadinya peristiwa ini, pasukan komando Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani peristiwa terorisme pembajakan pesawat.
Minggu 29 Maret 1981, pukul 21.00, sejumlah 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil. Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.
Minggu pagi telepon di meja Benny berdering. Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan warganya yang berada di GA 206, apabila opsi militer dilakukan.
“I am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian aircraft” jawab Benny. Ditegaskan Indonesia berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari negara lain. We don’t guarantee anything..”
Minggu 29 Maret 1981, pukul 21.00 lebih, setelah mendapat clearance dari pemerintah Thailand. bahwa pasukan anti teror boleh mendarat, Indonesia diizinkan mengirim pesawat terbang untuk menjemput sandera. Benny memutuskan menggunakan Garuda DC-10 Sumatera, pesawat ini lebih cepat dan lebih lama terbang dari DC 9.
“..karena antisipasi pesawat yang dibajak kemungkinan akan dipakai terbang sampai ke Libya” kenang Subagyo HS yang saat itu berpangkat Mayor di Grup IV Kopasandha.
Latihan 2 hari di hanggar Garuda dengan pesawat DC 9, telah memantapkan tekad pasukan khusus anti teror untuk secepatnya meringkus pembajak. Sudah dua tahun pasukan khusus anti teror terbentuk, mereka terus berlatih tapi belum pernah punya kesempatan muncul.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 7
Garuda Indonesia yang dibajak dari jenis DC-9 bernama “Woyla” beregistrasi PK-GNJ.

Baru kali ini, mereka akan melakukan operasi dan yang lebih membanggakan, bertempur diwilayah negara asing. Pasukan belum berangkat menunggu perintah Benny, penanggung jawab operasi.
Begitu Benny datang bukan perintah berangkat yang didengar, tetapi “Bagaimana latihan kalian?”. “Siap pak” jawab Sintong mantap. Dalam kesempatan itu, Benny juga membagikan kotak amunisi.
Sintong lansung ingat sewaktu Operasi Dwikora. Perlengkapan baru sering malah bisa menyulitkan. Sering terjadi peluru tidak meledak, akibat belum dibiasakan penggunaannya.
Trauma tersebut masih membekas, karena itu dia merasa yakin, sebuah peralatan yang belum pernah dicoba serta dibiasakan penggunaannya, bisa membahayakan. Dengan mengumpulkan segala keberanian, Sintong kemudian berkata,
“Jangan Pak, jangan bagikan peluru tersebut. Kami belum terbiasa.”
“Lho, ini peluru bagus, yang terbaru. Gunakan saja..” Tegas Benny.
“..Kami harus mencobanya dulu.” jawab Sintong menolak.
Terlihat nada kesal dalam jawaban Benny, “..ya sudah, cobalah”
Pasukan segera mencari tempat untuk uji coba. peluru dibagikan dan ditembakkan. Yang terdengar justru bunyi, “Pakh, pakh,pakh..pakh”. Ternyata tidak satupun peluru meletus.
Benny terkejut menyaksikan kejadian itu. Meski bukan kesalahannya, tetapi perasaannya lebih galau, melebihi semuanya. Dalam hati, Sintong bergumam, “Untung belum berangkat..”
Benny langsung menyuruh anak buahnya ke Tebet untuk mengambil amunisi baru. Pasukan khusus anti teror memang sengaja dibekali dengan jenis peluru yang mematikan tapi tidak akan menembus dinding pesawat. Sehingga, kalau berlangsung pertempuran dalam kabin, dinding pesawat tidak bakal rusak.
Mengingat sifatnya, jenis peluru termaksud hanya bisa tahan enam bulan sudah harus diganti baru. Masalah tersebut agaknya terlalaikan petugas perlengkapan. Sesudah kiriman peluru pengganti tiba dan diujicoba, Benny memberi isyarat untuk berangkat. Sintong melirik jamnya, penerbangan mereka sudah tertunda lebih dari satu jam.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 6
Pesawat GA Woyla PK-GNJ yang dibajak, mendarat di bandara Don Muang, Thailand.

Pasukan Anti Teror Tiba di Bangkok, Thailand
Senin 30 Maret 1981, dini hari, pukul 00.30, pesawat DC-10 tiba di Don Muang dengan berkamuflase menjadi pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa. Pesawat diparkir dilokasi yang agak jauh dari Woyla.
Kendaraan pasukan angkatan udara Thailand tiba, dan seorang perwira penghubung membawa Benny menemui Menlu Thailand Siddi Savitsila. Perundingan yang deadlock menyebabkan clearance untuk menyerbu pesawat tidak bisa diberikan, maka menlu Thailand mempertemukan Benny dengan PM Thailand Prem Tinsulanonda esok paginya.
Senin 30 Maret 1981, pagi, pukul 06.00, Benny bersama Yoga Sugomo, Dubes Indonesia untuk Thailand Habib dan Dirjen Perhubungan Udara Sugiri bertemu PM Thailand dikediaman resminya.
Dalam pertemuan tersebut, pada awalnya pemerintah Thailand tidak bersedia memberi izin operasi militer, sementara pemerintah Indonesia tetap meminta izin Thailand, untuk menyelesaikan sendiri pembajakan tersebut.
Akhir perundingan, PM Prem menyatakan akan memberi keputusan pada pukul 11 hari itu juga.
“Saya selalu menganggap nasi goreng Bangkok terenak di dunia”, ujar Benny.
Maka Benny ditemani Kolonel Rosadi, atase pertahanan makan pagi, sementara lainnya pulang ke hotel. Ditempat itu Benny bertemu dengan Chief Station CIA untuk Thailand.
Dalam pembicaraan yang berkembang, Benny kemudian meminjam flak jacket, (jaket/rompi antipeluru) karena lupa membawa dari Jakarta. Tapi ternyata didalam pesawat DC-10 sudah tersedia, maka flak jacket itu tidak jadi dipakai. Meski nantinya memunculkan wacana, seolah-olah AS memberi bantuan peralatan tempur kepada pasukan Indonesia.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 8
Tentara Thailand mengamati dari kejauhan pesawat GA Woyla PK-GNJ bernomer penerbangan 206 yang dibajak, saat berada di bandara Don Muang, Thailand.
Selepas tengah hari clearance untuk menyerbu sudah diberikan oleh PM Prem, Benny menetapkan, serbuan akan dilakukan sebelum fajar. Tak lupa pula dia meminta petugas Garuda di Don Muang menyiapkan 17 peti mati.
Sementara itu suasana tegang semakin ganas dengan menetapkan deadline atas tuntutan mereka, Yoga dengan sabar melayani segala macam tuntutan tersebut sambil mengulur waktu.
Ketegangan yang sama juga terasa di kabin DC-10, menunggu adalah pekerjaan yang paling menjengkelkan. Tanpa ada pemecahan maka anak buahnya akan tegang tanpa guna, maka Sintong memerintahkan anak buahnya untuk tidur.
“Hampir semuanya langsung tertidur, merasa lepas dari beban. Mereka saling mendengkur, adu keras..”
Senin 30 Maret 1981, malam hari, pasukan anti teror satu demi satu turun dari pesawat DC-10. Sekali lagi mereka melakukan latihan ulangan menggunakan DC-9 Digul. Pada kesempatan tersebut, Sintong mengajak pilot Garuda untuk ikut menonton.
Sebelum Sintong turun dari pesawat, Sintong sudah memutuskan untuk membuang tongkat penyangga kakinya. “.. masa, perwira komando, memimpin operasi dengan tongkat.”
Latihan ulangan berlangsung dengan baik, semua anggota tahu apa yang harus dilakukan, Sintong memperkirakan dalam lima menit pasukannya sudah dapat menguasai pesawat.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 11
Pemerintah Indonesia bertekad untuk menyelamatkan penumpang dan awak pesawat GA Woyla.

Begitu latihan selesai, seorang pilot Garuda mendekati Sintong, “Pak.. maaf Pak”. ” Ya ada apa?” tanya Sintong ingin tahu.
”Tadi waktu bapak latihan, memang semuanya bisa demikian, kalau pintu samping dibuka dari luar, dengan mudah anak buah bapak bisa menyerbu masuk. Tetapi kalau pintu darurat yang dibuka, yang langsung keluar karet peluncur untuk pendaratan darurat..”
“Yailah..” teriak Sintong. “Terimakasih, .. terimakasih” Bisa dia bayangkan, tanpa ada pemberitahuan tersebut, dalam penyerbuan masuk ke kabin, anak buahnya pasti berhamburan terlempar ke bawah dari pintu darurat, dihantam tangga peluncur emergency.
Sekali lagi latihan diulang. Faktor munculnya tangga penyelamat dari pintu darurat, diperhitungkan. Dengan masukan tambahan tersebut, Sintong justru menemukan langkah penangkal. Begitu pintu darurat dibuka dari luar, seorang anggota wajib menahan munculnya tangga pendaratan darurat. Pada saat bersamaan, anggota lain sudah harus menyerbu masuk kabin.
Benny memutuskan serangan dilakukan pada pukul 03.00. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00, pasukan sudah siap dengan perlengkapan tempur, pakaian loreng dan baret merah. Briefing terakhir sudah selesai. “Tunggu apa lagi? Saya segera perintahkan, berangkat…” kenang Sintong.
Sementara di dalam pesawat yang dibajak, para teroris sudah mulai lelah. Menurut para penumpang yang akhirnya menjadi saksi-mata, para pembajak mulai menceritakan keluh-kesah mereka, tentang anaknya, istrinya atau keluarganya.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 9
Robert Wainwright (27) berhasil melarikan diri dengan cara membuka pintu darurat dan berhasil selamat.

Hal ini membuat para pembajak mulai lengah. Pada saat itu seorang penumpang warga negara Inggris bernama Robert Wainwright, berusia 27 tahun, memanfaatkan situasi itu.
Ia berhasil melarikan diri dengan cara membuka pintu darurat, loncat keluar dari pesawat, dan berhasil selamat.
Enam jam kemudian, seorang warga negara Amerika bernama Schneider, berusaha melarikan diri, namun tertembak dan tersungkur di aspal disaksikan istrinya,  Carol Schneider.
Setelah peristiwa itu, para pembajak marah besar. Mereka pengumpulkan semua penumpang dibagian depan pesawat dan tidak ada yang boleh berbicara.
Penyerbuan ke Pesawat Woyla
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.30, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan.
Mereka dijemput mobil. Untuk menjaga kerahasiaan, seluruh pasukan diminta berbaring dilantai kendaraan. “Saya duduk di atas anak-anak, injek-injekan” kata Benny. Sintong sangat terkejut, ketika pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja Benny menyusup masuk ke dalam barisan. Ini diluar skenario.
Tubuh Benny terlihat jelas, ditengah deretan pasukan berseragam. Dia memakai jaket hitam, tangan kanannya memegang sepucuk pistol mitraliur. Perwira tinggi tersebut nampak menonjol karena satu-satunya yang tidak berseragam dan tidak juga memakai baret merah.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 12
Mrs. Carol Schneider, seorang istri warga negara Amerika bernama Mr. Schneider yang juga sebagai sandera dan berusaha melarikan diri, namun gagal karena tertembak.

Sambil berbisik, Sintong memerintahkan anak buahnya yang jalan paling dekat. “So, Roso, keluarkan dia. Jangan biarkan Pak Benny ikut..”. “Pak, saya nggak berani”, jawab Letnan Suroso, juga dengan berbisik.
Sementara itu dalam pikiran Benny, “Tempat terbaik bagi saya, harus bersama mereka..”
Tentu saja dia mengabaikan kenyataan, bahwa dirinya seorang jenderal dengan tiga bintang.
Benny juga bukan komandan lapangan, yang memang harus selalu ikut menanggung resiko menghadang maut digaris depan. Dia juga tidak mempedulikan, kemungkinan peluru nyasar, justru akan bisa menyeret akibat fatal.
Tetapi Benny tetap dalam doktrin pribadinya. Seorang pemimpin harus bersama anak buah. Sesuatu yang memang sudah dia buktikan selama terjun dalam berbagai palagan.
“Saya beranggapan, nilai politik psikologinya besar sekali. kalau pun saya ikut mati tertembak, tetap bisa membuktikan, pemerintah Indonesia tidak pernah menyerah dalam menghadapi tuntutan pembajak.”
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang.
Selasa 31 Maret 1981, dini hari, tepat pukul 02.45, serbuan dimulai. Menurut kesaksian penumpang, dalam kegelapan malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar. Sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi pesawat.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 14
Para-Komando Kopassandha saat menyerbu pesawat GA Woyla, bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 yang tengah di sandera.
Dalam skenario awal, pasukan anti teror akan mendobrak pintu depan kiri. Disusul pendobrakan bersama, pintu darurat dan belakang. Setelah tahap ini selesai, seluruh pasukan serentak menyerbu ke kabin. Skenario tersebut tidak sepenuhnya terlaksana berurutan.
Pembantu Letnan Achmad Kirang dari arah pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak. Pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat terjaga dan langsung menembak. Akibatnya, Kirang tidak sempat menunduk ketika sebuah peluru menembus tubuhnya. Tepat kena perut, bagian yang tidak tertutup flak jacket.
Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat.
Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar. Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar.
Strategi dan taktik penyerbuan ke pesawat Garuda Indonesia Airways (GA) Woyla bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 oleh pasukan Kopassandha.
Beginilah strategi dan taktik saat penyerbuan ke pesawat yang sedang  dibajak, Garuda Indonesia Airways (GA) “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ dan bernomer penerbangan 206 yang dilakukan oleh pasukan Kopassandha.
Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat. Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.
Dalam pertempuran singkat di dalam pesawat tidak semua pembajak langsung tertembak mati. Sementara itu Achmad Kirang dan Captain Herman Rante justru luka parah kena peluru.
Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut.
Hendrik Seisen, seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda melukiskan:
“I woke up when I heard a lot of noise and what certainly looked like shooting. It seemed like in the time of two seconds the whole plane filled up with commandos..”
Seisen menambahkan:
“When the shooting started we ducked below the seats. I didn’t want to look. I was terrified”
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 13
Pesawat Garuda DC-9 Woyla setelah dikuasai Kopasandha.

Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla tersebut berlangsung empat hari di Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Dengan cepat semua sandera dibebaskan. Pesawat Woyla sepenuhnya sudah dikuasai Kopasandha.
Mimpi buruk yang dialami semua awak pesawat dan penumpang sejak Sabtu pagi, berakhir Selasa dini hari. Begitu Woyla sudah berhasil dikuasai, Benny menyambar mic kokpit.
“This is two zero six, could I speak to Yoga please?”
“Yes, Yoga here”
“Pak Yoga, Benny ini..” teriak Benny.
“Diancuk. Neng endi kowe..?” tanya Yoga sambil mengumpat.
“Dalam pesawat Pak”
“Jangan main-main kamu..”
“Saya memang dipesawat. Sudah selesai semua, beres..”
Kecuali anggota pasukan yang dia pimpin, Benny memang tidak menceritakan rincian rencana penyerangan pembajak yang dia rancang. Juga tidak kepada Yoga.
Kala itu, tiga pembajak tewas seketika ditangan pasukan penyerbu. Dua pembajak lain menderita luka parah. Tetapi yang paling melegakan seluruh penumpang tidak ada satu pun mengalami cedera berarti.
http://rakbukuonline.files.wordpress.com/2011/01/sintong.jpg?w=251&h=369
Buku “Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO” oleh Letjen Sintong Panjaitan, terbitan Kompas. (lihat buku online atau download PDF)

Sementara Achmad Kirang meninggal tanggal 1 April dalam perawatan di RS Bhumibhol, Bangkok, begitu pula Captain Herman Rante, meninggal di Bangkok, enam hari setelah operasi penyergapan berlangsung.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Hasil dari baktinya, ia beserta timnya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi tersebut, dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.

Pasca Pembajakan
Selasa 31 Maret 1981, setelah subuh, pukul 05.00, pesawat DC-10 Sumatera meninggalkan Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror. Dua pembajak yang luka parah tidak sempat diselamatkan nyawanya oleh tim kesehatan Kopasandha. Sehingga kelima mayat pembajak, Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan dan Imronsayah, langsung diterbangkan ke Jakarta pagi itu pula.
Dari udara, pemandangan kota Jakarta siang itu terasa elok. Sejak pagi masyarakat sudah dibangunkan dengan berita radio sekitar keberhasilan pasukan khusus anti teror menyergap pembajak Woyla.
Semua bangga, drama mencekam selama tiga hari akibat pembajakan telah berakhir, Pemerintah Indonesia terbukti tidak mau menyerah kepada pembajak. Kabar tersebut menjadikan warga Jakarta berbondong – bondong ke Bandara Halim Perdanakusuma.
Selasa 31 Maret 1981, pagi hari, pukul 08.00, lebih beberapa menit, roda-roda pesawat DC-10 Sumatera menyentuh landasan Halim Perdanakusuma. Benny dengan wajah serius tanpa senyum, menyelinap keluar dari pintu di ekor pesawat, tanpa memperhatikan sambutan ratusan penjemput.
Baju safari warna gelap yang dia pakai, sangat kontras dengan seragam loreng berbaret merah pasukan khusus antiteror yang keluar dari pintu depan.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 15
Para sandera akhirnya mendarat kembali di bandara Kemayoran Jakarta dan disambut oleh keluarga dan wartawan, setelah drama pembajakan GA Woyla yang terjadi selama empat hari berakhir.
Pagi harinya, koran The Asian Wall Street Journal menulis:
“It isn’t that Indonesians don’t deserve the same credit and honor that Israel and the West German commandos earned for similiar gallantry at Entebbe and Mogadishu. it is a pity because there is abroader point to be made”.
Tajuk rencana koran The Asian Wall Street Journal tersebut segera menambahkan, negara-negara dunia ketiga selalu dianggap tidak pernah memiliki disiplin dan tidak bisa bekerja dengan efisien. Demikian juga umumnya komentar terhadap penampilan tentara Indonesia.
“well it took a high order of soldiering to rescue a plane load of hostages without taking one innocent life”.
Lebih lanjut koran tersebut menunjukkan,
“From hijack to the last gun shot, the entire operation lasted about 60 hours. It required a high degree of organisation and planning. It also required courage, efficiency and discipline”.
Seorang anggota pasukan anti teror, TJP Purba ketika diwawancara koran The Bangkok Post mengatakan,
“Our principle is simple, silent, decisive and aggressive”
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 16
Pada koran lokal disebutkan bahwa otak pembajak pesawat GA Woyla, Imran bin Muhammad dijatuhi hukuman mati.

Imran bin Muhammad Zein selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tahun 1981.
Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama Maman Kusmayadi, Salman Hafidz, serta 11 orang lainnya.
Begitu pula dengan Maman dan Salman, yang  bernasib sama dengan Imran, dan dieksekusi hukuman mati.
Sebagai tambahan informasi, pasukan Kopasandha yang melakukan penyerbuan pesawat Woyla menjadi embrio terbentuknya unit anti-teror di Kopassus saat ini, yaitu SAT-81 Gultor.
(sumber: wikipedia/kutipan tentang pembajakan pesawat Woyla, satu-satunya pembajakan pesawat yang terjadi di Indonesia, yang dikutip dari buku biografi Benny Moerdani/berbagai sumber)
SAT 81 Gultor
SAT-81 Gultor, unit anti-teror Kopassus
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 18
Saat upacara pemakaman Kapten Pilot GA “Woyla” Herman Rante yang dihadiri oleh rekan-rekan dari krew Woyla. (Pict: ©1981 by Kompas)
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 17
Persis seperti inilah penampakan DC-9 Garuda Indonesia Airways “Woyla” bernomer penerbangan 206 dan beregistrasi PK-GNJ komplit dengan striping line dan livery Garuda yang juga sama pada masa lalu itu. Namun pesawat pada gambar diatas ini adalah PK-GNS, dan bukan Woyla PK-GNJ. (Pict: Gerard Helmer, via: Airliners.net)
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 21
Inilah data sejarah manifest dan spesifikasi asli dari DC-9 Garuda Indonesia “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ buatan tahun 1975. Pesawat itu kemudian dijual Garuda Indonesia lalu dibeli oleh maskapai Afrika Selatan, kemudian nomer registrasi diubah dari PK-GNJ menjadi ZS-TGR.
Garuda Indonesia hijacked operation Woyla 19
Inilah PENAMPAKAN ASLI dari DC-9 Garuda Indonesia “Woyla” bernomer registrasi PK-GNJ yang pernah dibajak itu. Pesawat ini dijual Garuda Indonesia dan dibeli oleh maskapai Afrika Selatan pada tahun 1994, kemudian nomer registrasi diubah menjadi ZS-TGR. Pesawat ini telah pensiun terbang sejak tahun 2004. (Pict: ©2005 by Mo Herrmann, via: airport-data.com)
PK-GNJ-Garuda-Indonesia-Boeing-737-800_PlanespottersNet_485819
PK-GNJ pada masa kini. Nomer registrasi PK-GNJ “Woyla” dari jenis DC-9 yang pernah dibajak pada masa lalu itu, pada masa kini dipakai Garuda Indonesia dari jenis Boeing 737-800, dengan nomer registrasi yang sama seperti DC-9 “Woyla” yaitu: PK-GNJ. (Pict: ©by Fikri Izzudin Noor, via: Planespotters.net)

Ketika Suharto Dipecat Secara Tidak Hormat Oleh Jenderal Nasution

suharto dipecat nasution header
Pada artikel kali ini, kami akan mencoba menguak sedikit dari banyaknya tandatanya-tandatanya besar yang masih tersimpan di saku tiap rakyat Indonesia yang tercinta ini dan belum terjawab, bahkan tak akan pernah terjawab.
Hal itu dilakukan karena pada masa rezim New Order atau Orde Baru itu, banyak sekali sejarah-sejarah yang tak boleh dipublikasikan, ditulis ulang, dibengkokkan, lalu di propagandakan melalui media-media zombie yang pada masa lalu, bagai ‘media peliharaan’.
Suharto, sebagai komandan Abri saat memimpin pasukan untuk memerangi G-30/S-PKI
Suharto, sebagai komandan Abri saat memimpin pasukan untuk memerangi G-30/S-PKI
Suharto, presiden diktator era ‘Orde Baru’ (New Order) yang berkuasa selama 32 tahun, yang selalu menang dalam pemilu sebanyak 6 kali berturut-turut alias hat trick dua kali oleh pemilihan presiden secara tak langsung (dipilih oleh DPR/MPR), lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921.
Ia lahir dari keluarga petani yang menganut Kejawen. Keyakinan keluarganya ini kelak terus dipeliharanya hingga hari tua. Karir Suharto diawali sebagai karyawan di sebuah bank pedesaan, walau tidak lama.
Dia sempat juga menjadi buruh dan kemudian menempuh karir militer pertama kali sebagai prajurit KNIL yang berada di bawah kesatuan tentara penjajah Belanda. KNIL adalah singkatan dari bahasa Belanda; het Koninklijke Nederlands(ch)- Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Saat Jepang masuk di tahun 1942, Suharto bergabung dengan PETA, yaitu singakatan dari tentara sukarela Pembela Tanah Air (kyōdo bōei giyūgun?) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang.
Ketika Soekarno memproklamirkan kemerdekaan, Soeharto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat atau biasa disingkat dengan TKR, adalah sebuah nama angkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
TKR dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA.

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949
Salah satu ‘prestasi’ kemiliteran Suharto yang sering digembar-gemborkannya semasa dia berkuasa adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 atas kota Yogyakarta.
Bahkan ‘prestasi’ ini sengaja difilmkan dengan judul ‘Janur Kuning’ pada tahun 1979, yang memperlihatkan jika serangan umum itu diprakarsai dan dipimpin langsung oleh Letkol Suharto.
Padahal, sesungguhnya serangan umum itu diprakarsai oleh Sultan Hamengkubuwono IX.
Sultan Hamengkubuwono IX lah yang memimpin serangan umum melawan Belanda, bukan Soeharto.
Hamengkubuwono IX adalah seorang nasionalis yang memiliki perhatian terhadap nasib rakyatnya, karena itu ia tidak mau untuk di jajah. Kedepannya, Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Menteri Pertahanan Republik Indonesia.

Nasution Pecat Suharto Secara Tak Hormat Dari Pangdam Diponegoro
Pada 1959, Suharto yang kala itu menjabat sebagai Pangdam Diponegoro dipecat oleh Jenderal Abdul Haris Nasution dengan tidak hormat, karena Suharto telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.
Suharto kala itu juga ketahuan ikut kegiatan ilegal berupa penyelundupan gula dan kapuk bersama Bob Hasan dan Liem Sioe Liong. Untuk memperlancar penyelundupan ini, didirikan perusahaan perkapalan yang dikendalikan Bob Hasan.
Konon, dalam menjalankan bisnis haramnya ini, Bob menggunakan kapal-kapal ‘Indonesian Overseas’ milik C.M. Chow. Mungkin, sejarah nyata pemecatan dengan tidak hormat inilah yang bisa jadi mirip “kutukan” jika suatu saat dinastinya masuk kembali ke dalam kemiliteran, akan dipecat dengan tidak hormat pula.
suharto-dan-nasution
Dua “Jendral Besar” berbintang lima, AH Nasution (kiri) Jendral Besar yang dilantik oleh Suharto. Dan Suharto sendiri (kanan) sebagai jenderal satu-satunya di dunia yang melantik dirinya sendiri menjadi Jendral Bintang Lima (Jederal Besar) dan satu-satunya di dunia sebagai Jendral Besar yang dilantik pada saat masih hidup. Karena Bintang Besar seantero dunia hanya dilantik untuk Jendral yang sudah wafat.

Suharto, Berkomplot Dengan Agen Ganda Jepang – Cina
Siapa C.M. Chow ini? Dia adalah ‘agen ganda’ atau double agent. Pada tahun 1950 dia menjadi agen rahasia militer Jepang yang bertugas di Shanghai, Cina. Tapi dia pun kepanjangan tangan Mao Tse Tung atau dikenal pula sebagai Mao Zedong, adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Mao Tse Tung atau Mao Zedong, adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Tiongkok. Kala itu C.M. Chow merupakan kepanjangan tangan Mao dalam merekrut Cina perantauan dari orang Jepang, ke dalam jaringan komunis Asia.
Mao Tse Tung / Mao Zedong

Pada 1943, Chow ditugasi Jepang ke Jakarta. Ketika Jepang hengkang dari Indonesia, Chow tetap di Jakarta dan membuka usaha perkapalan pertama di negeri ini.
Chow bukan saja membina warga negara Cina di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun juga di Sumatera dan Sulawesi.
Salah satu binaannya adalah ayah Eddy Tansil dan Hendra Rahardja yang bermarga Tan. Tan merupakan ‘sleeping agent’ Mao di Indonesia Timur.
Kemudian pada pertengahan 1980-an, Hendra Rahardja dan Liem Sioe Liong mendirikan sejumlah pabrik di Fujian, Cina. (dari: Siapa Sebenarnya Suharto; Eros Djarot; 2006).
Jenderal A.H. Nasution yang akrab disapa “Pak Nas”, pada kala itu sangat marah sehingga ingin memecat Suharto dari Angkatan Darat dan menyeretnya ke Mahkamah Militer, namun atas desakan Gatot Subroto, Suharto dibebaskan dan akhirnya dikirim ke SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat).

Ahmad Yani Juga Marah Kepada Suharto
Selain Nasution, Yani juga marah atas ulah Suharto dan di kemudian hari mencoret nama Suharto dari daftar peserta pelatihan di SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat), yang mana hal ini membuat Suharto dendam sekali terhadap Yani. Terlebih Amad Yani adalah anak kesayangan Bung Karno.
Ahmad Yani
Kemudian, Kolonel Pranoto Rekso Samoedro diangkat sebagai Pangdam Diponegoro menggantikan Suharto.
Pranoto, sang perwira ‘santri’, menarik kembali semua fasilitas milik Kodam Diponegoro yang dipinjamkan Suharto kepada para pengusaha Cina untuk kepentingan pribadinya.
Suharto sangat sakit hati dan dendam terhadap Pranoto, juga terhadap Nasution dan Yani.
Lalu di sekolah SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat), Suharto dicalonkan untuk menjadi Ketua Senat.
Namun D.I. Panjaitan menolak keras dengan menyatakan dirinya tidak percaya dengan Suharto yang dinilainya tidak bisa dipercaya karena mempunyai banyak catatan kotor dalam karir militernya, antara lain penyelundupan bersama para pengusaha Cina dengan dalih untuk membangun kesatuannya, namun yang terjadi adalah untuk memperkaya dirinya.

Suharto Marah Dan Dendam Kepada Para Jenderal
Atas kejadian itu maka Harto, panggilan Suharto, yang berarti Harta, sangat marah. Bertambah lagi dendam Suharto, selain kepada Nasution, Yani, Pranoto, dan kini kepada D.I. Panjaitan. Aneh tapi nyata, dalam peristiwa 1 Oktober 1965, musuh-musuh Suharto terutama Nasution, Yani, dan Panjaitan, menjadi target pembunuhan, sedangkan Suharto sendiri yang merupakan orang kedua di Angkatan Darat ini, tidak masuk dalam daftar kematian.
Setelah Ahmad Yani terbunuh pada peristiwa 30 September 1965, Bung Karno mengangkat Pranoto Rekso Samudro sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), namun Pranoto dijegal oleh Suharto sehingga Suharto-lah yang justru mengambil-alih kepemimpinan Angkatan Darat, dan untuk menghindari pertumpahan darah oleh kemungkinan perang saudara, maka Soekarno melantik Suharto sebagai Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965.
Sukarno Suharto Nasution1
Tiga pemimpin. A.H Nasution (kiri), Soekarno (tengah) dan Soeharto (kanan).

Perang saudara yang diyakini akan terjadi itu, karena Siliwangi di Jawa Barat (Ibrahim Adjie) dan KKO (kini Marinir) di Jawa Timur, telah bersumpah untuk selalu berada di belakang Soekarno. Dan, jika Soekarno memerintahkan untuk ‘menyapu’ kekuatan Suharto di Jakarta, maka mereka menyatakan siap juga untuk berperang.
Itulah yang akhirnya dihindari oleh Soekarno, agar Angkatan Darat tidak pecah dan justru dapat membuat Indonesia yang baru merdeka ini, dapat kembali pecah oleh kekuasaan dan harta yang hanya dapat dinikmati di dunia yang sementara ini.

Kronologi Soeharto dendam Pranoto bongkar kasus korupsinya di Jawa Tengah
Pranoto Reksosamodra sejatinya teman karib Soeharto. Saat Jepang membuka pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), kedua pemuda tersebut terpanggil untuk mendaftar. Pranoto dan Soeharto sama-sama lulus dengan hasil memuaskan sebagai kompandan peleton.
Sebentar bertugas, keduanya dipanggil mengikuti pendidikan lanjutan sebagai komandan kompi di Bogor. Karir Pranoto dan Soeharto juga maju beriringan. Tahun 1948, Letkol Pranoto diangkat menjadi Komandan Brigade IX/Divisi III/Diponegoro di Muntilan, sementara Letkol Soeharto menjadi Komandan Brigade X di Yogyakarta.
Saat Soeharto sebagai komandan serangan Umum 1 Maret, Pranoto dan pasukannya kebagian tugas menyerang Yogyakarta dari Utara lewat Kali Code. Kolonel Pranoto juga yang menggantikan Kolonel Soeharto menjadi Panglima Tentara & Teritorium IV/Diponegoro. Pada saat itu Panglima menjabat penguasa perang daerah (Paperda).
Di sinilah hubungan kedua perwira Angkatan Darat ini memburuk. Penyebabnya saat tim pemberantasan korupsi Angkatan Darat turun ke daerah-daerah menyelidiki dugaan korupsi para panglima. Tim ini diketuai oleh Brigjen Soengkono.
Mayor_Jenderal_Pranoto_Reksosamodra 
Kolonel Pranoto menuliskan peristiwa ini dalam catatan pribadinya. Buku catatan ini kemudian disunting Imelda Bachtiar dan diterbitkan Kompas tahun 2014 dengan judul Catatan Jenderal Pranoto dari RTM Boedi Oetomo sampai Nirbaya. Pranoto mengaku memberikan fasilitas dan keleluasaan untuk tim audit tersebut selama bergerak di wilayah militernya.
Tim ini menemukan sejumlah pelanggaran yang dilakukan Kolonel Soeharto saat menjabat Panglima di Jawa Tengah. Antara lain barter liar, monopoli cengkeh dari asosiasi gabungan pabrik rokok kretek Jawa Tengah. Ada juga penjualan besi tua yang disponsori sejumlah pengusaha Tionghoa seperti Lim Sioe Liong.
Brigjen Soengkono melaporkan hal ini pada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Nasution yang. Soeharto sempat malu dan berniat mengundurkan diri karena kasus ini. Namun Nasution menolaknya. Nasution pula yang kemudian menyelesaikan kasus ini. Soeharto akan diberi sanksi administrasi sedangkan Pranoto diperintahkan menertibkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Jawa Tengah.
Masalah rupanya belum selesai. Soeharto sudah menaruh dendam pada Pranoto. Dia termakan kasak kusuk yang menyebut Pranotolah yang meminta tim Angkatan Darat menyelidiki masalah ini. Wakil Kasad Letjen Gatot Soebroto memanggil kedua anak buahnya ini. Dia meminta keduanya berbaikan. Namun Soeharto sempat menolak.
“Bagaimanapun aku merasa dipermalukan dan dicoreng-moreng oleh sebab perbuatannya,” kata Soeharto. Pranoto membela diri. “Demi Allah, laporan-laporan itu bukanlah aku yang melakukan dan aku pun tak perlu menuduh dari mana ataupun dari siapa laporan itu dibuat. Hal itu tidak benar dan kalau perlu kolonel dapat menuntutnya.”
Letjen Gatot Subroto menyela perdebatan itu dengan gayanya yang kebapakan. Dia meminta Pranoto dan Soeharto berdamai.
“Kalian seperti anak kecil. Di hadapanku jangan pada bertengkar. Sudah bubar. Ayo pada salaman,” kata Gatot.
“Kami terpaksa bersalaman. Betapapun di hati masing-masing terasa hambar,” kenang Pranoto melukiskan peristiwa tahun 1960 itu.
Suharto dan Pranoto Reksosamodra
Suharto (kiri) dan Pranoto Reksosamodra (kanan) sedang bersalaman.

Persahabatan dua perwira TNI ini pun berakhir
Kelak setelah G30S meletus, Mayor Jenderal Soeharto menahan Mayjen Pranoto dengan tuduhan terlibat aksi militer G30S yang didalangi PKI. Tanpa pengadilan, Pranoto menjalani penahanan selama 15 tahun.
Sejumlah pihak menyangka dendam Soeharto yang melatarbelakangi penangkapan tersebut. Namun rupanya Pranoto tak mau berburuk sangka.
“Dari catatan Pak Pran, beliau juga tidak tahu apakah karena masalah itu atau yang lain. Karena itu Pak Pran selalu berharap ada pengadilan sehingga bisa menjawab semua tuduhan. Tapi pengadilan tersebut tak pernah ada,” kata Imelda Bachtiar saat berbincang dengan merdeka.com.
Sejarawan Asvi Warman Adam menilai cara-cara Soeharto menggandeng konglomerat dan mendirikan aneka yayasan terus dipertahankan saat dia menjadi presiden RI. Sama dengan di Jawa Tengah dulu, yayasan yang didirikan Soeharto selalu diklaim untuk mensejahterakan anggota TNI atau masyarakat. Namun tentunya Soeharto dan koleganya pun dapat keuntungan.
“Menarik apa yang disampaikan dalam biografi Liem Sioe Liong. Apa yang dia peroleh dari monopoli. Di sisi lain jika Soeharto butuh, dia tinggal minta dana ke Liem. Ini mutualisme,” kata Asvi.

Lamanya Masa Orde BAru Membuat Rakyat Indonesia Dicuci Otak Dan Tak Mengenal Sejarah Asli Bangsanya
Ironisnya, banyak manusia Indonesia selalu lupa akan sejarah asli bangsanya. Tapi lebih ironisnya lagi, banyak ‘anak-anak singkong’ yang buta sejarah pada masa kini, terhasut oleh dongeng pencuci otak era rezim New (World) Order itu.
Semua itu terjadi karena mungkin mereka tak mengalaminya, namun justru percaya hanya mendengar dari “katanya dan ceritanya”. Seharusnya pemuda masa kini membaca buku yang berasal dari pemuda dimasa lalu agar menjadi pemuda yang paham sejarah, bukan hanya mendengar dari media masa kini, yang akhirnya hanya paham apa itu selfie atau jago BBM yang tak penting.
Selalu ada saksi dalam setiap sejarah. Sejarah adalah pembelajaran, dan Soekarno telah selalu mengingatkan kepada segenap rakyatnya, termasuk Soeharto, secara berkali-kali, “Jas merah, jangan selalu melupakan sejarah” tegas Soekarno. Namun, apa yang justru dilakukan oleh Soeharto?
Kabinet terakhir yang ia buat sebelum lengser telah memasukkan anaknya, Tutut sebagai menteri sosial dan Bob Hasan saudara angkatnya sang kartel kayu, pembabat hutan dan illegal logging, justru menjadi menteri kehutanan, yang di era reformasi ia sempat merasakan bui.
suharto dan sukarno 1966
Suharto (kiri) dan Presiden Sukarno (kanan)

Rakyat mulai tak suka dengan cara kapitalis dan imperialisme yang diterapkan Soeharto, itu semua adalah sistim dajjal penindas rakyat ditiap negara. Rakyat yang sudah susah, semakin susah, semakin miskin, terbelenggu, apalagi tak ada kebebasan sama sakali. Mereka buta politik, buta informasi di Era Orde Baru itu.
Namun ratusan juta manusia itu tak berani, takut, tak berkutik dan tak bisa apa-apa. Maka, mahasiswa pun yang akhirnya bergerak dan menghasilkan gerakan perubahan, Reformasi, dengan rakyat se-Indonesia yang selalu siap dibelakang mereka. Mahasiswa dari Sabang hingga Merauke pun berdatangan ke Jakarta melalui perwakilan-perwakilannya untuk menduduki gedung MPR/DPR di Jakarta.
Memang terbukti, mahasiswa kala itu tak butuh uang atau materi, mereka hanya butuh moral kebangsaan dan dukungan dari segenap rakyat. Tak butuh suatu kepentingan apapun kecuali Perubahan untuk bangsa ini, tak ada nama dan tokoh dikala itu.
Amien Rais yang dinobatkan menjadi reformis saja tiada mahasiswa yang tahu dikala itu, namun tak peduli, yang penting ada perubahan kedepan untuk rakyat kedepannya, padahal politikus yang ikut berorasi tak ia saja, banyak yang jauh lebih murni, bukan sekedar carmuk alias cari muka.
Seluruh masyarakat Jakarta hingga luar Jakarta, mereka berbondong-bondong mengumpulkan makanan dan minuman ke dalam Gedung MPR/DPR hanya untuk mahasiswa yang membela hak rakyat. Terlihat dari anak kecil hingga tua renta membawa pisang dari kampungnya, walaupun satu tandan tapi berat, rela jalan membongkok ke gedung di Senayan itu.
Terasa bersatunya bangsa ini saat itu. Tak ada lagi perbedaan diantara mereka, isyu perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan, dikubur dalam-dalam. Begitu bersatunya Indonesia, saat Reformasi 98.
kapitalis suharto - DEMO SOEHARTO 1998 Tragedi MPR DPR
Tapi akhirnya, mereka disusupi oleh ‘pasukan iblis’ dengan mengadu domba diantara mereka, antara sesama anak bangsanya sendiri. Isyu yang kental, adalah isyu pemecah belah antara pribumi dan Cina, atau antar Islam dan Kristen, maka terjadilah Kerusuhan 98.
Hal ini sudah tercium, adalah pola atau modus yang biasa diterapkan oleh kaum satanic illuminatis dunia, bahkan hingga saat ini. Nyaris semua kekacauan, kerusuhan dan peperangan di dunia, dipicu dari ‘sel-sel’ alias kaki-tangan atau budak yang sengaja dibuat untuk memperlancar tujuan  dari sistim mereka.
Walau begitu, semua sudah terlambat. Selama 32 tahun, atau lebih dari 3 dekade, cara cuci-otak sistim dajjal ini berhasil. Artinya walaupun suatu saat Soeharto dengan New Ordenya lengser, namun cara dan pola pikir manusia Indonesia akan terpatri terus dan terus dan terus, hingga beberapa generasi mendatang.
Tak diajarkan untuk patuh pada aturan dan undang-undang kecuali untuk kepentingan kelompoknya, miskinnya kedisiplinan dan tanggungjawab, tak adanya inisiatif dan kesadaran pada rakyatnya yang bermental rendah akan melahirkan generasi dengan mental tambah parah, begitulah seterusnya, membuat Indonesia harus diganti masyarakatnya bukan presidennya.
Pada era Orde Baru itu, rakyat Indonesia justru diajarkan oleh maraknya korupsi, gilanya kolusi, sintingnya nepotisme untuk kelompok dan kerabatnya.
Semua anggota dewan hanya manggut-manggut kepada presiden, apapun keputusannya mereka kompak dengan menyetujuinya. “Apakah setuju?” ucap ketua MPR, Sontak semuanya yang sudah tertidur dibangku masing-masing pasti teriak “Tetuju..!” tanpa ada interupsi satupun. Maka kocek mereka pun langsung menebal tanpa ada basa-basi, dan terbukti hingga kini pola sinting sistim dajjal itu masih terbentuk dan dipertahankan oleh kaum penganut satan ini.
kartun suharto 01 
Hal itu bisa terjadi karena efek dari brainwashed dengan memutar balikkan sejarah dan menganggap Soeharto adalah bagai super hero.
Mirip Korea Utara, dimana hingga kini rakyatnya merasa ‘nyaman’ saja dengan hidupnya yang sederhana, tanpa ponsel, tanpa internet, miskin pun tak terasa, tak tahu dunia luar, ada apa diluar sana?
Tiada yang tahu kecuali segelintir rakyat yang telah memakai tv satelit ber-parabola. Persis pola politik dan kediktatoran pada masa Orde Baru.
Jadi jangan beranggapan bahwa New Order telah musnah dari bumi Indonseia dan dari masyarakat Indonesia, namun ia ibarat “api dalam sekam” yang suatu saat akan membara, bangkit dan berkuasa kambali. Akankah sistim ini kembali lagi? Kita lihat saja, berapa persen yang sudah kena cuci-otak, berapa persen yang telah pintar membaca geo-politik dunia, termasuk geo-politik Indonesia.
Soeharto, the smiling General sang ahli strategi dan ahli pemutar-balikkan sejarah, ini adalah fakta dan kenyataan. Maka telanlah walau itu pahit. Soeharto, jenderal yang  ‘mbalelo’ pada atasan, jenderal tatanan dunia baru satu komando, kaki tangan ‘the New World Order’ , yang pernah menerapkan sistim dajjal besutan illuminati di Bumi Pertiwi, selama 32 tahun lamanya.
(judul asli: Siapa Sebenarnya Suharto, sumber: eramuslim.com, dari buku: Siapa Sebenarnya Suharto; Eros Djarot; 2006/ merdeka.com/ olah artikel: ICC).

suharto piye kabare enak dijamanku toh