Kamis, 16 Oktober 2014

TNI AU Membangun Kekuatan Nasional Air Power

image
Keinginan untuk menjadikan TNI menjadi angkatan udara yang kuat dan disegani ternyata sudah sejak lama dikumandangkan oleh para pendiri bangsa ini. Keinginan ini jelas tercermin dalam pidato presiden RI kesatu salaku laksamana tertinggi udara pada hari peringatan 5 tahun AURI (sekarang TNI AU) 9 april 1951. “Beliau mengatakan jika angkatan perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi dan sederajat dengan angkatan perang dumia internasional, maka kita harus mempunyai angkatan udara yang sebaik-baiknya”.
Makna dari penggalang pidato ini menandakan bahwa para pendiri bangsa sudah melihat jauh ke depan ketika terjadi perang di masa depan, maka kekuatan udara menjadi faktor penentu perang walaupun ibu dari semua perang adalah perang darat. Kekuatan udara yang kuat terbukti dengan beberapa perang yang terjadi di abad 21 era modern dan digital ini bagaimana AS mendominasi perang ketika terjadi perang teluk II dan invasi ke Irak, serta perang arab israel (perang yong kipur) yang menunjukkan kekuatan udara menjadi faktor penentu jalannya kemenangan.
Membangun dan memiliki sebuah angkatan udara yang kuat memang hukumnya wajib serta menjadi keharusan bagi bangsa sebesar Indonesia ini. Mari kita bernostalgia kembali mengenang sejarah bahwa kita bangsa Indonesia pernah menjadi kekuatan udara terkuat di belahan bumi selatan.
Pada awal tahun 1950-an kekuatan AU terdiri atas 25 pengebom B-25 mitchell skuadron udara 1. 29 pesawat C-41 dakota dan 30 pemburu P51 mustang di lanud halim perdana kusuma (waku itu lanud cilitan) 22 fluster di skuadron udara 4 lanud Atang Sanjaya bogor (waktu itu lanud semplak) dan PBY-50 catalina di skadron udara 5 lanud abdulrachaman saleh malang (waktu itu lanud bugis). Untuk pesawat latih terdapat 62 pesawat latih L-4J piper cup dan 46 pengebom latih BT-13 valiant serta 74 AT-16 harvard di lanud husein sastranegara (waktu itu lanud andir).
Selanjutnya pada periode 1960-an secara cepat dibangun skadron-skadron baru antara lain, skadron 6 dengan 41 helikopter Mi-4, Skadron 7 dengan 28 bell 204B, bell-47G dan S-61 serta skadron 8 dengan sembilan helikopter raksasa Mi-6 lanud atang senjaya. Kekuatan peswat tempur meliputi. Skadron 11 dengan 49 MiG-17, 30 MIG -15 serta 10 MIG 19 (skadron 12) di pangkalan udara kemayoran jakarta, skadron 14 dengan 30 MIG-21 di lanud iswahyudi. Untuk angkutan udara terdapat skadron 17 dengan 3 C-140 jetssta, 21 il -14 avia, C47, tujuh L 401/402 cessna dan skadron 31 dengan C – 130 B Hercules di lanud halim perdana kusuma, skadron 31 enam An-12B antonov di lanud huesein bandung. Untuk bagian pesawat pembom ditempatkan di skadron 21 dengan il-28 beagle di lanud kemayoran, skadron 41 dengan 14 Tu badger dan skadron 41 dengan 12 Tu 16/KS di lanud iswahyudi.
Dengan kekuatan udara yang ideal pada saaat itu siapa yang berani mengusik sang garuda?

Menjaga Langit Nusantara
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk republik, terletak di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas: Utara – Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan. Selatan – Negara Australia, Samudera Hindia. Barat – Samudera Hindia. Timur – Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik. Dibuthkan kerja keras untuk menjaga langit dirgantara ibu pertiwi dari gangguan Negara asing. Pada tahun 1960-an mungkin tidak begitu sulit AURI untuk melaksanakan tugas pokoknya mengawal langit dirgantara nasional. Pada masa itu, pengebom Tu 16 bisa terbang dari madiun ke Darwin untuk kemudian terus ke Andaman dan mendarat di medan, sebuah aksi show of force yang luar biasa mengagumkan.

Lain dulu lain sekarang
Celakanya dunia tidak pernah berdamai dengan kelemahan, situasi dimana AU kita banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan yang dimanfaatkan oleh sejumlah Negara tetangga untuk merongrong kedaultan kita. Aksi-aksi penerbangan gelap dan pelanggaran wilayah udara tidak mampu kita tangkal secara maksimal. Dahulunya kita adalah Negara dengan kekuatan udara yang diperhitungkan sekarang menjelma menjadi kekuatan udara di bawah rata-rata Negara asean yang mengakibatkan penurunan drastis kekuatan tempur udara kita. Implikasinya Negara tetangga kita tidak lagi memandang Indonesia menjadi Negara yang harus ditakuti dan disegani. Indonesia dianggap seperti garuda tanpa sayap dan macan tanpa taring inilah fakta yang harus kita semua cermati bersama. Beberapa kasus seperti amblat, lepasnya sipadan-ligitan, yang terakhir kasus pembangunan mercusar tanjung datuk dan perongrongan lain oleh Negara tetangga harus kita sikapi dengan serius jika kita tidak mau kecelongan untuk yang ke sekian kalinya.

TNI AU Membangun lagi KEKUATAN UDARA
Menghadapi kenyataan dan kelemahan menurunnya kekuatan tempur TNI AU tidak boleh berputus asa, sebaliknya tanpa malu dan harus berani mengakui kelemahan dan kekurangann yang ada sebagai pemicu untuk membangun kekuatan tempur TNI AU menjadi lebih bertaji dan bertaring. Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI Angkatan Udara terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis. Maka kebijakan yang ditempuh TNI Angkatan Udara yakni “Minimum Essensial Force” yang merupakan jawaban tepat untuk dilaksanakan. Harus diakui bahwa kekuatan militer yang tangguh dari sebuah negara merupakan detterent power untuk mencegah serangan dari musuh atau calon musuh. Oleh karena itu kita kagum dengan upaya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II di bawah Presiden SBY yang memutuskan meningkatkan kemampuan militer (TNI) dalam konsep MEF yang akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5 tahunan.
TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, bahkan ada 102 alutsista baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Alutsista baru tersebut meliputi pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500. TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.
Sukhoi SU-35
Sukhoi SU-35

SU 35 Calon penjaga langit nusantara
TNI Angkatan udara memang harus selalu berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan dan peralatan militer canggih, serta mampu menjawab tantang di lingkungan regional yang akan memanas pada masa depan. Suasana kawasan yang panas akan konflik kepentingan dan penjarahan sumber daya alam ini jelas terlihat di kawasan regional, seperti bagaimana pada Bulan April 2014 yang lalu, tetangga selatan tempat peenerima suaka politik, Australia mengumumkan rencana pembelian 58 F-35 A Joint Strike Fighter buatan Lockheed Martin senilai $11.6 Miliar. Pesanan ini merupakan pesananan tahap kedua Australia dimana sebelumnya di tahun 2009, mereka juga sudah memesan 14 unit F-35 A JSF. Dengan kedua tahap pemesanan ini, maka Australia akan memiliki 72 F-35 A JSF yang diharapkan sudah full operasional pada tahun 2023.
Kondisi serupa tidak jauh berbeda dengan tetangga kita negara tempat menampung koruptor dan kekayaannya Singapura juga sudah menunjukkan minat yang sangat besar untuk mengakusisi varian F-35 JSF. Walapun ketertarikan ini belum dilanjutkan dengan pemesanan, namun berbagai sumber berita menyebutkan bahwa Singapura sejak tahun 2011 sudah melakukan study terhadap F-35B varian yang sama dengan Corps Marinir Amerika. Maka pada beberapa tahun kedepan lagi Indonesia akan dikepung dengan pesawat pesawat generasi kelima. Belum lagi sengketa laut china selatan memanaskan perseteruan di antara tiongkok dan negara-negara asean yang saling tunpang tindih mengklaim waliayah yang kaya akan sumber alam, apabila konflik terbuka terjadi di palagan laut china selatan tentu akan berimplikasi pada wilayah kita khususnya natuna dan kemungkinan kita terseret panasnya palagan LCS terbuka lebar.
SU 35 Tentu para warjagers dan sebagaian military fans boy sangat familiar dan mengidolakan pesawat tempur buatan rusia ini. Pesawat tempur multi peran Sukhoi Su-35 dibangun oleh Komsomolsk-na-Amure Aviation Production Association (KnAAPO) Rusia, merupakan versi modern dari Su-27. Pesawat yang sangat bermanuver ini mampu terbang dengan kecepatan 2,25 Mach (2.756 km/jam). Su-35 saat ini digunakan oleh Angkatan Udara Rusia. Su-35 didukung oleh dua mesin turbofan Saturn 117S dengan all-axis thrust-vector control (TVC) nozzles. Dengan afterburner, masing-masing mesinnya menghasilkan daya dorong 142 kN. Dengan bahan bakar penuh, Su-35 mampu terbang lebih dari 3.600 km Selain itu, pesawat tempur Su-35 ini dilengkapi dengan radar Irbis-E PESA yang disebut salah satu radar pesawat tempur tercanggih dari Rusia karena mampu mencari dan mendeteksi banyak sasaran baik di udara, darat dan permukaan laut dari jarak yang sangat jauh. Beberapa sumber menyebutkan bahwa radar Irbis-E PESA yang terpasang di Su-35 ini mampu mendeteksi pesawat tempur “siluman” F-35 dari jarak yang cukup jauh sehingga memliki efek gentar yang cukup tinggi jika berhadapan dengan pesawat tempur generasi ke 5 seperti F-35 dan F-22 sekalipun.
Untuk masalah persenjataan, jangan ditanya mengadposi mazhab rusia strooong karena tercatat Su-35 ini memiliki kemampuan untuk menggotong senjata seperti R-77, R-27, R-73, KH-29, KH-31, KH-59, Bomp pintar, dan berbagai jenis senjata lainnya. sebagian senjata ini sudah dimiliki oleh Indonesia.
Su-35 Merupakan jawaban dari dinamika geopolitik di kawasan. Dengan memiliki Su-35 maka TNI AU akan memberikan efek gentar yang sangat luar biasa di kawasan dengan kemampuan radar yang canggih, combat radius yang sangat jauh, kemampuan super manufer dan banyaknya senjata yang bisa digotong menjadikan pesawat tempur Su-35 menjadi mimpi buruk bagi para calon musug yang akan mengganggu kedaulatan wilayah Indonesia. Dengan kata lain akuisisi Su-35 merupakan kebangkitan kekuatan udara kita yang sejak lama mati suri dihiasi dengan pespur barat yang rawan akan embargo. Mengakuisisi Su-35 adalah pilihan yang cerdas karena memiliki banyak kelebihan yang akan sangat bermanfaat bagi modernisasi Militer Indonesia. Hal ini akan membuat kekuatan alutsista TNI menjadi meningkat secara significant. Kebangkitan kekuatan udara raksasa jilid dua sudah didepan mata semoga IFX dapat bersanding dengan Su-35 menjadi ujung tombak menjaga kedaulatan pertahanan wilayah udara Indonesia.

Kesimpulan
Sejarah mencatat di era Soekarno kita menjelma menjadi angkatan udara yang paling tangguh di belahan bumi bagian selatan. Dan ketangguhan kekuatan tempur itu lambat laun hanya menjadi seperti mitos atau legenda pasca jatuhnya bung karno dan kini sang garuda perlahan telah mengepak sayapnya untuk melindungi langit nusantara dari segala ancaman yang mengganggu. Sang garuda perlahan tapi pastk mengembalikan panji-panji kekuatan yang dulu pernah tersohor di bumi bagian selatan. Harapan kami putra bangsa semoga di era pemerintahn pak Jokowi-JK kepak sayap sang garuda dapat menjangkau seluruh langit nusantara. Modernisasi angkatan udara menjadi sangat penting dan krusial, akuisi pespur su-35 1-2 skadron bukan hal yang tidak mungkin bagi indonesia dan merupakan jawaban atas tantangan dikawsan yang bisa saja kita dihajar dari 4 mata angin.
Selalu ada secercah harapan yang menanti, akan masa depan yang gemilang dari negara kita tercinta ini. Sikap skeptis dan pesimistis tentunya harus dibuang jauh-jauh. Dengan potensi ekonomi kita yang menunjukan kenaikan positif dari tahun ketahun, serta potensi SDM yang ulet dan dapat diandalkan ditmbah SDA kita yang melimpah. Mestinya hanya masalah waktu sajalah untuk kita kembali mempunyai sebuah AU yang kuat dan disegani oleh negara-negara di kawasan. Sejarah pernah mencatat AURI pernah menjadi pemain kunci di kawasan, angkatan udara dari dulu sampai sekarang memiliki penerbang2 hebat dijamannya. Dan sejarah juga pernah membuktikan sang garuda pernah menjadi penguasa dirgantara di kawasan. Sukhoi Su-35, Siapa yang tidak gentar?.
Catatan : Maaf rekan-rekan warjagers kalau artikelnya kurang bagus dan berbobot ilmiah soalnya baru pertama kali menulis tentang militer, tidak pernah dikenal kata sempurna pada setiap karya. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat, penulis menerima kritik dan saran dari dari rekan-rekan warjagers semuanya. Khususnya para sesepuh semoga dapat menggoreksi tulisan ini.

Selasa, 14 Oktober 2014

APC dan IFV: Tulang Punggung Batalyon Infanteri Mekanis TNI AD

Sesuai tuntutan jaman, taktik dan strategi kemiliteran mengalami dinamika yang menarik untuk dicermati, bila sebelum tahun 2000, TNI AD masih berkutat pada pengembangan light infanteri atau infanteri berjalan, maka kini perlahan namun pasti, TNI AD mulai melengkapi unit tempur infanterinya dengan elemen yang lebih modern, yakni Infanteri Mekanis, atau dalam terminologi saat ini kondang disebut Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif Mekanis).
Dalam konsep Infanteri Mekanis, gelaran pasukan infanteri yang di dukung ranpur lapis baja dapat menuju sasaran tempur dengan mobilitas lebih tinggi, terlindungi selama perjalanan, dan sekaligus bisa memberi daya pukul lewat ranpur pembawa infanteri yang telah dipersenjatai. Hingga tulisan ini dibuat, TNI AD setidaknya sudah punya tiga Yonif Mekanis, yakni Batalyon Infanteri Mekanis 201/Jaya Yudha, Batalyon Infanteri Mekanis 202/Tajimalela serta Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning. Ketiga ada dalam pembinaan Brigade Infanteri-1 PIK/Jayasakti, Kodam Jaya. Ketiga Yonif Mekanis ini mengusung ranpur jenis APC (Armoured Personnel Carrier) Anoa buatan Pindad. Bahkan, kini sedang dalam proses pembentukan Yonif Mekanis yang lebih sangar, yakni Yonif Mekanis 413 Bremoro kostrad yang akan dilengkapi ranpur IFV (Infantry Fighting Vehicle) Marder 1A3 dari Jerman. Lepas dari itu, beberapa Yonif Mekanis di tiap-tiap Kodam juga tengah dipersiapkan.
Guna memenuhi target pembentukan Yonif Mekanis di tiap Kodam tentu perlu upaya keras dari sisi pengadaan. Melihat komposisi yang ada, kekuatan Yonif Mekanis tak melulu berupa panser APC, seperti halnya Anoa yang dibekali SMB (Senapan Mesin Berat) CIS 50 kaliber 12,7 mm atau pelontar granat AGL-40, tapi juga diisi komposisi ranpur beroda rantai. Untuk kategori ini ada IFV Marder 1A3 dan APC M113 A1 yang belum lama di pamerkan saat HUT TNI Ke-69.
Tampak panser Anoa dengan senjata utama SMB CIS 50MG
Tampak panser Anoa dengan senjata utama SMB CIS 50MG
Aksi Anoa dalam mengatasi halang rintang
Aksi Anoa dalam mengatasi halang rintang

Antara APC dan IFV
Baik APC dan IFV sama-sama ‘sesua;i untuk kelengkapan Yonif Mekanis, keduanya pun dapat terdiri dari jenis ranpur beroda ban (panser) atau beroda rantai. IFV punya kemiripan dengan peran APC, yaitu sama-sama bertugas menghantarkan prajurit yang diangkutnya ke wilayah operasi yang telah ditentukan. Tapi IFV punya kemampuan ‘lebih’ dibanding APC. APC utamanya dibekali dengan senjata untuk self defence, ujung-ujungnya senjata yang digotong paling banter adalah SMB (senapan mesin berat) atau pelontar granat AGL-40, di lingkungan TNI biasa digunakan SMB dari jenis M2HB Browning atau CIS 50MG. Jenis ranpur yang masuk kategori APC bisa kendaraan lapis baja roda rantai atau roda ban. Jenis-jenis APC milik TNI saat ini adalah AMX-13 VCI, BTR-50P, Alvis Stormer, LVTP-7, M113 A1, dan panser Anoa buatan Pindad.
Sementara di lini IFV, ranpur tampil lebih sangar, meski mengemban sebagai media transport personel, IFV dipersenjatai dengan kanon kaliber menengah, biasanya kaliber 20 mm keatas, sehingga lumayan efektif untuk ikut menyerang secara langsung target, atau bisa diperankan sebagai wahana bantuan tembakan yang menakutkan lawan. Masuk dalam golongan IFV milik TNI adalah Marder 1A3, BTR-80A, BVP-2, BMP-3F, dan Tarantula 6×6.
BVP-2 Marinir dalam sebuah defile.
BVP-2 Marinir dalam sebuah defile.
BMP-3F Korps Marinir TNI-AL. Jadi IFV dengan daya gempur terkuat milik TNI saat ini.
BMP-3F Korps Marinir TNI-AL. Jadi IFV dengan daya gempur terkuat milik TNI saat ini.

Masalah Bobot Pada IFV
Meski resminya tak punya satuan Infanteri Mekanis, tapi untuk urusan IFV, Korps Marinir lebih senior ketimbang TNI AD. Korps Baret Ungu ini sudah mengenal IFV sejak satu dekade silam, lewat hadirnya BVP-2, BTR-80A dan terakhir BMP-3F. Sementara TNI AD baru merasakan sensasi IFV lewat Marder 1A3. Ada perbedaan yang fundamental terkait IFV Marder yang notabene buatan Negeri Barat dengan IFV milik Korps Marinir yang besutan Rusia/Eropa Timur.
Penambahan bobot akibat up armoured menimbulkan masalah tersendiri dalam pengembangan IFV. Idealnya bobot ranpur IFV memiliki bobot tempur maksimum 20 ton. Tetapi dengan peningkatan bobot menjadi 30 atau 40 ton akan berdampak pada masalah transportasi, terutama bila ingin menggunakan mobilitas udara. Dari segi efisiensi, penambahan bobot dinilai kurang relevan dalam pengerahan di lapangan. Pertimbangannya, ranpur menjadi tidak dapat diterjunkan di segala medan pertempuran, karena tidak semua medan mampu menampung kendaraan dengan bobot melebihi 20 ton.
Kubah laras Rheinmetall 20mm di Marder 1A3
Kubah laras Rheinmetall 20mm di Marder 1A3
Tampilan belakang Marder 1A3, Marder menjadi IFV dengan bobot terberat di Indonesia (35 ton).
Tampilan belakang Marder 1A3, Marder menjadi IFV dengan bobot terberat di Indonesia (35 ton).
DSCN0578_20130730235108764
Selain itu, dalam transportasi udara, dimana tadinya ranpur dapat diangkut dengan jenis pesawat angkut berat C-130 Hercules, maka kini harus dipilih pesawat angkut yang lebih besar, seperti C-5 Galaxy atau C-17 Globemaster. Peningkatan bobot juga berpengaruh pada kemampuan mesin, tenaga mesin harus ditingkatkan untuk mendapatkan rasio yang sebanding. Contohnya, seperti pada pengembangan IFV Bradley dan Marder. Mempertahankan bobot kendaraan menjadi perhatian tersendiri bagi perancang maupun pemakai. Untuk meningkatkan kemampuan proteksi balistik pada ranpur APC dan IFV, banyak yang memutuskan untuk memberikan tambahan pelapis kevlar pada bagian dinding kendaraan.

Konsekuensi dari APC ke IFV
Upgrade dari APC ke IFV dengan adanya penambahan kubah kanon dan penambahan lapisan baja, berimbas menurunnya efisiensi kendaraan, kasus yang menarik bisa dijumpai pada ranpur M113 A1 dan AMX-10 yang dimiliki Korps Marinir TNI AL. Faktanya bisa terlihat pada pembagian kompartemen di dalam kendaraan menjadi kurang efisien. Pada umumnya jenis APC dan IFV menempatkan posisi mesin penggerak pada bagian depan kendaraan sampai sebelah ruang kemudi. Dengan penambahan kubah, maka kompartemen pengemudi akan tersekat oleh keranjang kubah, dan sisa ruang tampung personel/pasukan akan menjadi lebih sempit lagi, akhirnya jumlah personel infanteri yang dibawa akan menjadi berkurang.
Interior ruang personel infanteri di M113 A1
Interior ruang personel infanteri di M113 A1
Ruang kemudi M113 A1
Ruang kemudi M113 A1
Pemasangan kubah meriam kaliber 76 mm pada M113 A1, berdampak pada berkurangnya kapasitas angkut personel.
Pemasangan kubah meriam kaliber 76 mm pada M113 A1, berdampak pada berkurangnya kapasitas angkut personel.

Selain itu, dengan penambahan sistem kubah, saat kendaraan sudah mencapai daerah pertempuran, personel yang disebar akan semakin kecil jumlahnya, karena kendaraan akan terus bermanuver. Dan, karena kelengkapan senjatanya kendaraan akan memberikan dukungan penembakan, maka setidaknya tiga personel (awak) akan tetap berada di dalam ranpur. Pada awalnya, ranpur dapat menyebar 10 hingga 11 personel, namun setelah dibekali kubah kanon, maka jumlah personel yang bisa disebar maksimum hanya delapan, bahkan umumnya kurang dari itu.

Perbedaan Pandangan Antara Barat dan Timur
Dalam pengembangan ranpur IFV, terdapat perbedaan pandangan antara para perancang Rusia dengan para perancang dari pihak Negara Barat/AS. Rusia hingga kini masih berpegang pada konsep BMP/BVP-2 dalam pengembangan IFV dengan mempertahankan bobot sekitar 15 ton dan punya kemampuan amfibi. Sementara IFV ranncangan Barat, seperti Marder 1A3, Warrior, dan Bradley, punya bobot melebihi 30 ton. Selain itu, IFV besutan Barat dinilai cenderung memperbesar ukuran untuk mencapai perbandingan yang ideal dengan sistem senjata yang dibawa, yang pada akhirnya lebih cenderung sebagai kekuatan kavaleri. Hal ini dianggap kurang efisien dalam mendukung gerakan maju pasukan infanteri.
BMP/BVP-2, menjadi kebangkitan generasi modern IFV Rusia/Eropa Timur.
BMP/BVP-2, menjadi kebangkitan generasi modern IFV Rusia/Eropa Timur.

Karakteristik ideal ranpur IFV akhirnya akan sulit dipertahankan pada titik ideal. Rusia masih berupaya mempertahankan konsep karakteristik ideal pada perbandingan bobot dan tenaga mesin, sistem kemudi, dan sistem suspensi, untuk memberikan kenyamanan dalam gerak lintas alam dan dapat memberikan perlindungan bagi personel infanteri yang didukungnya. Sementara itu, pengembangan IFV pihak Barat dianggap lebih menuju kepada peningkatan kemampuan daya tembak (fire power) dibandingkan sebagai sarana transportasi pasukan infanteri.
Kehadiran ranpur IFV akan sangat menunjang kemampuan daya pukul pasukan infanteri apabila pemilihan kendaraan sangat sesuai dengan perkiraan medan tempur yang akan dihadapi. Pengembangan IFV di masa mendatang akan menghadai suatu dilema, dimana para perancang harus membuat suatu keputusan antara kemampuan daya tembak, kemampuan manuver, dan kemampuan daya dukung terhadap pasukan infanteri.
Namun, apabila ukuran kendaraan diperkecil dengan asumsi tetap adanya penambahan lapis baja, namun dengan mempertahankan bobot, maka jumlah personel yang dapat diangkut akan semakin sedikit. Dan dalam satu Yonif Mekanis akan diperlukan penambahan jumlah kendaraan. Hal ini juga akan berakibat diperlukan penambahan personel pendukung untuk mengawaki kendaraan tanpa mengurangi jumlah personel tempur.

Versi Roda Rantai dan Roda Ban
Pemilihan jenis ranpur antara beroda rantai dan beroda ban akan sangat bergantung kepada jenis mayoritas medan tempur yang dimiliki, atau yang diperkirakan akan diterjuni. Pada umumnya, pemakai lebih cenderung kepada spesifikasi kendaraan, antara lain dengan kemampuan amfibi.
BTR-80A-Marinir
M113 menjadi salah satu APC roda rantai yang paling laris di pasaran.
M113 menjadi salah satu APC roda rantai yang paling laris di pasaran.

Sementara pihak lebih condong pada pemilihan roda rantai dengan pertimbangan kemampuan jelajahnya lebih luas dibandingkan dengan jenis roda ban. Selain itu kemampuan angkut beban pada jenis roda rantai dinilai lebih tinggi.
Namun, dari segi pembiayaan, jenis roda ban dinilai lebih rendah, termasuk biaya pembelian maupun biaya operasionalnya. Selain itu, jenis roda ban lebih direkomendasikan untuk konflik berintensitas rendah maupun manuver pada masa damai. Selain formasi gerakan untuk jarak jauh lebih ekonomis dan lebih cepat tanpa merusak permukaan jalan. Namun, kelemahannya terdapat pada saat bergerak bersama dengan tank tempur melintasi medan yang sulit. Pada saat terjadi kontak senjata, untuk melakukan gerakan mundur akan dihadapi kesulitan yang sering berakibat fatal, karena dapat merusak formasi tempur atau bahkan akan menciptakan lubang lemah dari garis pertahanan.
Dari pengalaman Jerman, diperoleh suatu kesimpulan, bahwa ranpur beroda rantai, walaupun lebih berat , masih lebih efisien dalam menunjang operasi tempur dibandingkan ranpur lapis baja beroda ban. Namun, yang masih menjadi pertanyaan adalah dari segi pembiayaan, baik biaya pembelian dan biaya operasional. (Gilang Perdana)

Groundbreaking Industri Propelan PT Dahana

Groundbreaking industri propelan di Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA  (photo: PT Dahana)
Groundbreaking industri propelan di Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA, 10/10/2014 (photo: PT Dahana)

Mimpi lama yang segera terwujud, mungkin itu kalimat yang bisa mewakili berita tentang peletakan batu pertama (groundbreaking) industri propelan di Energetic Material Center (EMC) PT DAHANA (Persero) yang dilaksanakan, Jumat (10/10/2014).
Seperti apa yang dikatakan dalam sambutan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro bahwa propelan adalah industri yang sudah dicanangkan sejak lama. “Propelan ini adalah mimpi lama kita yang kini akan terwujud. Dengan proses yang panjang melalui KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) akhirnya kita bisa melakukan proses awal pembangunan Industri Propelan di tanah PT DAHANA,” terang Purnomo.
Sementara itu, Direktur Utama PT DAHANA (Persero) F. Harry Sampurno menargetkan tiga tahun kedepan industri propelan ini sudah bisa mulai beroperasi. Untuk tahap awal propelan yang akan diproduksi adalah untuk memenuhi Munisi Kaliber Kecil (MMK).
“Propelan ini merupakan komponen utama munisi kebutuhan operasi TNI dan POLRI. Itu artinya industri ini bisa mendorong industri pertahanan untuk mendukung ketahanan dan pertahanan nasional dalam penegakan kedaulatan negara,” terang Harry.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pembangunan industri propelan ini merupakan kerjasama Pemerintah RI dengan Perancis melalui perusahaan Roxel dan Eurenco. Dan PT DAHANA (Persero) adalah perusahaan BUMN yang di tunjuk oleh pemerintah untuk mewujudkan industri propelan di Indonesia. (PT Dahana).

Alutsista Teknologi Anti-Radar TNI

Exercise Pitch Black 2012
Sebuah teknologi anti radar dikembangkan oleh TNI dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Teknologi ini diharapkan mampu memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI.
Wakil Ketua Dewan Juri Lomba Inovasi TNI 2014, Avanti Fontana menjelaskan, teknologi ini diciptakan dengan menggunakan bahan dasar cangkang udang (chitosan) dan tulang ikan (hidroksiapatit). Adapun pengembangan teknologi ini telah dilakukan sejak 2011 lalu.
Menurut Ketua Umum Yayasan Planet Inovasi itu, sistem kerja utama alat itu yakni dengan menyerap pantulan gelombang frekwensi radar musuh yang dilayangkan ke alutsista milik TNI. Dengan diserapnya gelombang tersebut, maka musuh tak dapat mendeteksi kendaraan yang digunakan TNI dalam menjalankan operasinya.
“Inovasi ini jelas membantu meningkatkan peran dan tugas TNI,” kata Avanti disela-sela pemberian penghargaan Inovasi Panglimat TNI 2014 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (12/10/2014).
Pengembangan teknologi ini dilakukan oleh tim dosen dan mahasiswa IPB, yang terdiri dari Bambang Riyanto, Akhiruddin Maddu, dan Esa Ghanim Fadhallah.
Ketiga orang itu akhirnya didapuk menjadi salah satu tim pemenang dalam ajang Inovasi Panglima TNI 2014. Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun, mengapresiasi pengembangan teknologi tersebut. Ia meminta agar penelitian dan pengembangan teknologi itu dapat dipercepat sehingga dapat segera diaplikasikan di alutsista TNI.
Terpisah, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan, TNI akan menggandeng PT Pindad dalam pengaplikasian teknologi ini. Di samping itu, TNI juga berencana agar teknologi ini dapat diproduksi secara masal. Meski demikian, ia mengatakan uji coba atas alat anti radar itu harus diuji coba terlebih dahulu di Badan Litbang TNI.

Penulis: Dani Prabowo
Editor: Fidel Ali Permana

Minggu, 12 Oktober 2014

Tiga Srikandi Kopassus Beraksi Terjun Payung di Kalsel

Kegiatan terjun payung dalam rangka TNI Manunggal Membangun Desa.

Serda Dessy Alvionita (22 tahun), perempuan anggota Kopassus, yang memliki banyak prestasi dalam kejuaraan terjun payung. Dia memiliki rekor 375 penerjunan dan paling tinggi 10 ribu kaki.
Serda Dessy Alvionita (22 tahun), perempuan anggota Kopassus, yang memliki banyak prestasi dalam kejuaraan terjun payung. Dia memiliki rekor 375 penerjunan dan paling tinggi 10 ribu kaki.
Sebanyak 12 anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat melakukan atraksi terjun payung dalam kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-93 di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, kemarin.

Tiga di antara penerjun payung itu adalah srikandi Kopassus alias perempuan. Mereka adalah Kapten CAJ Yose Damayanti, Serda Ni Putu Irma, dan Desi Alvionita dari Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Ketiga srikandi Kopassus itu adalah penerjun terbaik Indonesia yang memiliki jam terbang cukup tinggi. Mereka menyandang segudang prestasi di sejumlah kejuaraan terjun payung di dalam negeri dan luar negeri.

Setelah melompat dari ketinggian 8.000 kaki menggunakan Hely MI-17 generasi terbaru milik Angkatan Darat, para penerjun itu mampu mengendalikan dan mengarahkan parasut mereka ke titik pendaratan dengan akurasi yang tepat.

Cuaca saat penerjunan sangat berpengaruh untuk mencapai ketepatan mendarat. Ini dialami beberapa penerjun. Angin bertiup kencang memaksa mereka pasrah mendarat di pohon dan di atap tenda. Meski begitu, atraksi terjun payung itu memberi hiburan tersendiri bagi warga setempat.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, yang membuka kegiatan itu, mengatakan bahwa program TMMD memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah tertinggal, terpencil dan terisolasi, sehingga diperlukan dibangun sarana dan prasarana infrastrukstur.

Pada kesempatan itu, Kasad menyerahkan handtractor, sekop dan cangkul untuk kegiatan TMMD. Juga menyerahak bibit ikan dan bibit pohon serta pupuk untuk kelompok tani setempat.

Kegiatan TMMD dilaksanakan serentak di 61 wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Menurut Kasad, itu menunjukkan kepedulian, dan kepekaan TNI dengan kepentingan rakyat, yang tidak menampakkan gelagat berkurang.

Vivanews.

Proyek KFX / IFX Semakin Jelas

Cantelan senjata eksternal KFX-C103-iA.
Cantelan senjata eksternal KFX-C103-iA.

Indonesia dan Korea Selatan segera memulai produksi jet tempur generasi 4,5 KF-X / IF-X, yang diperkirakan akan memiliki kemampuan manuver yang lebih baik daripada F-16 Eagle dan Sukhoi Su-27, ujar Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro.
“Kami telah melakukan Tahap Pengembangan Teknologi (TDP) yang terdiri dari transfer teknologi dan proses merancang prototipe. Saat ini, kami memasuki fase rekayasa dan pengembangan manufaktur (EMD),” ujar Menteri Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, 6/10/2014.
Saat upacara penandatanganan Tahap EMD, menteri mencatat bahwa enam prototipe pesawat akan dihasilkan selama proses TDP, dan salah satunya akan diserahkan ke Indonesia, untuk diproduksi di dalam negeri.
Acara penandatanganan disaksikan oleh Duta Besar Korea untuk Indonesia Cho Tae-young. “Kami ingin bekerja sama dengan Korea Selatan karena mereka bersedia untuk melakukan transfer teknologi kepada Indonesia untuk KF-X / IF-X proyek yang diyakini setara dengan F-22 Raptor,” ujar Menteri Pertahanan menekankan.
Dia mengatakan meskipun ada negara maju yang telah mengembangkan jet tempur F-35 Lightning, namun negara itu tidak siap untuk mentransfer teknologi ke Indonesia. Purnomo menekankan bahwa KF-X / IF-X memiliki kemampuan untuk menjaga wilayah udara Indonesia.
“Jet tempur KF-X / IF-X cukup untuk menjaga kedaulatan dan wilayah Indonesia. Yang paling penting adalah bahwa kita secara independen dapat menghasilkan peralatan sistem pertahanan utama,”.
Menteri Purnomo Yusgiantoro memuji kerjasama dengan Korea Selatan yang memfasilitasi transfer teknologi untuk mengembangkan dua kapal selam di Korea Selatan dan dua lainnya di Indonesia.
Selain itu, Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemenham Timbul Siahaan dan Direktur Jenderal Lembaga Program Akusisi Pesawat Pertahanan (DAPA) Brigadir Jenderal Jung Kwan Sun telah menandatangani perjanjian proyek untuk Tahap EMD.
“Perjanjian tersebut meliputi penunjukan industri di Korea sebagai kontraktor utama yang akan bekerja sama dengan Dirgantara Indonesia Corporation Limited. Ini juga mencakup pembentukan Kantor Joint Program Manajemen antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan, yang akan membahas pendanaan, monitoring, dan pemisahan setiap deskripsi pekerjaan, “jelas Purnomo.
Dia menjelaskan perjanjian proyek yang memproduksi 50 jet tempur KF-X / IF-X akan diselesaikan pada bulan November 2015. Menurut Purnomo Yusgiantoro bahwa fase EMD akan memasuki tahap pengembangan produksi di tahun 2023.
“Mungkin, pertamanya, kami akan merancang 20 jet tempur KF-X / IF-X, karena anggaran untuk tahap pengembangan produksi adalah yang terbesar. Total anggaran tahap pengembangan produksi sebesar Rp 85 triliun di mana Indonesia akan memberikan kontribusi 20 persen dan Korea 80 persen,” ujar Menteri.
Kerjasama pendanaan akan dibentuk antara pemerintah kedua negara. Menteri Purnomo Yusgiantoro menegaskan bahwa pemilihan umum di Indonesia,tidak akan mempengaruhi perjanjian jangka panjang yang mana DPR dan pemerintah telah menyepakati proyek ini.
“Saya berharap kerja sama ini akan terus berlanjut. Saya tidak sabar untuk jet tempur Indonesia / Korea untuk terbang di langit. Selamat ulang tahun Tentara Nasional Indonesia,” tambah Menteri Pertahanan. (ANTARA News).

Sabtu, 11 Oktober 2014

Pekan Integrasi Nasional Resimen Mahasiswa se-Indonesia

Pekan Integrasi Nasional Resimen Mahasiswa se-Indonesia
Danrem 072/Pamungkas Brigjen TNI MS. Fadhillah memberikan pencerahan Wawasan Kebangsaan kepada Mahasiswa se-Indonesia dalam rangka Pekan Integrasi Nasional Menwa (Yudha Manunggal Cakti) di aula Pratista Yonif 403/Wirasada Pratista, Jumat (10/10).
Pekan Integrasi Nasional Resimen Mahasiswa diikuti oleh perwakilan Resimen Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia selama 5 hari mulai tanggal 06 s.d. 10 Oktober 2014.
Adapun kegiatan tersebut meliputi : Nitilaku jejak gerilya, latihan menembak, Bhakti Menwa dan pembekalan tentang kewarganegaraan. Dalam pengarahannya Danrem 072/Pamungkas mengatakan, bahwa sebagai Mahasiswa harus mempunyai pondasi yang kuat sebelum terjun ke masyarakat, salah satunya adalah jiwa Pancasila dan semangat cinta tanah air, apapun profesinya nanti saya berharap Merah Putih tetap didadamu ungkap Danrem 072/Pamungkas.
Selama mengikuti kegiatan Pekan Integrasi Nasional ini para mahasiswa dibekali dengan olah keprajuritan di Mako Yonif 403/WP.
Diharapkan para Resimen Mahasiswa ini akan merasakan kehidupan di lingkungan militer sehingga timbul jiwa Patriot dan semangat Merah Putih.

TNI.