Sabtu, 11 Oktober 2014

M113 A1: Transformasi Dari APC Hingga IFV Berdaya Gempur Sedang

hut
Gelaran HUT TNI Ke-69 di Dermaga Koarmatim Surabaya, Jawa Timur (7/10), masih menyisakan decak kagum bagi warga di Tanah Air. Sesuai janji panitia, sebagian besar alutsista dihadirkan dalam wujud defile besar-besaran. Bagi pemerhati alutsista, kehadiran tipe-tipe alat perang yang dipamerkan sudah bisa ditebak sejak lama. Tapi nyatanya ada satu jenis alutsista yang lolos dari pantauan, dan ranpur ini memang baru mendarat sekitar H-7 lewat layanan cargo di bandara Soekarno Hatta. Uniknya, awal terendusnya sosok alutsista ini lebih banyak membuat ‘kaget’ ketimbang rasa bangga.
Ranpur yang dimaksud adalah M113 A1, jenis APC (Armoured Personnel Carrier) beroda rantai. Kabar kedatangan ranpur yang kondang di Perang Vietnam ini di wartakan oleh situs ARC.web.id (2/10). Sesuai prediksi, M113 A1 sengaja di datangkan secara ekspres untuk di ikutkan dalam defile HUT TNI ke-69. Dan faktanya di hari H, empat unit APC ini ikut berbaris rapi dalam formasi defile setelah IFV (Infantry Fighting Vehicle) Marder 1A3 dan membelakangi panser tempur Tarantula 6×6. Dari analisa, M113 A1 yang di datangkan dari Belgia ini dipersiapkan untuk mempercepat pembentukan beberapa Batalyon Infanteri Mekanis. Soal apakah M113 di datangkan lewat cara pembelian, bonus atau hibah terkait proyek lain, masih belum ada konfirmasi hingga tulisan ini dibuat. Mengenai jumlah, disebut-sebut total TNI akan kedatangan 80 unit M113 A1, besar harapan nantinya TNI AD akan menerima M113 dalam berbagai varian. Di area Asia Tenggara, Indonesia jadi pengguna paling junior M113, sebelumnya ranpur ini sudah dioperasikan oleh Vietnam, Singapura, dan Filipina.
Di lingkup TNI AD, sebelumnya Yonif Mekanis sudah diproyeksikan untuk diperkuat panser Anoa buatan Pindad dan IFV Marder 1A3 buatan Jerman. Wajar jika sebagian kalangan heran? Bila benar adanya M113 untuk Yonif Mekanis, berarti ada penurunan spesifikasi. Yang tadinya Yonif Mekanis diperkuat ranpur sekelas IFV, dengan M113 kualfikasinya seolah jadi turun derajat di kelas APC.
M113 A1 tiba di bandara Soekarno Hatta (Foto: ARC)
M113 A1 tiba lewat cargo di bandara Soekarno Hatta (Foto: ARC)
IMG-20141002-WA014
Foto ARC

IFV punya kemiripan dengan peran APC, yaitu sama-sama bertugas menghantarkan prajurit yang diangkutnya ke wilayah operasi yang telah ditentukan. Tapi IFV punya kemampuan ‘lebih’ dibanding APC. APC utamanya dibekali dengan senjata untuk self defence, ujung-ujungnya senjata yang digotong paling banter adalah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm atau pelontar granat AGL-40, di lingkungan TNI biasa digunakan SMB dari jenis M2HB Browning atau CIS 50MG. Jenis ranpur yang masuk kategori APC bisa kendaraan lapis baja roda rantai atau roda ban. Jenis-jenis APC milik TNI saat ini adalah AMX-13 VCI, BTR-50P, Alvis Stormer, dan panser Anoa buatan Pindad.
Sementara di lini IFV, ranpur tampil lebih sangar, meski mengemban sebagai media transport personel, IFV dipersenjatai dengan kanon kaliber menengah, biasanya kaliber 20 mm keatas, sehingga lumayan efektif untuk ikut menyerang secara langsung target, atau bisa diperankan sebagai wahana bantuan tembakan yang menakutkan lawan. Masuk dalam golongan IFV milik TNI adalah Marder 1A3, BTR-80A, BVP-2, BMP-3F, dan Tarantula 6×6.
m113-line
m113-evo

Antara Keunggulan dan Kontroversi
Bagi sebagian orang, mendengar TNI AD mengadopsi M113, ibarat seperti mendatangkan barang antik. Menyebut M113, maka yang terlintas sebuah ranpur jadul, tak salah memang, mengingat rancang bangunnya sudah dimulai sejak 1956 oleh FMC Corporation, dan pertama kali diproduksi pada tahun 1957. Di lingkungan AD AS, M113 menjadi wahana APC andalan, sebelum tempatnya digantikan oleh IFV M2 Bradley. Dengan bobotnya yang ringan, punya mobilitas tinggi, dan mudah di upgrade, menjadikan M113 sangat populer. Hingga tahun 2001, 85.000 unit M113 telah dirpoduksi dalam berbagi varian. M113 tercatat digunakan di 51 negara, beberapa diproduksi secara lisensi oleh Belgia dan Italia.
Debut yang mempopulerkan M113 yakni pada ajang Perang Vietnam, M113 digunakan sebagai wahana penghantar unit infanteri AD AS. Selain helikopter UH-1 Huey, M113 menjadi ikon dalam penampilan aksi militer AS di Negeri Paman Ho tersebut. Meskipun berpredikat kendaraan lapis baja, ternyata M113 tidak lebih dari kendaraan berlapis logam tipis yang tidak kebal peluru. Permukaan bodinya di las baja dengan camnpuran alumunium dengan ketebalan 12 – 38 mm, bahkan 40% komponennya dibuat dari logam ringan. Pengalaman di Vietnam membuktikan, bahwa M113 tidak berkutik setelah terkena tembakan senjata anti tank Viet Cong (RPG). Bahkan ranjau buatan sendiri Viet Cong mampu melumpuhkan M113. Permasalah inilah yang seringkali membuat unit infanteri AS dan Marinir di Vietnam berpaling kepada helikopter sebagai sarana angkutannya.
apc
M113 A1 saat berlaga di Vietnam
6077291230_694f28669c_z
Selama perang Vietnam, M113 populer disebut sebagai “Battle Taxi”
Beraksi dengan meriam tanpa tolak balik di Perang Vietnam.
Beraksi dengan meriam tanpa tolak balik di Perang Vietnam.
M113 yang mengalami total loss dalam pertempuran
M113 yang mengalami total loss dalam pertempuran
Jadi bulan-bulanan dalam Perang di Lebanon.
Jadi bulan-bulanan dalam Perang di Lebanon.
M113 Israel dilapisi proteksi Toga.
M113 Israel dilapisi proteksi Toga.

Dalam beberapa konflik lain, seperti di Timur Tengah dan Afrika, momok bahwa M113 rentan mengalami kerusakan, bahkan hancur akibat gempuran senjata anti tank, ranjau, dan SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm. Solusi untuk membangun lapisan proteksi yang diperkuat pun menjadi prioritas, tanpa harus meningkatkan bobot ranpur secara signifikan, Israel berhasil melapisi armada M113 dengan proteksi Toga. Meski itu pun tak menjamin ranpur aman dari terjangan roket/rudal anti tank.
Meski sempat mengalami kemunduran teknis di Perang Vietnam, M113 APC tidaklah lantas menghilang dari arena teknologi militer Barat. Kemajuan yang dialaminya adalah peralihan dari sekedar APC menjadi IFV, bahkan M113 dapat dipoles dengan penambahan kubah meriam kaliber 76/90 mm (Fire Support Vehicle), menjadikan daya gempur M113 setara tank ringan Scorpion. Turunan varian M113 bisa dibilang sangat banyak, mulai dari tank ambulance, ranpur komando, pembawa rudal, radar carrier, CIWS Vulcan carrier, pengangkut mortir 81 mm, sampai varian kanon coaxial kaliber 20/30 mm.
M113 Lebanon dilengkapi rudal anti tank TOW
M113 Lebanon dilengkapi rudal anti tank TOW
M113 FSV (IFV) milik AD Filipina dengan meriam kaliber 76 mm.
M113 FSV (IFV) milik AD Filipina dengan meriam kaliber 76 mm.
M113 bertransformasi sebagai IFV, tampak dalam foto dibekali kanon Cockerill kaliber 90 mm.
M113 bertransformasi sebagai IFV, tampak dalam foto dibekali kanon Cockerill kaliber 90 mm.

M113 di Indonesia
Sebelum hadir sebagai arsenal di lingkup TNI AD, M113 sudah sempat malang melintang di eks wilayah Tanah Air, tepatnya di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Kala itu pasca referendum di tahun 1999, beberapa varian M113 A1 di datangkan AD Australia sebagai bagian dari kekuatan INTERFET (International Force for East Timor). Australia tergolong sebagai pengguna M113 yang cukup besar, tercatat Negeri Kangguru ini punya 766 unit berbagai varian M113. Kiprah M113 Australia pun sudah berkibar lumayan lama, pada Perang Vietnam, M113 Australia ikut dikerahkan. Dalam misi INTERFET, M113 A1 Australia sudah mengalami banyak modifikasi, diantaranya pada lapisan proteksi yang mampu menahan proyektil 14,5 mm, update sistem kemudi, mesin, dan kubah kanon yang dibekali teknologi penglihatan malam.
Melihat dari tampilan yang dipamerkan saat HUT TNI lalu, maka yang dimiliki Indonesia adalah M113 A1. Varian ini pertama kali meluncur pada 1964, ditenagai mesin diesel General Motors V65T. Varian ini sudah dibekali dengan automatic gearbox. Dukungan senjata pada varian ini adalah SMB M2HB Browning kaliber 12,7 mm untuk serang terbatas pada permukaan dan anti serangan udara. Dalam suatu misi tempur, ranpur dapat membawa hingga 2.000 peluru. M113 generasi awal masih dibekali dengan mesin bensin Chrysler 75M yang menghasilkan tenaga 209HP. Varian awal ini masih mengadopsi manual gearbox.
M113 AD Australia saat di daratkan di Timor Timur lewat pesawat angkut berat C-130 Hercules.
M113 AD Australia saat di daratkan di Dili, Timor Timur lewat pesawat angkut berat C-130 Hercules.
M113 A1 Australia beraksi di Timor Timur.
M113 A1 Australia beraksi di Timor Timur.
M113 Australia dalam misi INTERFET, tetap mengandalkan SMB 12,7 mm dengan model kubah.
M113 Australia dalam misi INTERFET, tetap mengandalkan SMB 12,7 mm dengan model kubah.

Pada varian M113 A1, diawaki oleh dua personel (sopir dan penembak), sementara jumlah pasukan yang bisa dibawa sebanyak 11 orang. Untuk kelur masuk pasukan, menggunakan ramp di bagian belakang yang digerakan secara hidrolis. Bila ramp macet, tersedia emergency exit door yang bisa dibuka tutup secara manual. Tidak itu saja, pasukan dapat keluar masuk lewat hatch (tutup kabin) di bagian atap. Lewat hatch ini, pasukan infanteri dapat memberikan bantuan tembakan.

Kapabilitas Amfibi
M113 dibidani oleh manufaktur FMC Corporation, manufaktur yang juga memproduksi ranpur amfibi LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7. Dan, M113 pun sejatinya punya kapabilitas amfibi, meski harus diakui hanya bisa berenang terbatas pada lingkup sungai dan danau. Untuk maksud tersebut, memang pada bagian hull sudah disertakan penangkal gelombang. Untuk misi berenang ini M113 memerlukan dukungan propeller optional.
M113 melintasi sungai
M113 melintasi sungai
4075890678_77d94d9064
m113a1149wk0
M113 A3 Amfibi milik Italia.
M113 A3 Amfibi milik Italia.

Italia yang ikut memproduksi lisensi M113 terbilang kreatif, varian M113 A3 mampu diciptakan dengan kemampuan untuk berenang di lautan. Varian ini mengalami perombakan yang cukup besar dari sisi desain, propeller sudah disematkan secara permanen, dan rancangan hull pun sudah dibuat lebih adaptif untuk menahan terjangan ombak dan gelombang. Untuk berenang, M113 dapat melaju dengan kecepatan 5,8 Km per jam. (Haryo Adjie)

Spesifikasi M113 A1
Manufaktur : FMC Corporation
Awak : 2
Personel : 11
Berat : 14 ton
Panjang : 5,3 meter
Lebar : 3 meter
Tinggi : 1,85 meter
Mesin : General Motors 6V53T Diesel
Tenaga : 275HP
Kecepatan max di jalan raya : 66 Km per jam
Kecepatan di air : 5,8 Km per jam
Jangakaun : 484 Km
Senjata : M2HB Browning kaliber 12,7 mm

Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

Senapan serbu SS2 buatan PT Pindad adalah generasi kedua dari senapan serbu Pindad SS1. Senapan ini digunakan sebagai senapan standar TNI dan Polri. Sebelumnya, TNI menggunakan M16, Steyr AUG dan AK-47 sebagai senapan organik. Namun setelah PT Pindad mampu

Keunggulan SS2 dibandingkan dengan pendahulunya yaitu memiliki desain yang ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih ringan.

"90 persen TNI menggunakan senjata ringan dari Pindad, itu andalan semua, amunisi juga demikian," kata Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya kepada merdeka.com, Jumat (3/10).

Senapan ini tersedia dalam tiga versi dasar, yakni standard rifle SS2-V1, carbine SS2-V2 dan para-sniper SS2-V4). Namun pada tahun 2008 mulai diperkenalkan subcompact versi SS2-V5.

Senapan SS2 tergolong mumpuni untuk digunakan. Sebelumnya pada saat SS1, para prajurit sering mengeluh senapan macet atau laras yang kelewat panas. Semua itu diperbaiki di SS2.

Senapan ini memiliki berat 3,2 kg dengan panjang 930 mm dengan panjang laras 460 mm. Menggunakan peluru kaliber 5,56 x 45 mm standar NATO, rata-rata tembakan peluru 700 butir/menit.

Kecepatan peluru yang ditembakan sekitar 710 m/detik, dengan jarak efektif tembakan sejauh 450 m. Menggunakan alat bidikan besi, amunisi yang dipakai SS2 merupakan Magazen box isi 30 butir.

Berikut perbandingannya dengan senapan-senapan dari negara lain:
Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

1.
M4 Carbine



M4 Carbine merupakan senapan buatan Amerika yang digunakan hampir di seluruh dunia. Diproduksi tahun 1994, senapan ini sudah digunakan dalam berbagai perang, seperti perang di Afganistan, perang Irak, perang Libanon bahkan sampai perang obat-obatan di Mexico.

Panjang senapan 840 mm dengan panjang laras 756 mm. M4 Carbine juga memiliki berat 2,88 kg. Menggunakan peluru kaliber 5,56 45 mm standar NATO, senapan laras panjang ini dapat menembakkan peluru sebanyak 700-950 butir/menit dengan kecepatan peluru mencapai 880 m/detik.

Jarak efektif yang tembakan dari M4 Carbine ini sejauh 500-600 m. Amunisi yang digunakan juga sama dengan SS2 milik Indonesia, yakni Magazen box STANAG isi 30 butir.

Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

2.
Famas


Senapan buatan Prancis ini merupakan jenis senapan serbu yang diproduksi mulai tahun 1981. Kini Famas digunakan oleh berbagai negara seperti Perancis, Argentina, dan secara terbatas di Filipina.

Famas juga teruji dalam medan tempur. Dia sudah digunakan saat perang Afganistan, perang Libanon pada tahun 1982 dan beberapa perang lainnya.

Famas memiliki panjang 965 mm dengan panjang laras yang beragam. Untuk tipe F1/G2 panjangnya 488 mm, G2 Commando 405 mm, G2 SMG 320 mm, dan G2 Sniper 620 mm.

Peluru kaliber yang digunakan sama dengan SS2 dan M4 Carbine, namun jumlah peluru yang ditembakkan berbeda, yakni 900-1000 butir/menit untuk jenis F1, dan 1000-1100 butir/menit untuk jenis G2.

Jarak efektif tembakan pun berbeda, 300 m untuk jenis F1 dan 450 m untuk jenis G2 dengan jarak maksimum tembakan 3200 m. Untuk jenis Famas G2 menggunakan amunisi Magazen box STANAG isi 30 butir, sedangkan jenis F1 menggunakan Magazen box isi 25 butir.

Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

3.
SAR 21



Singapore Assault Rifle 21 (SAR 21) merupakan senapan laras panjang yang diproduksi Singapura. Senapan yang dibuat pada tahun 1996 oleh Tuck Wah Chee dan Felix Tsai ini, mulai digunakan pada tahun 1999 oleh beberapa negara.

SAR 21 juga memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah SAR 21, SAR 21 GL/M203, SAR 21 P-Rail, SAR 21 MMS, dan SAR 21 Light Weight Carbine. Masing-masing jenis pun mempunyai berat yang berbeda, yaitu berkisar antara 3 kg- 5,3 kg. Begitupun dengan panjangnya antara 640 mm sampai 805 mm.

Menggunakan peluru kaliber yang sama dengan SS2, rata-rata peluru yang ditembakkan SAR 21 mencapai 450-650 butir/menit dengan jarak efektif tembakan mencapai 460 m untuk jenis M193 dan 800 m untuk jenis SS109. Amunisi yang dipakai SAR 21 juga sama dengan yang dipakai SS2.

Perbandingan SS2 TNI buatan Bandung dengan senjata AS & Rusia

4.
AK-104

Diproduksi di Rusia pada tahun 1994, senapan laras panjang ini dibuat oleh Mikhail Kalashnikov. Namun, AK-104 baru mulai digunakan pada tahun 2001 dan hanya digunakan oleh Rusia dan Venezia.

Dengan berat 3,2 kg dan panjang 824 mm, senapan ini menggunakan peluru kaliber 7,62 x 39 mm. Peluru yang ditembakkan rata-rata berjumlah 600 butir/menit dan kecepatannya 670 m/detik. Jarak efektif tembakan sejauh 500 m dan menggunakan amunisi magazen isi 30 butir.

Senapan ini memiliki bentuk yang sama dengan AK-74 M, AK-101, dan AK-103. Seperti varian Avtomat Kalashnikov lainnya, senapan ini pun dikenal bandel.

Pindad – FNSS, Produksi Tank Sekelas Marder

image
PT Pindad menggandeng FNSS Turki untuk mengebangkan medium tank sekelas Marder hingga Kobra. Program ini merupakan salah rencana strategis pemerintah di dalam memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri. Tahap awal, Pindad dan FNSS akan melakukan penandatanganan project agreement.
“Minggu depan ada perjanjian dengan FNSS. Ini project agreement,” kata Direktur Produk Manufaktur Pindad Tri Hardjono di Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).
Kerjasama ini nantinya akan melahirkan purwarupa atau prototype medium tank. Nantinya kedua negara akan membuat purwarupa yakni 1 unit di Indonesia dan 1 unit di Turki. Setelah lahir purwarupa, proses selanjutnya adalah melakukan tahap pengujian dan sertifikasi.
Proses untuk menghasilkan purwarupa, pengujian hingga sertifikasi memakan waktu selama 3 tahun. Artinya produksi massal medium tank lokal baru dilakukan pada tahun 2017.
“Uangnya dari Kemenhan RI dan Turki,” jelasnya.
Medium tank sendiri nantinya memiliki bobot antara 25 ton hingga 40 ton. Medium tank ini dilengkapi persenjataan model canon.
“Medium tank tipe canon merupakan varian paling sulit. Secara SDM kaitan dengan ini maka kita kerjasama dengan pihak asing. Kita develop SDM dan kompetensi kita,” sebutnya.
Selain menggandeng Turki, sebetulnya Pindad telah melahirkan prototype medium tank asli karya para insinyur dalam negeri. Ke depan hasil prototype tersebut akan disinergikan dengan program pengembangan medium tank bersama FNSS Turki. “Nanti kita gabungkan,” ujarnya. (detik.com).

Kamis, 09 Oktober 2014

Perairan regional akan dijangkau TNI AL

Perairan regional akan dijangkau TNI AL
Dokumentasi kapal perang TNI AL kelas van Speijk dan Multi Role Light Frigate kelas Bung Tomo bermanuver taktis di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah, Minggu (28/9). Latihan tersebut bagian dari penyambutan KRI John Lie-358 (JOL) dan KRI Usman Harun-359 (USH) buatan BAE System Maritime Naval Ship Inggris. Ketiga fregat ringan multi fungsi itu selanjutnya akan bergabung dengan KRI Bung Tomo-357 (TOM) di Satuan Kapal Eskorta Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

"harus mampu meningkatkan manajemen kinerja yang efektif dan efisien... "
 
Sejalan dengan visi TNI AL, perairan regional di barat akan juga dijangkau TNI AL, di antaranya oleh jajaran Gugus Tempur Laut Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL. Perairan yang dimaksud itu juga termasuk sebagian Samudera Hindia timur.

"Oleh sebab itu, gugus tempur ini harus mampu meningkatkan manajemen kinerja yang efektif dan efisien," kata Panglima Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL, Laksamana Muda TNI Widodo, dalam sambutan pada serah terima jabatan komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL.

Pejabat lama adalah Laksamana Pertama TNI Didik Setiyono kepada Kolonel Pelaut TSNB Hutabarat, di Markas Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL, Jakarta, Kamis.

Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL membawahkan beberapa satuan, yaitu Gugus Tempur, Gugus Keamanan, Satuan Pasukan Katak, dan pangkalan-pangkalan.

TNI AL telah menetapkan visinya menjadi angkatan laut berkelas dunia, yang tidak hanya modern dari sisi arsenal dan perlengkapan perang, namun juga dari sisi personel, organisasi, dan kemampuan operasi.

"Ke depan, Gugus Tempur Laut Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL beroperasi di kawasan regional," katanya.

Antara.

CANTOKA: Tumpas Perompak, Inilah Wahana Ship Boarding Kopaska TNI AL

IMG_20141008_090817
Bila suatu waktu terjadi aksi pembajakan kapal di lautan, maka satuan elit TNI yang mendapat order penugasan pertama adalah Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL. Satuan inilah yang memang punya spesialisasi utama penanggulangan teror aspek laut. Bila disejajarkan fungsinya di unit elit tempur AS, Kopaska bisa disejajarkan dengan US Navy SEALS. Karena punya tugas dan kemampuan khusus, tak heran bila Kopaska dibekali kelengkapan senjata dan wahana yang unik.
Di artikel terdahulu, kami pernah membahas beberapa alutsista Kopaska, seperti SEAL Carrier, Sea Shadow, X38 Combat Boat, dan senapan serbu bawah air APS. Dan khusus untuk tugas Kopaska dalam menuntaskan aksi pembajakan tak bisa dilepaskan dari kemampuan ship boarding, alias menerjunkan pasukan di kapal sasaran. Ship boarding bisa dilakukan lewat udara dengan parasut, dan bisa langsung dilakukan lewat wahana perahu boat dengan kualifikasi RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat).
Umumnya, untuk ship boarding ke kapal sasaran yang sedang melaju digunakan model tangga wire rope ladder yang diadopsi dari pasukan elit Inggris SAS (Special Air Service). Model ship boarding dengan tanggal bertali baja ini dipandang punya banyak kelemahan. Contohnya hampir rata-rata dari seluruh prajurit yang menggunakan model ini sudah kehilangan sekitar 30% dari tenaganya saat mencapai dek kapal. Belum lagi risiko terhempas dan jatuh ke laut akibat gelombang. Bila menggunakan tangga model lama yang berbentuk tali, tangga ini harus dikaitkan oleh salah satu personel Kopaska ke bagian kapal dan membutuhkan waktu sekitar tujuh menit, dihitung sejak RHIB merapat ke badan kapal sampai penguasaan anjungan kapal sebagai pusat komando kapal. Dengan tangga kawat baja, secara teknis alat ini mampu menahan beban sekitar 500 kg, walau buat mengaitkannya ke tubuh kapal butuh galah pengait.
family-ladders
Teknik wire rope ladder
 wire rope ladder
wire rope ladder
Teknik  wire rope ladder yang dilakukan kopaska TNI AL
Teknik wire rope ladder yang dilakukan kopaska TNI AL

CANTOKA
Berangkat dari hasil evaluasi dan masukan dari seluruh prajurit Kopaska selama menjalankan tugas di lapangan, maka dibuat terobosan yang lebih efektif untuk ship boarding ke kapal sasaran. Terobosan ini adalah modifikasi yang dilakukan terhadap RHIB yang dimiliki Satkopaska Armabar dengan penambahan tangga hidrolik, solusi ini dinamai CANTOKA (Carrier and Tactical Onboard Kopaska). Dengan penambahan sistem baru ini selain bisa mengangkut peralatan dan personel, RHIB ini juga difungsikan sebagai salah satu sarana taktik ship boarding.
Fungsi tangga hidrolik ini sangat signifikan terutama saat dipakai dalam tugas ship boarding. Bila dengan model ship boarding sebelumnya dibutuhkan waktu tujuh menit, maka aksi personel Kopaska hanya membutuhkan sekitar dua menit untuk menguasai anjungan kapal sasaran. Dengan inovasi ini seluruh prajurit pada saat masuk ke kapal sasaran masih tetap dalam kondisi prima, konsentrasi, dan moril pun masih tinggi. Inovasi ini dibuat dengan tetap mempertimbangkan keamanan terhadap personel dan tidak melenceng dari SOP dan taktik pelaksanaan ship boarding. Selanjutnya dalam hitungan detik, seluruh tim Kopaska sudah berada di dalam kapal sasaran dan mulai melaksanakan pencarian sasaran dengan metode CQB (Close Quarter Combat).
Ship boarding Kopaska dengan CANTOKA
Ship boarding Kopaska dengan CANTOKA
Aksi CANTOKA dilakukan dari arah buritan kapal sasaran.
Aksi CANTOKA dilakukan dari arah buritan kapal sasaran.
IMG_20141008_090334
Pembuatan tangga ini mulai dikembangkan di Satkopaska Armabar pada pertengahan 2011, meski idenya sudah bergulir sejak tahun 2010. CANTOKA menggunakan tangga dengan tekni pneumatics yang bisa mengatur tinggi rendahnya tangga sesuai dengan tinggi rendahnya dek kapal. Resminya pada Desember 2011, CANTOKA-01 mulai dicoba pada ajang hari Nusantara di Dumai. Tangga hidrolis digerakkan dengan daya dorong menggunakan gas oksigen. Tabung oksigen ini disimpan di geladak RHIB. Dua sistem hidrolik ini dipasang di RHIB ini. Satu hidrolik digunakan untuk menaikturunkan tangga, dan satunya lagi digunakan untuk sistem maju mundur tangga. Proyek penambahan tangga ini dipimpin langsung oleh Komandan Satkopaska. Solusi ini disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.

RHIB (Sea Rider)
Dalam operasinya, Sea Rider dapat dilepaskan dari kapal patroli, korvet, LPD (Landing Platform Dock), LST (Landing Ship Tank), dan frigat. Saat upaya ship boarding dilakukan, Sea Rider datang dari arah buritan kapal sasaran, baik dari lambung kanan atau lambung kiri, ini untuk menghindari pengamatan dari pembajak. Dalam taktik ship boarding, setidaknya akan ada dua Sea Rider yang dikerahkan. Sea Rider pertama berperan sebagai unsur yang merapat ke kapal sasaran. Sedangkan Sea Rider kedua berperan sebagai pengaman dari jalannya operasi ship boarding.
Unit Kopaska Siap Melakukan Ship Boarding.
Unit Kopaska Siap Melakukan Ship Boarding.
20110527_Drill_Exercise_ISPS_Code_2011
Kopaska dengan Sea Rider.
Aksi Kopaska tak bisa dilepaskan dari Sea Rider.
pasukan-kopaska-tni-al-melakukan-pengamanan-anti-teror-dari-aspek-laut-jelang-ktt-asean_dsc0627
Sea Rider umumnya dibekali senapan mesin GPMG FN MAG kaliber 7,62 mm.

RHIB adalah perahu cepat yang memiliki dua bagian utama, yaitu bagian tetap atau rigid dan bagian yang dapat dikembangkempiskan dan bersifat inflatable. Bagian yang bersifat rigid ada pada lunas perahu, sehingga memungkinkan perahu punya kemampuan aerodinamis yang cukup baik. Selain itu juga memperkecil gesekan antara air laut dengan badan perahu. Efeknya, perahu memiliki kemampuan olah gerak tinggi.
Sedangkan bagian yang bersifat inflatable berada pada bagian lambung atas yang mengelilingi badan perahu sampai buritan. Bagian ini berupa badan karet berisi udara yang terdiri dari sekat-sekat terpisah. Sehingga, apabila terjadi kebocoran pada satu bagian tidak mempengaruhi bagian lainnya. Kelebihan lain dari bagian ini adalah bobotnya yang relatif ringan. Efek yang ingin dicapai dari perpaduan semua ini adalah perahu dapat melaju dengan kecepatan lebih tinggi.
Rata-rata RHIB disokong dua mesin, dengan besar silinder antara 250cc sampai 300 cc yang mampu menghasilkan kecepatan 40 knot. Kedua mesin menempel pada bagian yang rigid dilengkapi dengan sistem hidrolis yang mampu mengatur seberapa dalam baling-baling tenggelam di air serta menaikkan mesin saat tidak digunakan agar tidak selalu terendam air laut. Selain itu RHIB tidak menggunakan daun kemudi selayaknya kendaraan air, namun menggunakan sistem hidrolis yang mampu membelokkan baling-baling berikut mesinnya. Inilah yang membuat olah gerak RHIB begitu lincah. (Bayu Pamungkas)

Rabu, 08 Oktober 2014

23.600 Prajurit Mendengarkan Pengarahan Panglima Tertinggi TNI


Selamat datang pahlawan muda!” suara lantang nyanyian 23.600 prajurit dan pegawai negeri TNI menyambut kehadiran Presiden SBY saat turun dari KRI Bung Tomo, usai melakukan peninjauan, Senin (6/10) sore di dermaga Madura, Mako Armatim Surabaya.
Dermaga Madura tampak berwarna-warni dengan ribuan prajurit mengenakan baret sesuai dengan warna satuannya. Terik matahari yang membara tampak tidak menggoyahkan semangat dan antusiasme ribuan prajurit, yang duduk mengelilingi Presiden SBY untuk mendapatkan pengarahan langsung dari Panglima Tertinggi Republik Indonesia, tersebut. “TNI haruslah, disamping ditakuti lawan, disegani kawan,juga dicintai rakyat. Dan kalian semua harus lebih mencintai rakyat Indonesia,” ungkap Presiden SBY mengawali arahannya.
Selama 10 tahun terakhir, utamanya lima tahun terakhir, di bawah kepemimpinan Presiden SBY, Indonesia telah lakukan modernisasi dan penambahan alutsista darat, laut dan udara. Modernisasi dan penambahan alutsista itu bernilai lebih dari 100 triliun. Presiden SBY sampaikan bahwa modernisasi dan penambahan alutsista akan terus dilanjutkan hingga Indonesia menjadi Macan Asia.
Terhadap Operasi Tanggap Darurat, Panglima tertinggi RI berpesan bahwa TNI harus siaga 24 jam dalam menghadapi tugas tanggap darurat bencana. “Menghadapi terorisme juga tugas TNI,” tambah Presiden SBY. TNI pun harus memberikan bantuan apabila ada ancaman dalam negeri. Namun, disamping tugas dalam negeri, Presiden SBY berharap agar para taruna memperluas wawasan melalui berbagai pengalaman internasional. “Itu sebabnya tingkatkan kontribusi pada tugas internasional,” tambah Presiden SBY.

“Saya, sebagai mantan prajurit yang mendapat amanat rakyat untuk memimpin negara, Insya Allah selama 10 tahun bangga kepada TNI. Terima kasih dan penghargaan tinggi saya berikan atas apa yang dilakukan untuk Indonesia,” apresiasi Presiden SBY sebelum mengakhiri pengarahannya. Jayalah TNI! Jayalah NKRI!

Sumber : Facebook Bapak Presiden RI  Susilo Bambang Yudhoyono
=================================================================================================
GALERI PHOTO IBU NEGARA IBU ANI YUDHOYONO
http://photos-c.ak.instagram.com/hphotos-ak-xaf1/10725196_699035613524378_453366325_n.jpg
Berwarna-warni baretnya seperti bunga.
http://photos-c.ak.instagram.com/hphotos-ak-xaf1/10375788_287156014820378_708984867_n.jpg
Presiden SBY, selaku Panglima Tertinggi TNI memberikan pengarahan kepada lebih dari 20.000 Prajurit. Dermaga Madura, Mako Armatim, Surabaya, 6 Oktober 2014.
http://photos-h.ak.instagram.com/hphotos-ak-xap1/10499242_705703592841599_870341621_n.jpg
Kadet AAL melakukan Peran Parade Roll di atas KRI Dewaruci.
http://photos-d.ak.instagram.com/hphotos-ak-xaf1/10693285_712293385517547_819028446_n.jpg
“Jalesveva Jayamahe”, Di Laut Kita Jaya.
http://photos-h.ak.instagram.com/hphotos-ak-xaf1/10727229_839598306058727_1514772570_n.jpg
Mengarungi Selat Madura bersama KRI Dewaruci, kebanggaan bangsa.
Sumber : Instagram Ibu Negara Ibu Ani Yudhoyono

Helikopter Apache dan Sukhoi Su-35 Segera Perkuat TNI

Helikopter AH-64 Apache Longbow.
Helikopter AH-64 Apache

Modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI terus dilakukan. Untuk TNI AD, dalam beberapa tahun ke depan akan diperkuat helikopter AH-64D Apache Longbow. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, pengadaan helikopter serang buatan Amerika Serikat tersebut segera memperkuat jajaran TNI AD.
“Apache, sudah berjalan. Uang muka sudah ada, uang cicilan sudah ada. Sudah kontrak, semoga terpenuhi pada 2019, sebanyak delapan unit,” ujar Moeldoko di Markas Koarmatim pada akhir pekan lalu.
Menurut dia, pengadaan helikopter AH-64D Apache Longbow sudah masuk ke dalam rencana strategis (Renstra) II pada 2015-2019. Dia berharap, pemerintahan baru nanti ikut mendukung penguatan alutsista TNI. Dengan begitu, lima tahun lagi delapan unit helikopter serang terbaik di kelasnya itu bisa semakin meningkatkan daya gentar TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI.
“Apabila pemerintahan baru tidak mengubah kebijakan. Kalau dilanjutkan terus, ini bisa dipenuhi,” kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu.
Moeldoko juga menyinggung bakal terjadi pergantian pesawat F-5 Tiger milik TNI AU. Menurut dia, jet tempur buatan negeri Paman Sam itu sudah tidak layak pakai lantaran teknologinya sudah ketinggalan zaman. Karena itu, sedang dikaji oleh Mabes TNI AU beberapa pesawat sejenis yang akan dibeli dalam waktu segera untuk menjaga wilayah udara Indonesia.
Moeldoko menyatakan, terdapat tiga opsi sebagai pengganti F-5 Tiger, yaitu pesawat buatan Rusia, Swedia, dan AS. “Untuk udara, ada pengajuan penggantian F-5. Sukhoi Su-35 menjadi pilihan pertama, Saab JAS 39 Gripen pilihan kedua, dan pesawat F-16 pilihan ketiga,” kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu.
Sedangkan untuk TNI AL, Moeldoko menyebut, saat ini sedang dilakukan pembuatan tiga kapal selam Changbogo buatan Daewoo Shipbuilding, Korea Selatan. Karena dilakukan transfer of technology, maka satu kalap selam dibuat di PT PAL. Dia mengharapkan, rencana itu berjalan sesuai target dan 2017, tiga kapal selam baru bisa memperkuat jajaran TNI AL.
“Saya yakin kemampuan TNI di kawasan semakin diperhitungkan, walapaun baru 30 persen dalam konteks MEF (minimum essential forces), perubahan ini sangat signifikan. Kalau kapal selam datang, pasti memiliki daya gentar,” ujar Moeldoko. (www.republika.co.id