Selain senapan serbu AK-47, granat berpeluncur roket RPG -7 layak dinobatkan sebagai senjata perorangan besutan Uni Soviet yang legendaris melintasi batas jaman dan telah digunakan banyak negara. Sejak dioperasikan AD Soviet pada tahun 1961, kini 73 negara telah mengoperasikan RPG-7, dan seperti halnya AK-47, RPG-7 juga banyak diproduksi oleh negara lain. Meski agak belakangan, Indonesia akhirnya ikut bergabung sebagai pengguna resmi RPG-7.
Di sekitaran tahun 2003 – 2004, Korps Marinir TNI AL menjadi operator RPG-7. Senjata ini masuk dalam kategori senjata bantuna infanteri (senbanif). Masuk dalam kategori senbanif adalah senapan mesin sedang FN MAG GPMG (
General Purpose Machine Gun)/Pindad SM-1 kaliber 7,62 mm dan
mortir 81 mm. Meski menyandang identitas RPG (
Rocket Propelled Grenade)-7, tapi sejatinya nama asli senjata yang digunakan Marinir TNI AL adalah ATGL-L (
Anti Tank Grenade Launcher-Light). Bila RPG-7 aslinya diproduksi di Rusia, maka ATGL-L adalah buatan pabrik amunisi Arsenal dari Bulgaria. Di lingkungan Korps Marinir TNI AL, ATGL-L disebut sebagai RPG-7, tentu dengan alasan efek psikologis lebih kuat.
Dalam gelar operasinya, Korps Marinir menempatkan RPG-7 ke dalam kompi infanteri senjata bantuan bersama denganFN MAG 7,62 mm dan mortir 81 mm, yang pada akhirnya unit infanteri Marinir punya daya gempur besar bagi peleton senapannya. Dari segi doktrin, aslinya di Rusia RPG-7 digunakan pada level regu, tapi Korps Marinir punya ketentuan tersendiri. Dengan alasan keterbatasan dana, jelas tidak mungkin menyiapkan ATGL-L untuk tiap regu infanteri. Oleh karena itu, Korps Marinir menggolongkan ATGL-L kedalam senbanif.
Beraksi di Aceh
RPG-7 tak hanya menjadi senjata pemukul bagi pasukan resmi bentukan pemerintah. Dengan fleksibilitas pengoperasiannya, mudah dalam perawatan dan suku cadang relatif mudah diperoleh, RPG-7 seolah menjelma sebagai bagian dari senjata standar yang dioperasikan oleh pasukan gerilya, pejuang kemerdekaan, milisi, hingga teroris, kesemuanya bersepakat menjadikan RPG-7 dan AK-47 sebagai lambang supremasi.
Bila di Indonesia, Marinir adalah operator resmi RPG-7, maka juga ada operator yang tak resmi, bahkan pihak yang satu ini lebih duluan mengoperasikan RPG-7 dalam melancarkan perang gerilya. Dalam melancarkan perang gerilya, GAM (Gerakan Aceh Merdeka) konon sudah lebih duluan menggunakan RPG-7. Konon, berdasarkan laporan dari medan konflik di Aceh, pada 31 Mei 2005, di masa-masa akhir operasi terbuka, pasukan Marinir yang tengah melaksanakan operasi di wilayah Trieng Gadeng dan Sigli berhasil memergoki kumpulan tentara GAM yang tengah melakukan rapat. Kontak tembak tak terhindarkan, sebagaian pasukan GAM menghindar dan bersembunyi ke dalam sebuah kapal panangkap ikan dari kayu. Tak mau kehilangan buruannya,salah satu prajurit menggunakan ATGL-L1 yang dibawanya dan meroket kapal kayu tersebut sampai hancur berkeping-keping.
Pasukan GAM menenteng AK-47 dan RPG-7
Pasukan Marinir TNI AL tampak membawa RPG-7 dalam operasi militer di Aceh.
RPG-7
RPG-7 pertama kali digunakan AD Soviet pada tahun 1961 dan dikembangkan untuk sementara bagi kegunaan di unit-unit tempur. Pelontar roket ini diproduksi untuk menggantikan RPG-2 dan varian RPG-4. Model terbaru diproduksi Rusia adalah RPG-7V2 yang mampu menembakan munisi standar, HEAT (high explosive anti tank), high explosive/fragmentation, dan hulu ledak thermobaric. Jika ingin meningkatkan presisi, RPG-7 bisa ditambahkan optik UP-7 yang ditandem dengan optik standar PGO-7 dengan pembesaran 2,7x.
Manufaktur Arsenal dari Bulgaria menjadi negara yang terakhir masuk ke gelanggang bisnis pembuatan tiruan RPG-7. Walau proyek pembuatannya baru dimulai tahun 1996 di kota Kazanlak, namun Arsenal berusaha mengejar ketertinggalannya dengan menambahkan sejumlah fitur penyempurnaan pada ATGL-L, serta menawarkan solusi yang lengkap dalam hal hulu ledak dan optik bidiknya. Tidak hanya menggunakan hulu ledak RHET-7MA buatan Arsenal, ATGL-L series bisa dipasangkan dengan hulu ledak PG-7V/VR buatan Bazalt, atau dapat pula mengadopsi hulu ledak buatan negara lain yang kompatibel.
Tabung peluncur RPG-7 adalah sebuah anakronisme. Desainnya dibuat sedemikian rupa untuk dapat mengefektifkan pelontaran proyektil granat, namun dibuat dengan sangat simpel sehingga hanya diperlukan mesin-mesin sederhana, seperti mesin bubut untuk dapat membuat satu tabung peluncur RPG-7, tidak diperlukan keterlibatan mesin-mesin canggih. Yang dibutuhkan adalah baja berkualitas baik untuk dapat menahan panas dan tekanan propelan pelontar roket. Sumber bahan baja inipun tidak memerlukan baja keras, penggunaan baja sekelas buatan PT Krakatau Steel sebenarnya sudah sangat layak.
RPG-7 (ATGL-L) Marinir TNI AL dilengkapi dengan pembidik optik.
Pembidik optik (optical sight) RPG-7 yang dapat dilepas pasang.
Struktur RPG-7
Tabung menjadi komponen utama pada struktur RPG-7. Pada dasarnya, tabung peluncur RPG-7 merupakan rumah besar bagi beberapa komponen, karena tabunglah yang menjadi pondasi struktur senjata ini. Beberapa komponen yang terkait tabung peluncur adalah proyektil granat yang dimasukkan dalam tabung, sight housing yang menjadi rumah dari pembidik konvesional (iron sight), perangkat pelatuk (trigger) yang terdapat di grip utama, grip bantu, dan dudukan untuk teleskop/optik bidik berupa rel di sisi kiri tabung. Tampilan utama tabung peluncur terlihat dengan adanya cool tube, berupa kayu pembungkus tabung peluncur yang melindungi pengguna dari panas akibat peluncuran granat.
RPG-7 terbilang senjata yang bandel dalam beragam situasi dan kondisi, ini tergambar dari mekanisme pelatuk (trigger) yang sepenuhnya bergantung pada komponen mekanik, tidak ada sensor, chip maupun sirkuit elektrik. Ini berarti tidak ada risiko korslet pada peluncur. Tabung RPG-7 dapat dibawa menyelam, dikubur dalam tanah, dan masih tetap dapat digunakan selama komponennya dibersihkan.
Material untuk tabung menggunakan baja, namun finishing coat-nya menggunakan baked enamel, menghasilkan warna matte black yang tidak mengilat saat diterpa cahaya matahari. Ini cukup membantu kamuflase penembak saat bergerak ke sasaran. Penggunaan finishing ekstra ini juga membantu ketahanan tabung peluncur terhadap karat, satu faktor dominan yang selalu dipertimbangkan mengingat medan operasi Korps Marinir akrab dengan air laut. Daya tahan tabung adalah 250 kali penembakan, dengan opsi refurbish untuk memperpanjang usianya sebanyak 250 kali lagi begitu penggunaan pertama telah mencapai masa puncaknya.
Bicara tentang perangkat bidik, ada dua yang disiapkan, pertama pembidik konvesional (iron sight). Pembidik sasaran ini terletak di ujung laras, terbuat dari besi dan sesuai untuk pengoperasian jarak dekat. Tersedia setelan untuk jarak sampai 1.000 meter, akan tetapi angka tersebut terlalu optimis tanpa menggunakan pembidik optik. Umumnya dengan pembidik iron sight, dilakukan setelan jarak hingga 300 meter. Sementara pembidik yang kedua menggunakan optic sight PGO-7, perangkat bidik ini dapat dilepas pasang, keunggulannya mendukung penglihatan dengan teknologi infra red.
Penggunaan RPG-7
Pada dasarnya,prajurit yang diserahi tugas menangani RPG-7 tidak jauh beda dengan prajurit infanteri lainnya dalam satu regu. Namun menngingat ia membawa tabung peluncur RPG-7 yang berdimensi cukup besar, maka secara otomatis prajurit tersebut tidak bisa membawa senapan serbu. Paling banter, ia dimodali pistol untuk membela diri. Karena tugasnya yang rawan, maka prajurit operator RPG-7 harus di dampingi atau di lindungi seorang prajurit lainnya, yang merangkap sebagai assistant gunner. Asisten penembak ini harus mendampingi penembak RPG-7 dalam keadaan apa pun, menjadi satu tim yang tak terpisahkan, dan harus punya kompetensi yang sama dalam kemampuan menembakkan RPG-7.
Beberapa varian ATGL-L
Varian dan spek ATGL-L
Tugas assistant gunner RPG-7 tidaklah mudah. Selain bertugas melindungi penembak, asisten penembak juga kebagian harus membawa munisi cadangan. Amunisi cadangan ini pun masih dipisahkan kembali menjadi proyektil dan propelan pendorong. Propelan pendorong, karena bahannnya terbuat dari serat kertas karton, amat sensitif terhadap kelembapan. Oleh karea itu, propelan pendorongnya masih dkemas kembali kedalam kontainer plastik transparan. Proyekil dan tabung propelan tersebut dikemas menjadi satu dalam tas kanvas khusus berukuran besar. Tas sandang proyektil cadangan ini standarnya memuat tiga proyektil dan tiga tabung, walaupun dalam beberapa kasus bisa dibawa hingga enam proyektil dalam satu tas.
Pada saat tim penembak melihat sasaran, maka penembak akan mencari posisi tembak yang baik. Syarat dasarnya adalah perlindungan yang baik (good concealment) sehingga lawan tidak bisa mendeteksi tim penembak secara visual. Hal ini sangat krusial, karena RPG-7 punya karakter suara (sound signature) serta asap putih kebiruan hasil penembakan yang sangat khas. Tanpa adanya perlindungan seperti sesemakan, pepohonan atau lubang perlindungan, akan sangat mudah untuk mendeteksi kehadiran tim penembak RPG-7.
Model tas ransel pembawa proyektil RPG-7.
Posisi ideal penembakkan RPG-7.
Syarat kedua yang tak kalah penting, adalah ground clearance. RPG-7 membutuhkan jarak minimal 20 cm dari permukaan tanah pada saat ditembakkan. Rentang jarak ini dibutuhkan karena sirip penstabil yang terbentang pada saat proyektil meluncur. Bila terlalu dekat ke tanah, ada potensi sirip penstabil akan menyentuh permukaan tanah, hal ini bisa berujung pada berbeloknya arah luncuran proyektil. Lebih buruk lagi proyektil bisa terpelanting, meledak, dan mencederai atau bahkan bisa menewaskan tim penembak. Idealnya, tim penembak RPG-7 melepaskan tembakan dari balik gundukan tanah (berm). Siluet penembak RPG-7 paling banter hanya terlihat leher ke atas, sementara roket memiliki ground clearance yang memadai untuk dapat terbang dengan aman.
Saat proyektil meluncur, pada tahap pertama booster menyala dan meluncurkan granat dengan kecepatan 117 meter per detik. Selanjutnya roket menyala dan meningkatkan kecepatan hingga 294 meter per detik. Dan di akhir granat meledak pada jarak 920 meter (self detonates). Proyektil roket menggunakan two stage propulsion, pemicu booster meluncurkan roket dan motor penahan memicu dalam jarak 10 meter untuk melindungi penembak dari ledakan ke belakang. Pola ini memungkinkan bagi RPG-7 untuk ditembakkan dari dalam ruangan. Dengan armor booster roket B-41, proyektil dapat menembus lapis baja kendaraan tempur apa pun, dan efektif terhadap bunker dan dinding.
RPG-7 menjadi senjata primadona bagi para pejuang Palestina.
Pengoperasian RPG-7 terbilang mudah dipelajari, tapi RPG-7 tidak akrab digunakan penembak kidal.
Heli MH-60 BlackHawk dari kesatuan elit SOAR AD AS menjadi korban keganasan RPG-7 dalam konflik di Somalia.
RPG-7 juga menjadi senjata andalan bagi para perompak Somalia.
Dalam gelaran infanteri Marinir TNI AL, diprediksi bahwa kehadiran RPG-7 pelan-pelan akan menggusur penggunaan mortir komando/mortir 60 mm LR, mengingat jarak efektinya relatif sama (1.000 meter vs 1.600 meter). Sementara bobot hulu ledak RPG-7 lebih ringan dan lebih mobile. Apalagi sebagai dukungan tembakan langsung (direct fire support), efek dan jatuhnya tembakan lebih mudah dikoreksi dibandingkan jenis mortir.RPG-7 atau ATGL-L juga dibekali tangent sight (ATGL-L4) memungkinkan untuk dilakukan penembakan secara melambung (indirect fire role) sehingga jaraknya meningkat dan mampu mengisi peran yang sama dengan mortir komando 60 mm. Lain dari itu, granat berpeluncur roket ini juga punya kemampuan anti tank. (Disarikan dari War Machine Series – Commando edisi Rocket Propelled Grenade)
Spesifikasi RPG-7
Berat : 7 kg
Panjang : 950 mm
Kaliber : 40 mm
Kecepatan luncur proyektil : 117 meter per detik
Jarak tembak efektif : 200 – 300 meter
Jarak tembak maksimum : 920 meter (self detonates)
Sights : PGO-7 (2.7x) and UP-7V Telescopic sight) Red dot reflex sight on Picatinny rails