Dimulai pada 1808 sebagai bengkel untuk
pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat perkakas senjata
Belanda bernama Contructie Winkel (CW) di Surabaya, kini perusahaan yang
berganti nama PT Pindad ini telah prestasi baik tingkat nasional hingga
Internasional. Perusahaan di bawah naungan Kementerian BUMN ini telah
membantu hasilkan alat utama sistem senjata (alutsista) bagi pertahanan
negara.
Salah satunya kendaraan taktis (rantis) atau Panser Anoa 6×6 yang
telah diproduksi sebanyak ratusan unit dan tersebar di Indonesia maupun
negara lain. Kepuasaan pelanggan membuat rantis yang terdiri 5 varian
yakni Armored Personnel Carrier (APC), Ambulance, Logistic, Recovery dan
Remote Control Weapon System (RCWS) ini tidak pernah luput dari
permintaan.
Karena kepercayaan tersebut, PT Pindad kembali meluncurkan varian baru. Panser ini menggunakan Kanon 20 mm dengan turret buatan industry pertahanan asal Jerman, Rheinmetall.
“Iya kita kerjasama dengan Rheimentall, karena selain dengan turret
kanon sendiri yang sangat menjanjikan itu di munisinya. Nah munisinya
sekalian, kita kerjasama. Mudah-mudahan minggu-minggu ini akan
ditampilkan,” Ucap Direktur Ops Produk Hankam PT Pindad, Tri Hardjono
di kantornya, Bandung, Jawa Barat, Minggu (17/08/2014).
di kantornya, Bandung, Jawa Barat, Minggu (17/08/2014).
Tri menjelaskan, kerjasama PT Pindad dengan Rheinmetall sudah
dilakukan sejak lama. Panser Anoa tipe Kanon ini mengadopsi desain
otomotif yang lebih baik dari varian sebelumnya.
“Kita sudah melakukan pengujian penembakan, sekarang sedang dilakukan
perbaikan di sisi otomotifnya. Karena menggunakan suspensi sedikit baru
dibandingkan versi sebelumnya ini sedang dilakukan perbaikan di sistem
kemampuan dan daya muat,” tambahnya.
Menurut Tri, ancaman perang saat ini sudah berubah doktrinnya.
Penggunaan senjata dengan daya jangkau lebih jauh menjadi trend ke
depan. Untuk itu pihaknya melakukan pengembangan ke varian sebelumnya
termasuk menambah peluru kendali pada Panser buatannya.
“Ini Anoa varian Kanon jadinya, Ada permintaan dari user terutama
di Infanteri mekanik itu harapannya dilengkapi dengan Kanon di atas 20
mm. Saya juga bicara dengan pengguna, dia mengatakan sekarang musuh
datang dari cukup jauh, artinya kita harus bisa menembak dengan cukup
jauh. Semua ditingkatkan harapannya infanteri juga punya daya tembak
lebih jauh, kemudian arhanudnya juga demikian, jadi alat-alat perangnya
harus diperbaiki,” jelas pria berkacamata ini.
“Sebenarnya sekarang itu, Kanon yang dimintain itu Kanon berkaliber
kecil seperti 20, 30, 35 mm. Itu karena lebih ringan. Kemudian kendaraan
lebih ringan. Di sebelahnya akan dipasangin rudal. Kalau nembak kendaraan besar ya pakai rudal,” ucap Tri.
Dalam pengembangan ini, PT Pindad tidak sendiri. Selain menggandeng
mitra dari luar negeri, sejumlah perusahaan Tanah Air baik negeri maupun
swasta turut membantu mengembangkannya.
“Ini sudah menggunakan system automatic, yang mahal di
sistem senjata adalah sistem penembakannya. Nah ini yang harus kita
kuasai dan Pindad untuk sementara belum masuk di elektronik dan
optiknya. Ini akan didukung oleh instansi lain seperti BPPT, PT Inti, PT
Len, dll,” imbuh Tri.