Personel TNI AL memantau aktifitas nelayan dan kapal laut di perairan
Benoa-Nusa Dua menjelang berlangsungnya Konferensi Asia-Pasifik "Open
Government Partnership" (OGP) di Nusa Dua, Bali, Minggu (4/5).
Pengamanan perairan dan pintu masuk Pulau Dewata mulai diperketat
menyusul akan berlangsungnya konferensi OGP tersebut pada 6-7 Mei yang
rencananya dihadiri sejumlah kepala negara termasuk Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. (sumber: Antara/Nyoman Budhiana)
Indonesia perlu menjaga eksistensi laut miliknya. Peran TNI Angkatan
Laut (AL) untuk mengamankan eksistensi tersebut tidak bisa ditawar
lagi.
Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Mabes TNI Kolonel Laut Ivan
Yulivan mengatakan upaya memperkuat TNI AL untuk tetap mampu menjaga
stabilitas keamanan maritim baik nasional, regional maupun global adalah
suatu keniscayaan.
"Memperkuat TNI AL menjadi AL yang berkelas dunia (World Class Navy)
dapat diartikan sebagai AL yang dapat disejajarkan kemampuan profesi
personelnya dengan kemampuan AL negara yang lebih maju atau modern,"
ujar Ivan saat menjadi pembicara dalam Dikusi Kebangsaan dengan topik
Krisis Identitas dan Kebangkitan Negara Maritim dengan memperkuat
Perhubungan Laut dan Lintas Udara di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu
(17/5).
Ivan menambahkan TNI AL juga memiliki kemampuan alutsista yang modern
setara dengan kemampuan alutsista dari AL negara lain yang lebih kuat.
Ia mengatakan kemampuan profesi personel adalah kemampuan untuk
menguasai bidang keahliannya dan kemampuan untuk mahir dalam mengawaki
dan mengoperasikan peralatan yang diawakinya. Sedangkan kemampuan
alutsista disini dalam arti kualitas dan bukan kuantitasnya.
"Kemampuan ini bukan hanya dalam pengoperasian secara individu tetapi
juga secara bersama. Kebersamaan ini bukan hanya dengan satu matra
angkatan, namun juga dengan matra lainya dan juga secara bersama dengan
alutsista dari negara lain (Joint Operation)," ujar Ivan.
Ia menerangkan AL sejak pembentukannya sudah dituntut harus memiliki
kualitas sebagai AL kelas dunia. Ia menyebut hal itu cukup relevan
dengan teori tentang peran tradisional AL secara universal yang
dikemukan Ken Booth.
"AL secara tradisional memiliki tiga kategori peran yaitu militer, diplomasi, dan polisionil," ucap Ivan.
Ia mengatakan peran militer dibentuk karena karakter konvensional
sebagai angkatan bersenjata. Lalu peran diplomasi karena melaksanakan
tujuan politik negara.
"Dan peran polisionil berkaitan dengan penegakan hukun nasional dan
internasional yang telah diratifikasi serta perlindungan klaim wilayah,"
pungkas Ivan.