PT Dahana (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
produsen bahan peledak untuk keperluan industri dan militer. Produk
bahan peledak Dahana telah dijual hingga ke 26 negara.
Hampir sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara telah membeli
produk bahan peledak dari pabrik Dahana di Subang, Jawa Barat.
“Kita sudah ekspor bahan peledak ke 26 negara,” kata Chief Executive
Officer (CEO) PT Dahana (Persero) Harry Sampurno kepada detikFinance di
Pabrik Dahana di Subang, Jawa Barat akhir pekan lalu.
Selain negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina,
dan Kamboja, negara-negara di Timur Tengah hingga Kanada juga menjadi
konsumen PT Dahana.
“Kita mulai dari Malaysia (Serawak), Thailand, kemudian Filipina,
kemudian Kamboja sudah kirim, Timor Leste. Kita sedang penetrasi ke
Vietnam dan Burma,” jelasnya.
Untuk produk bom versi industri, Dahana menjual jenis detonator,
booster, hingga catridge emulsion (dinamit). Sedangkan untuk versi
militer, Dahana mengekspor tipe bom plastik (dayagel sivor).
“Yang kita ekspor itu ada detonator (Nonel) kemudian kedua adalah
booster ketiga adalah catridge emulsion (semacam dinamit). Itu komersial
semua. Tapi yang untuk militer. Kita baru ekspor beberapa tempat,”
paparnya.
Perseroan tidak terlalu mengkhawatirkan rencana dimulainya pasar
bebas ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Pasalnya produk Dahana justru telah
dipakai di beberapa negara Asia Tenggara.
“Kalau tahun 2015 ada MEA. Kita banyak yang nggak tahu, itu nggak
berpengaruh terhadap industri karena AFTA sudah berlaku sejak tahun
2007. Kita sudah mulai ekspor sejak 2005. Walau jumlah kecil tapi makin
lama makin besar,” sebutnya.
Meski pasar di tanah air menjadi rebutan pemain dunia, namun Dahana
perlahan tapi pasti menjajaki mendirikan pabrik bahan peledak di
Australia. Begitu pula dengan pasar ASEAN. Dahana sedang menjajaki
menjual produk bom ke Eropa hingga negara ASEAN yang belum tersentuh.
“Tahun ini kita sedang negosiasi untuk bisa ekspansi ke Australia.
Kalau berhasil maka tahun depan kita bangun pabriknya,” jelasnya.
Aktivitas ekspor Dahana menyumbang 10% dari total pendapatan
perseroan. Sedangkan 5% dari militer dan 85% dari industri tambang.
Dahana pada tahun 2013 berhasil meraup pendapatan Rp 1 triliun dengan
perolehan laba bersih sebanyak Rp 50 miliar.
“Struktur pendapatan kita itu untuk ekspor masih kecil atau sekitar
10%. Dan ini membuat kita kaget. Untuk militer hanya 5%. Di luar itu
adalah dalam negeri untuk komersial. Strukturnya seperti itu,” paparnya.