Selasa, 12 November 2013

TNI Akan Tambah Alutsista di Wilayah Perbatasan

TNI Akan Tambah Alutsista di Wilayah Perbatasan
Ilustrasi (Liputan6.com/Herman Zakharia)
 
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan, ada kekurangan jumlah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) di beberapa perbatasan di Indonesia. Untuk mengisi kekurangan itu, TNI berencana menambah jumlah alutsista dalam waktu dekat.
"Kami akan hadirkan ada 12 Helikopter Fennec dari Prancis, lalu helikopter serangnya ada Apache minimum 6," kata Moeldoko di Gedung Kesenian Jakarta, Senin (11/11/2013).
Tak hanya itu, TNI juga berencana akan menambahkan Helikopter Chinook yang merupakan helikopter pengangkut untuk di wilayah perbatasan.
"Ke depan mungkin Chinook untuk memindahkan personel di perbatasan khususnya. Kita sangat membutuhkan itu," tambahnya.
Moeldoko menyatakan, penambahan jumlah alutsista tersebut, telah mendapat persetujuan dari Komisi I DPR. Dia berharap, pengadaan jumlah alutsista di perbatasan tersebut dapat terpenuhi pada tahun 2015.
"Chinook belum, Apache sudah clear, Chinook harapan kami nanti. Mudah-mudahan tahun 2015 bisa dianggarkan, karena tidak terlalu mahal," jelas Moeldoko.

Bantuan Asing, Modus Spionase Gaya Lama

Penulis : Datuak Alat Tjumano, Pengamat Intelijen

Dunia Intelijen merupakan dunia klandestine yang sangat berbeda dengan dunia media terbuka apalagi infotaiment. Distribusi infonya pun berbeda, jika  media ditujukan pada publik secara luas dan masif sedangkan intelijen secara tertutup dan sangat terbatas, hal inilah yang sering terkesan bahwa intelijen lambat bahkan kecolongan, karena memang informasi yang dimiliki bukan ditujukan untuk umum.

Terhadap dinamika isu penyedapan yang dilakukan negara asing kepada Indonesia memicu polemik dan pendapat beragam, ada yang menyatakan kemarahannya terhadap negara asing tersebut, namun juga ada yang menyalahkan lembaga intelijen Indonesia, jadi wajar saja dinamika semacam itu, artinya kalau lembaga negara sedang diserang intelijen asing, akan banyak kritik yang membangun, jadi tetap positif thinking, walau  ada juga yang asal bunyi alias "asbun" dan  itu biasanya yang sudah kesusupan dana I-War (Informasi War) atau perang informasi, Misalnya tentang spionase yang dilakukan oleh Australia di negaranya DSD (Defence Signal Directorate) mendapat kritik dan kecaman masyarakat Australia sendiri  karena dianggap skandal yang memalukan dan membahayakan warga negaranya.

Tekanan publik Australia atas tindakan DSD tentu menjadi medan peperangan baru bagi DSD di negaranya sendiri. Tekanan publik inilah yang kemudian mau dialihkan ke Indonesia dengan melakukan I-War semacam pergeseran isu dari spionase Australia yang dihujat oleh publiknya sendiri di geser ke  Indonesia dengan menggunakan antek-anteknya guna menyerang balik lembaga negara di Indonesia yang punya otoritas atas keamanan rahasia Indonesia (seperti aparat Intelijen, Lemsaneg, Kemenhan dll) dengan tuduhan intelijen, atau aparat keamanan Indonesia lemah, kecolongan, dan hanya sibuk ngurus yang lain dan sebagainya.

Sepertinya masyarakat Indonesia sudah cerdas, mana yang mengkritik atas nama nasionalisme dan mana yang megalihkan isu secara tidak bertanggung jawab, atau mungkin memang sudah menjadi agen asing yang sudah tidak peduli dengan negaranya .

Indonesia sebagai korban "spionase gagal" Australia, tentunya sudah melakukan penangkalan dalam bidang intelijen. Apalagi fenomena sadap menyadap sudah menjadi rahasia umum dunia intelijen khususnya negara-negara asing tersebut yang kecendrungannya semakin panik melihat perubahan perkembangan strategis dunia, dimana Indonesia semakin diperhitungkan. Atas dasar itulah, pastinya Indonesia sudah mengantisipasinya, bisa jadi info-info yang didapat oleh negara-negara asing tersebut hanyalah garbage information.

Heli Mi-17 Buatan Rusia, Seberapa Canggih dan Tangguh?

Helikopter Mi-17 milik TNI AD jatuh di Desa Apoping Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu, 9 November 2013. Sebanyak 13 orang meninggal dunia dan enam korban mengalami luka bakar.

Helikopter yang jatuh ini mengangkut 19 orang dan 1.800 kilogram logistik untuk keperluan pembangunan pos perbatasan di Long Bulan atau daerah Tunjungan, Malinau, melalui Pos Apauping.

Helikopter Mi-17 adalah versi ekspor yang di Rusia dikenal Mi-8MT. Helikopter ini adalah pesawat angkut kelas menengah rancangan Rusia yang diproduksi di pabrik di Kazan dan Ulan-Ude. Heli ini menjadi andalan Pakta Warsawa semasa perang dingin dan diberi nama panggilan Hip oleh NATO.

Indonesia membelinya pada tahun 2011 sebanyak 18 unit dan dioperasikan oleh TNI-AD. Dikembangkan dari rangka dasar Mi-8, Mi-17 dipasangi dengan mesin TV3-117MT yang lebih besar, rotor, dan transmisi yang dikembangkan untuk Mil Mi-14, bersama dengan pengembangan badan pesawat untuk muatan lebih berat. Pilihan mesin untuk kondisi "panas dan tinggi" adalah mesin Isotov TV3-117VM berdaya 1545kW (2070 shp).

Berat tinggal landas maksimum mencapai 13 ton. Karakteristik umum berkapasitas 30 tentara atau 12 tandu atau 4.000 kilogram kargo internal di dalam kabin dan 5.000 luar kabin untuk membawa roket, bom, rudal, kanon atau sling cargo. Kecepatan maksimum 250 km atau 135 knot, 155 mph.

Meski kodratnya adalah heli angkut, tapi dari pihak pabrik telah menawarkan 10 jenis varian senjata dan perangkat elektronik yang bisa dibawa. Dalam kondisi standar, Mi-17 sudah dibekali sepasang tangki bahan bakar dikanan dan kiri luar body dengan kapasitas masing-masing 1000 liter. Bila seluruh kemampuan bahan bakar digabungkan, maka secara teknis heli ini dapat melakukan terbang feri selama 6 jam non stop.

Mi-17 mampu mendarat di landasan darurat, seperti tanah lunak, padang salju, bahkan bisa mendarat di air dengan bantuan kaki pelampung. Sudah 60 negara tercatat menggunkan MI-17.

Menurut cacatan, sudah tiga kali helikopter buatan Rusia itu mengalami kecelakaan. Pada Sabtu, 24 Agustus 2013 lalu, pintu MI-17 terlepas saat melakukan latihan rutin. Pintu heli menimpa rumah warga di Penjaringan, Jakarta Utara.

Pada Jumat, 11 Oktober 2013, heli jenis ini terpaksa mendarat darurat sekitar 600 meter dari barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Pada Kamis, 4 Agustus 2011, pukul 14.10 WIT, heli jenis Penerbad ini diberondong tembakan di sekitar Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya Papua yang akan mengevakuasi anggota TNI Yonif 753/AVT, atas nama Pratu Fana S Hadi.

Operasi Rahasia CIA di Berbagai Negara

Puluhan Negara Membantu Operasi Rahasia CIA

Sebanyak 54 negara diduga membantu program CIA untuk menangkap para tersangka terorisme dan kemudian dikurung di penjara-penjara rahasia AS di luar negeri atau diserahkan kepada pemerintah asing untuk diinterogasi, kata sebuah organisasi hak asasi manusia pada Selasa (5/2).

Open Society Justice Initiative dalam laporannya, menyoroti pelanggaran HAM terkait dengan penahanan rahasia CIA dan "operasi luar biasa" setelah serangan 11 September 2001. Mehrnews melaporakan.

Laporan berjudul "Penyiksaan Global" mengatakan bahwa informasi tersebut didasarkan pada sumber-sumber publik kredibel dan reputasi organisasi hak asasi manusia.

Terkait hal ini, CIA menolak berkomentar mengenai laporan tersebut.

"Operasi rahasia yang dilakukan di luar Amerika Serikat, tidak bisa dilaksanakan tanpa partisipasi aktif dari pemerintah asing. Pemerintah-pemerintah tersebut juga harus bertanggung jawab," kata laporan itu.

Lelucon Intelijen Kita

ADA satu materi tawa yang cukup bagus: aparat intelijen dengan terbuka menyatakan program aksinya. Intelijen, begitu sebagian orang berpikir, haruslah mengikuti aturan hukum yang berlaku di negeri ini, seperti komponen bangsa lainnya. Celaka dua belas! Cara kerja intelijen di mana pun tidak pernah ada batas, tak pernah bisa didefinisikan dan sulit dijelaskan. Pekerjaan mereka untuk mencari informasi tidak akan mampu dibatasi batasan-batasan formal.

Sadap-menyadap secara hukum memang dilarang. Tetapi, bagaimana cara intelijen mendapatkan informasi untuk negaranya? Tentu salah satunya lewat penyadapan. Maka, jangan ribut kalau Amerika Serikat, Australia, menyadap negara sahabat apalagi “lawannya”. Kalau sampai ketahuan, tentunya kualitas sang penyadap yang layak diragukan. Celakanya, pers dalam negeri menekan Kepala BIN untuk mengatakan reaksinya. Sebagai pejabat yang telanjur jadi selebritas karena sering diekspos, tentu harus bicara, antara lain akan memanggil bagian intelijen kedutaan besar negara “tersangka”.

Hah? Bagian mana yang dimaksud? Sebab, semua kedubes di seluruh dunia tidak memiliki seksi intelijen. Kalaupun ada, agen intel yang disusupkan tentu tidak melalui organ resmi. Apa tidak lucu kalau seorang diplomat menyerahkan kartu nama dengan menyebut dirinya Kepala Seksi Intelijen, misalnya? Semua diplomat sebenarnya anggota intelijen, dalam arti mereka mengumpulkan data, informasi apa saja tentang negeri tempat mereka bertugas. Tentu saja informasi yang bernilai strategis, bisa didapat secara tertutup maupun terbuka. Yang tertutup dilakukan lewat agen lokal secara rahasia. Hampir 90% informasi dan data diperoleh lewat cara terbuka dengan membaca media massa lokal.

Oleh karena itu, kalau ada diplomat tertangkap karena kegiatan mata-matanya, maka dia dipersona-non-gratakan karena memiliki kekebalan diplomatik. Pun, masalah ini menjadi wewenang Kementerian Luar Negeri untuk menanganinya. Kalau ketahuan kegiatan intelijennya, maka Kemlu melayangkan surat protes, demikian seterusnya hingga bisa saja terjadi pemutusan hubungan diplomatik. Intelijen di sini hanya memasok informasi ke Kemlu.

Lebih lucu lagi disebutkan, entah apakah ini benar oleh institusi yang bersangkutan atau kesalahan tafsir wartawan, Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) akan “mengusut” penyadapan-penyadapan yang digegerkan itu. Orang tentu akan tertawa, sebab kewenangan lembaga ini sangat teknis sebagai pelaksana penyandian agar informasi yang dikirimkan tidak terbaca pihak lain. Decoding dan encoding. Sangat teknis sifatnya. Lha kok mau diungkap ke publik? Maka, makin lengkaplah kekonyolan di negeri ini.

Spesifikasi dan Tantangan ToT Kapal Selam Korea Selatan

Dalam sidang KKIP minggu lalu, Kepala Staf TNI Angkatan laut, Laksamana Marsetio telah mengungkapkan kebutuhan TNI AL, yaitu sebanyak 12 unit Kapal Selam untuk menjamin pengamanan wilayah NKRI. Dan sudah pula kita ketahui bahwa TNI Angkatan Laut kemudian memilih Kapal Selam dari Korea Selatan, yaitu DSME 209. Dalam kontrak perjanjian, disebutkan Indonesia membeli 3 unit, dimana 1 unit terakhir akan dibuat di Galangan Kapal Nasional, PT. PAL Surabaya.


Meski merupakan turunan dari tipe U-209 buatan Jerman Barat, TNI AL meminta spesifikasi yang tinggi terhadap kapal selam DSME 209. Diantaranya adalah, memiliki kesenyapan yang tinggi, mampu menghindari deteksi, mampu menyelam hingga 250 meter, serta memiliki 4 mesin yang mampu digeber hingga kecepakan 21 knot ketika menyelam.

Dari data yang ARC dapat, disebutkan pula bahwa kapal selam DSME 209 harus mampu beroperasi terus menerus selama 2 bulan. Salah satu poin yang mengejutkan adalah mengenai persenjataan. Selain dipersenjatai 8 buah Torpedo 533mm dan ranjau laut, Ia juga harus mampu meluncurkan rudal Harpoon. Jika benar demikian, maka ini adalah pertama kalinya TNI-AL memiliki Kapal Selam yang mampu meluncurkan Peluru Kendali Anti Kapal. Namun, harus dipahami bahwa itu semua baru spesifikasi teknis di atas kertas yang diminta. Seperti apa kemampuan asli Kapal Selam DSME 209, tentunya masih harus menunggu kapal tersebut operasional.

Namun demikian, proses transfer teknologi kapal selam DSME 209 bukan tanpa halangan. Ironisnya, kebanyakan halangan justru datang dari dalam negeri. Untuk mampu membangun kapal selam itu, dibutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana dengan investasi mencapai US $ 350 juta.  Dari jumlah itu, masih diperlukan peralatan tambahan senilai US$ 150 juta. Awalnya kebutuhan anggaran ini akan diberikan oleh Kementrian BUMN yang juga merupakan anggota KKIP. Namun demikian, meski sudah diajukan ke Kemenkeu dan Bappenas, dan sering dibahas dalam berbagai forum dan sidang, dana yang dinanti tak juga mengucur. Padahal, jika hingga Desember 2014 sarana dan pra sarana yang dibutuhkan tak juga ada, maka pembuatan kapal selam ketiga di PT.PAL akan gagal. Pembuatannya maka akan dialihkan ke Korea Selatan.

Selain itu di sisi sumber daya manusia, pada periode pra desain, seharusnya PT. PAL telah mengirimkan SDM yang mempunyai kualifikasi untuk design lecture sebanyak 20 orang serta team ojt sebanyak 186 orang ke DSME korea selatan. Namun sampai sekarang belum dilaksanakan. Dengan keterbatasan SDM dan kurang intensifnya komunikasi pihak PT PAL, pihak dsme sangat mengkhawatirkan keberlangsungan pembangunan kapal selam ketiga yang menggunakan metoda joint production di galangan PT.PAL di Surabaya.

Sebenarnya semua kesempatan itu sudah terbuka. Dan kini tinggal kepemimpinan kita lah yang menentukan, apakah kita akan mandiri di bidang produksi Kapal Selam atau masih tetap tak berubah. Mari kita harapkan yang terbaik.
ARC.

Mahasiswa Undip Modifikasi Kapal Laut TNI Bisa Bawa Rudal Nuklir

 
Lomba presentasi inovasi dalam gelaran Robotech 2013 yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) Universitas Diponegoro, membuat beberapa peserta berpikir keras.
Satu di antaranya, tim dari teknik perkapalan Undip. "Karena kami dari perkapalan, kami membuat inovasi tentang kapal. Khususnya kapal perang," kata juru bicara tim teknik perkapalan Undip, Lutfandi di Auditorium Imam Barjo Undip, Minggu (10/11/2013).
Ia bersama temannya bersepakat, untuk membuat invasi tentang alutsista perang. Kapal overcrap (kapal berbantalan dan berbaling-baling) milik tentara dimodifikasinya. Selama ini, kapal overcrap hanya untuk mengangkut tentara saja, tapi tidak untuk perang.
Padahal, kapal dengan baling-baling di bawah, memiliki banyak keuntungan antara lain bisa dipakai di segala medan, baik perairan dangkal ataupun perairan dalam. Bahkan, bisa melintasi rawa-rawa.
"Kami menginovasi agar kapal jenis ini, bisa untuk berperang. Dilengkapi persenjataan hingga rudal balistik nuklir," jelasnya.
Dengan begitu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak hanya bergantung pada kapal perang biasa yang punya keterbatasan. Dengan modifikasi tersebut, kapal jenis overcrap bisa difungsikan untuk menjaga perbatasan.
HMM) Jurusan Teknik Mesin Undip sendiri, mengadakan Robotic and tenchnology fair 2013, Minggu (10/11/2013). Berbagai macam lomba berbau teknologi dan robot digelar di Auditorium Imam Barjo, Undip.
Ketua panitia Ro-tech 2013, Mufti Muzayyin (18) menyebutkan tiga lomba dalam pameran teknologi itu yaitu, lomba robot Line Follower, pytagoras Switch dan presentasi inovasi. Sekitarr Enam perguruan tinggi se-Indonesia berebut juara di ajang tahunan HMM undip itu.
"Pesertanya dari Undip, ITB, Universitas Tri Sakti, Universitas Pasundan, UGM, UNS, dan Unnes. Khusus untuk lomba line follower, pesertanya 11 sekolah (SMP dan SMA) seJateng. Ada yang dari Purworejo, Salatiga dan semarang," jelasnya di sela-sela acara.
Ia berharap, dengan terselenggaranya acara tersebut akan muncul bibit-bibit penemu di bidang robot dan teknologi. Selain itu, masyarakat juga harus tahu cara membuat teknologi, tidak hanya mengonsumsinya.
"Intinya kehidupan manusia udah beriringan dengan teknologi. Kami di sini bermaksud menampilkan teknologi-teknologi yng selama ini membantu masyarakat, jadi masyarakat tidak hanya tahu pakainya saja," jelasnya.
Tribun.